Akhirnya, pada hari Sabtu pagi pukul 09.00 WIB, kami sekeluarga dapat berkumpul bersama lagi setelah hampir sebulan yang lalu, satu keluarga kecil  kakak saya, semuanya terpapar Covid-19.Â
Sabtu itu, hari yang paling menegangkan, karena hari itu kami sekeluarga dengan dibantu oleh Pak Dukuh berencana akan mengabarkan berita  kematian Mba Yanti, kakak ipar saya kepada Mas Yanto, suaminya.
 "Bukan maksud kami sekeluarga menunda-nunda informasi ini, tetapi karena situasi dan kondisi Mas Yanto, waktu itu masih di rumah sakit,"ucap Pak Dukuh mengawali pembicaraan pagi itu.Â
Setelah melihat situasi dan kondisi mental Mas Yanto benar-benar siap, maka Pak Dukuh melanjutkan dengan bicara hati-hati, pelan-pelan dan sedikit sentuhan agamis mengenai qadha dan qadar," bahwa hidup, jodoh, rizki dan mati adalah sudah menjadi qadha dan qadar Allah SWT
 "Maka dalam kesempatan yang baik ini, saya mewakili semua keluarga memberitahukan bahwa Mbak Yanti telah meninggal dunia pada hari Senin, dan semua rukti jenasah sudah dilaksanakan dengan protokol kesehatan, dan terkait kenduri sur tanah dan tahlilan sampai 3 malam sudah di laksanakan di rumah saya. Intiya semua sudah berjalan dengan lancar.Â
Sekarang saya minta Mas Yanto, untuk sabar dan mengikhlaskan kepergian Mba Yanti".
 "Sapa Bojoku?,"tanya Mas Yanto seakan tidak percaya". Tetapi dengan penjelasan Pak Dukuh dengan tenangnya akhirnya Mas Yanto bisa mengikhlaskan  kepergian istrinya dengan tegar.Â
Ternyata apa yang kami khawatirkan sebelumnya tidak terjadi. Padahal kami sekeluarga sudah mengantisipasi andaikata Mas Yanto tidak kuasa untuk menerima kabar duka ini. Skema demi skema yang sudah  kita persiapkan batal tidak  jadi kami jalankan.
Dari raut mukanya, jelas kelihatan kalau Mas Yanto sedikit syock. Berkali-kali garuk-garuk kepala walaupun sebenarnya tidak ada kutu di kepalanya. Kami merencanakan  pertemuan ini di pagi hari,  juga dalam rangka berjaga-jaga sebagai antisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan.
Tetapi syukurlah, semuanya terasa plong. Tidak ada yang mengganjal di dalam hati lagi. Maklum saja, situasi dan kondisi keluarga kecil kakak saya baru diuji dengan terpapar covid-19.Â
Ibu, bapak, anak, menantu dan kedua cucunya semua positif covid. Kemudian karena saturasinya mengalami penurunan maka Mba Yanti, dan Mas Yanto dilarikan ke rumah sakit rujukan covid. "Ndilalahe" dapatnya bed tidak bisa satu rumah sakit. Sementara anak, menantu dan cucunya menjalami isolasi mandiri di rumah.
Hingga akhirnya, Mba Yanti meninggal dunia, sementara Mas Yanto dalam melewati ujian tersebut beserta anak, menantu dan kedua cucunya. Â Hari Sabtu pagi kemarin, adalah hari sudah selesainya masa isolasi baik bagi Mas yanto sepulang dari rumah sakit, maupun bagi anak, menantu dan kedua cucunya.Â
Oleh karena itu, pada hari Sabtu pagi kemarin, kita agendakan untuk memberi tahukan tentang berita duka Mba Yanti kepada Mas Yanto.
Tidak ada pilihan lain, karena bagaimana pun juga kami harus berterus terang kepada Mas Yanto tentang berita duka ini. Tidak ada satu orang pun di dunia ini, yang mau jika ditawari akan menerima ujian seperti ini.Â
Sebagaimana pesan Pak Dukuh kepada Mas Yanto, "Mas Yanto harus tetap semangat demi anak- anak dan cucu-cucu. Jalan masih panjang. Patang tumbuh hilang berganti. Besok kalau sudah sehat kembali bolehlah kita main sepeda onthel lagi".
(sebuah kampung di Bantul ( 14/8/2021) -- JUNAEDI, S.E)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H