Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Positif

11 Juli 2021   11:31 Diperbarui: 11 Juli 2021   11:51 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Minggu pagi, di sebuah perkampungan kecil. Ketika mentari masih malu -- malu  untuk menampakkan diri. 

Di sudut kampung terlihat sekumpulan kaum hawa yang disibukkan dengan urusan kebutuhan dapur, seperti sayur - mayur, lauk - pauk, dan aneka bumbu dapur yang terlintas akan di masak pagi itu, laris manis dagangan penjual sayur 'mruput'  menjadi rebutan ibu -- ibu di kampung itu.

Namanya juga ibu -- ibu, di mana pun tempatnya, di kota -- kota, di desa -- desa, di kampung -- kampung, di komplek -- komplek perumahan,  tidak bisa lepas dari ghibah. Sambil berbelanja urusan dapur selalu ada saja topik pembicaraan yang dighibahkan, mulai dari politik, kondisi perekonomian, gaya hidup artis ibukota, sampai trend skincare saat ini tak luput dari perghibahan mereka. 

Apalagi setiap ada informasi miring tentang kehidupan tetangga cepat sekali sebaran beritanya.

Seperti yang terjadi pada pagi itu. Topik pembicaraan mereka tertuju pada Darmi. Darmi, seorang guru PAUD yang sudah lama mengabdi di PAUD Anggrek Jingga milik Padukuhan Ngireng -- ireng. 

Menariknya bagi mereka untuk menjadi bahan gosipan adalah secara usia, Darmi tidak muda lagi usianya sudah memasuki kepala 4. Saat ini, sudah memiliki 3 anak, 1 anak laki -- laki dan 2 anak perempuan.  Tetapi, apa boleh dikata sudah menjadi kehendak Allah SWT, kini Darmi hamil lagi. Di usia kehamilan yang masih relatif muda, tadinya belum banyak yang tahu akan kehamilannya.

Di saat Darmi, ia curhat kepada teman terdekatnya Marni. Darmi, yang juga merangkap relawan kesehatan Padukuhan sebagai Kader Posyandu, merasa malu. Tidak dapat memberikan contoh yang baik kepada warga. 

Sebagai kader Posyandu yang saat itu, sudah punya anak 3 saja sudah merasa malu, ditambah  dengan kondisi saat ini, yang hamil lagi. Dari sinilah, awal mula pergosipan ini dimulai. Dari mulut Marnilah, gosip ini mulai tersebar sampai seantero kampung kecil itu.

Baru asyik -- asyiknya bergosip ria, tiba -- tiba datanglah Murni yang dengan santainya sambil mengayuh sepeda onthelnya  melewati kerumunan ibu --ibu tadi. Murni tanpa sengaja  mendengarkan pembicaraan mereka, Ketika ibu -- ibu sampai pada  perkataan, "hah, Darmi positif." 

Ucapan ibu -- ibu yang sedang belanja sambil ngerumpi ini, terngiang -- ngiang di telinga Murni. Dari telinga Murni akhirnya sampai ke otak murni. Dari otak Murni memulai mengembara ke mana --mana ke alam bawah sadar Murni. Walaupun semua sudah maklum bahwa Murni mengalami keterbelakangan berfikir.

Menurut  pemikiran Murni, simpel saja. Informasi ini harus di sebarkan ke semua warga, karena ini menyangkut jiwa dan raga warga se- kampung. Iya, benar saja. Murni begitu semangatnya, begitu ketemu dengan warga selalu berkata,"Eh, Darmi Positif ". 

Semua orang selalu balik bertanya kepada Murni , "apa benar berita ini, Mur?". Jawabannya selalu saja, "iya benar, saya tidak bohong. Dari orang pertama yang diajak bicara oleh Murni, akhirnya getok tular sampai menyebar ke mana --mana. Hampir semua warga kampung tahu semua.  

Dan herannya lagi, sampai waktu itu, tidak ada yang berusaha tabayun atau konfirmasi langsung  kepada Darmi, malah cenderung membenarkan berita itu, sesuai dengan alur pemikiran Murni.

Berita Darmi positif begitu cepat tersebar sampai ke kampung kecil itu. Sampai detik ini, berita simpang siur ini, belum sampai pada telinga Darmi dan keluarganya. Hingga ada suatu peristiwa, ketika Darmi sedang berjalan di sepanjang jalan kampung. Darmi mulai curiga  ada keganjilan yang terjadi pada dirinya, kenapa semua warga kelihatannya menghindari dan menjauhi,  ketika Darmi lewat. Yang biasanya, warga selalu menyapanya, kali ini tak satu pun warga yang sudi menyapanya. Hal demikian juga dialami oleh Suami dan ketiga anaknya. Setiap keluar dari rumah, ketemu siapa saja mereka selalu menjauhi keluarganya.

Hingga akhirnya, Pak Cokro, suaminya mengadukan hal yang dialami keluarganya kepada Pak Dukuh. Oleh Pak Dukuh, investigasi pun mulai dilakukan. Langkah pertama Pak Dukuh mendatangi Murni. 

Dari pernyataan jujurnya, Murni mengakui bahwa ia yang pertama kali mengatakan kepada warga bahwa Darmi positif Corona. Pak Dukuh, terus mengorek keterangan Murni, sumber beritanya dari mana?. Jawaban Murni adalah dari ibu --ibu yang sedang belanja sayur pada hari Minggu kemarin. Setelah dianggap cukup, Pak Dukuh mendatangi Bu RT, yang sekaligus sebagai ketua perkumpulan Dasa Wisma.

Dalam pembicaraan antara Pak Dukuh dan Bu RT, intinya Bu RT  membenarkan kejadian pada hari Minggu ketika ibu  - ibu sedang belanja sayur sambil ngegosipin Darmi. Karena menurut ibu -- ibu berita Darmi Positif , merupakan sesuatu hal menarik untuk dibicarakan.

"Bayangkan saja, Pak Dukuh... Darmi itu kader Posyandu, umurnya sudah kepala 4. Sudah punya 3 anak. Sekarang hamil lagi. Gimana ga menarik, Pak?"

Pak Dukuh, langsung tanggap dengan semua penjelasan Bu RT. Seraya menanyakan kembali kepada Bu RT, "Jadi Darmi itu, positif hamil atau positif Corona, Bu?"

Langsung saja, Bu RT sambil tertawa menjawab,"positif hamil pak, Pak Dukuh ini ada -- ada saja?"

Sambil tertawa bersama Pak Dukuh dan Bu RT, mengakhiri dialog mereka.

Sambil permisi pulang,  Pak Dukuh dengan membawa perasaan separuh marah, separuh ingin ketawa sendiri atas perilaku warganya.

Dalam batinnya,"Ealah...wargaku, orang positif hamil koq di kira positif Corona".

"Ada -- ada saja. Dasar zaman edan. Murni koq dipercaya. Pemerintah sedang bingung menangani Covid -- 19 yang meraja lela. Eh malah ini, warga saya seperti dagelan".

"wis wis angel angel."

JUNAEDI, S.E., Tim Media Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun