Sebagai penulis debutan di Kompasiana.com, walaupun sudah dicantumkan secara detail syarat dan ketentuan konten, tetapi karena saking banyaknya  syarat dan ketentuan konten ada sekitar 16 nomor, itupun untuk nomor 2 ada 9 poin, nomor 5 ada 3 poin, nomor 6 ada 4 poin,  dan nomor 11 ada 10 poin jadi total keseluruhan hitung sendiri ada berapa nomor atau poin syarat dan ketentuan konten di Kompasiana.com.
Setahu saya, yang paling saya ingat adalah jangan menyinggung  Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA), jenis kelamin, orientasi seksual, usia atau cacat fisik serta plagiarisme. Dan syarat dan ketentuan seperti itu sudah umum di terapkan bagi penulis, kontributor atau  member media on line lainnya juga.
Salah satu larangan saat Kompasianer menayangkan konten di Kompasiana dilarang membuat Judul dengan HURUF KAPITAL, tetapi saya masih melihat beberapa artikel Kompasianer menayangkan judul dengan HURUF KAPITAL.
Ada beberapa hal yang menarik, sebagai anggota debutan Kompasianer yang masih berumur jagung. Pertama, ada satu artikel saya, yang sudah saya tayangkan tetapi dengan terpaksa menurut informasi admin Kompasiana bahwa tulisan saya, melanggar syarat dan ketentuan konten, yaitu mempengaruhi pembaca untuk ikut bertransaksi di pasar modal syariah.
Dan informasi tidak bisa tayangnya artikel saya,  disertai pemberitahuan oleh admin Kompasiana melalui notifikasi. Kemudian saya tanggapi dengan permintaan maaf saya, dan tidak akan mengulangi kejadian yang sama lagi. Dan saya jelaskan bahwa  tulisan saya waktu itu, adalah review atau resensi dari sebuah buku yang berjudul Pasar Modal Syariah.
Saya hanya mereview dari tinjauan fikih Islam bagaimana menurut hukum Islam, apakah diperbolehkan atau tidak investasi di pasar modal syariah. Awalnya artikel ini tidak ditinjau terlebih dahulu oleh admin Kompasiana. Tetapi setelah saya tayangkan baru berapa menit langsung dapat notifikasi dari admin Kompasiana.
Kedua, ada beberapa artikel saya yang melalui proses peninjauan oleh admin Kompasiana, alasannya untuk menghindari tanggapan yang tidak diinginkan.
Beberapa artikel saya berjudul : membaca desa, mengeja INDONESIA, Desa -- desa Adat Sebagai Literasi Pengetahuan Hutan, dan Tanggapan Langsung dari Bank BRI Unit Sewon Atas Tulisan Saya. Tetapi setelah melalui proses peninjauan akhirnya dapat ditayangkan di Kompasiana.
Ketiga, terkait penulisan judul dengan HURUF KAPITAL, mengapa tayang di Kompasiana, apakah tidak ditinjau oleh admin Kompasiana.
Keempat, terkait pemberitahuan terkait adanya sedikit revisi judul artikel demi alasan agar lebih menarik pembaca Kompasiana melalui notifikasi di dashboard beyond blogger Kompasiana milik saya. Kemudian langsung saya tanggapi  dengan jawaban oke no problem.
Kelima, pemberitahuan dari admin Kompasiana melalui email saya, yang intinya bahwa pihak BRI mengontak Kompasiana dan mengutarakan keinginannya untuk menindaklanjuti tulisan saya yang  berjudul "I Love BRI".  Pihak BRI ingin mengubungi saya dalam rangka meningkatkan user experience dalam hal penggunaan Kartu ATM BRI.
Dikarenakan Kompasiana memiliki kewajiban untuk memproteksi data pengguna maka Tim Kompasiana tidak bisa memberikan alamat email saya. Selanjutnya Kompasiana meminta perkenanan untuk memberikan alamat email dan nomer kontak yang bisa dihubungi oleh Tim BRI.
Kemudian, langsung saya balas kalau saya memperbolehkan Tim Kompasiana untuk memberikan alamat email dan nomor HP saya.
(Kampung Gedangan, 31 Juli 2021 -- JUNAEDI, S.E.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H