Bulan Sura diciptakan oleh Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645) pada zaman kerajaan Mataram Islam. Sultan Agung berkeinginan untuk menyesuaikan kalender Saka (kalender Jawad an Hindu) agar sesuai dengan sistem penanggalan Islam.
      Penyesuaian penanggalan Saka dan Islam ini dipercaya bertujuan  untuk menyatukan dua kubu masyarakat Jawa yang terpecah akibat perbedaan keyakinan, yakni penganut Kejawen (Kepercayaan Jawa) dengan Putihan (Kepercayaan Islam).
 Dalam kepercayaan penganut Kejawen ada beberapa mitos atau pantangan pada bulan Sura, yang tidakboleh dilanggar, jika ada orang melanggarnya maka orang tersebut akan mengalami kesialan atau musibah , keharmonisan rumah tangga dalam hidupnya, seperti mengadakan acara pernikahan, berpindah rumah, mengadakan pesta atau hajatan, dan tidak dierkenankan sering keluar rumah ketika malam 1 Sura.
Sementara dalam Islam pada bulan pertama kalender Islam (hijriyah) yaitu bulan Muharram tanggal 10 disebut Asyura. Menurut kitab qishatul anbiya (tarikh nabi) pada hari asyura ini ada beberapa kemuliaan yang diterima oleh para nabi.
1.  Pertemuan Nabi Adam as dan Hawa, istrinya setelah keduanya berpisah selama 200 tahun, sejak Nabi Adam as dan Hawa diturunkan ke bumi dari syurga oleh Allah SWT. Menurut kisah tersebut Nabi Adam diturunkan di bumi Hindustan, sedangkan Hawa diturunkan di bumi Palestina.
2.  Keinginan Nabi Idris as dikabulkan oleh Allah SWT yaitu diangkat ke langit ke 4. Dan kejadian ini juga diabadikan dalam QS Maryam ayat 56-57.
3. Â Nabi Ayyub as disembuhkan dari penyakit kustanya oleh Allah SWT setelah 7 tahun dengan kesabarannya Nabi Ayyub menjalaninya.
4. Â Nabi Yunus as dikeluarkan dari perut ikan oleh Allah SWT, hal ini diabadikan juga dalam QS Ash Shaafat ayat 139 -- 140.
5. Â Â Nabi Musa as diselamatkan oleh Allah SWT dari kejaran Fir'aun dan bala tentaranya. Peristiwa ini diabadikan dalam QS Al Baqarah ayat 49 -- 50.
Tulisan ini hanya menyajikan beberapa keterangan dari dua perspektif yang berbeda. Selanjutnya terkait kepercayaan dan naluriah, menjadi ranah pembaca bukan ranah penulis. Demikian juga dalam mengaktualisasikan menjadi hak pregrogatif person by person. Yang perlu saya garis bawahi, ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan) dan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan keislaman) harus tetap dijaga dengan toleransi, saling menghormati pendapat orang lain demi pesatuan dan kesatuan.
Maknailah bahwa perbedaan adalah rahmat (kasih sayang) dan akan memperkaya literasi akan keberagaman kita dalam bingkai NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Referensi :
1. Â Beritadiy.pikiran-rakyat.com.
2. Â H. Sutrisna Usman AM, Drs. 2014. "Himpunan Khutbah Jum'at". Purwokerto. Asy Syifaa'.
(Pojok Jum'at, 13/8/2021 -- JUNAEDI, S.E.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H