Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Metamorfosa Imsak dan Keteladanan Nabiyullah Ayyub As

9 Juli 2021   20:37 Diperbarui: 9 Juli 2021   20:50 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika memasuki bulan Ramadhan kita mengenal kata 'imsak'.  Imsak dalam arti yang sempit bermakna menahan diri. Puasa Ramadhan bermakna imsak yang berarti menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak subuh hingga maghrib. Taqwa juga bisa bermakna menahan diri dari mengerjakan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Ketika memasuki idul fitri 1442 H dalam suasana pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan berakhirnya, sebagai muttaqin diharapkan dapat merubah mindset tentang 'imsak'.  

Bagaimana merubah mindset imsak dan menjaga agar mindset imsak ini tetap berlanjut dari bulan Romadhon ke bulan Syawwal -- yang berarti bulan peningkatan -- dan sampai bulan -- bulan selanjutnya yaitu bulan Dulhijjah, menuju substansi (hal pokok) dalam beragama, dikaitkan dengan kehidupan  sosial  yaitu  bermasyarakat,  berbangsa, dan bernegara.

Saat ini pandemi  Covid-19 secara signifikan menyebar luas dengan sebaran varian Delta -- yang nota bene sangat cepat penularannya sampai ke Jakarta, Jawa timur, Jawa Tengah  termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta -- mengalami lonjakan drastis. Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kapanewon dan Pemerintah Kalurahan bekerja sama sekuat tenaga dari memerangi Covid-19.  

Bagaimana tindakan kita sebagai seorang  muslim? Apakah hal ini  membuat kita patah semangat ataupun putus asa? Jawabannya tentu tidak sebagai seorang muslim kita harus mendukung apa yang telah dilakukan oleh umara (pemerintah) dengan berpartisipasi proteksi diri memberi pemahaman bahwa  menjaga jiwa (hifdzun an -- nafs) dari bahaya Covid-19 merupakan puncak (substansi) dalam beragama.

Bagaimana pelajaran yang kita dapat dari seekor ulat yang menjijikkan kemudian naik derajat menjadi kepompong, Kemudian dari kepompong naik derajat lagi menjadi seekor kupu -- kupu, Kupu -- kupu yang beraneka warna sehingga sungguh menyenangkan ketika beterbangan nan elok dipandang mata. 

Salah satu kecerdasan dalam memaknai Metamorfosa  imsak pada saat ini ketika terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia khususnya di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta  adalah menahan diri dengan sekuat tenaga untuk mengikuti anjuran ulil amri dari tingkat paling rendah : Ketua RT, Dukuh, Lurah, Panewu, Bupati dan Gubernur. Dan juga anjuran beberapa tokoh agama : Kyai Kampung, Kyai Khos dari Pondok Pesantren yang sangat kharismatik,  dan  Menteri Agama RI.

Karena umara dan ulama adalah dua tokoh yang  perlu di taati petuah dan nasehatnya terlebih berkaitan dengan ancaman akan bahaya Covid-19. Dan ada yang lebih penting (substansi) dalam beragama adalah menahan diri dari melakukan aktivitas berkumpul dengan manusia dalam interaksi sosial sekecil apapun dalam bentuk apapun dan di tempat manapun ,  sampai pandemi Covid-19 dinyatakan sirna atau aman bagi kita. Inilah substansi (hal pokok) dalam bergama, bermasyarakat dan berbangsa dari pada sekedar ritus untuk berinteraksi sosial seperti perkumpulan (majelis) dzikir, sholawat, tahlil, yasinan dan majelis taklim lainnya.

Atau hanya sekedar kumpul -- kumpul seperti arisan, siskamling lebih baik sementara ini diliburkan terlebih dahulu menunggu sampai betul -- betul aman untuk bersilahturahmi lagi, berkumpul -- kumpul lagi, beranjang sana lagi. Ada hal pokok yang menurut agama lebih utama (afdhol) yaitu  hifdzun nafsi (menjaga jiwa).  Menjaga jiwa lebih utama daripada kita nekad berinteraksi sosial tetapi ada beberapa kemungkinan seperti  jiwa yang terancam, baik dari kita sendiri, orang tua maupun saudara-saudara kita yang berkumpul di suatu majelis taklim.

Dalam hal bermasyarakat dan berbangsa adanya larangan untuk berinteraksi sosial harus kita taati sebagai warga negara Indonesia yang baik. Ada satu hal yang menarik dalam memaknai imsak dengan mengambil ibrah dari kisah Nabiyullah Ayyub as. Nabi Ayyub  as menderita penyakit kulit, yaitu judzam (kusta atau lepra) selama 18 tahun. Dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir menerangkan, Allah SWT menceritakan perihal hamba dan rasul-Nya Ayyub as dan cobaan yang ditimpakan oleh Allah terhadap dirinya berupa penyakit yang mengenai seluruh tubuhnya dan musibah yang menimpa harta dan anak-anaknya, sehingga tiada satu pori-pori pun dari tubuhnya yang selamat daripenyakit tersebut kecuali hanya hatinya.

Dan tiada sesuatu pun yang tersisa dari harta bendanya untuk dapat dijadikan sebagai penolong dalam masa sakitnya dan musibah yang menimpa dirinya, selain hanya istrinya yang masih mencintainya berkat keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Istrinya bekerja sebagai pelayan, dan hasil kerjanya ia belanjakan untuk makan dirinya dan Nabi Ayyub, suaminya. Istrinya bekerja demikian selama 18 tahun. Kisah Nabi  Ayyub as ini, diabadikan dalam Al Qur'an Surat Shaadayat 41-44. Tentang kesabaran Nabi Ayyub as,  dalam ayat 44 Allah berfirman,"Kami dapati Ayyub sungguh seorang yang sangat sabar, dialah hamba yang sangatbaik. "Demikian ujian keimanan dan ketaqwaan Nabi Ayyub, tetap sabar dan tawakkal kepada Allah SWT. Hanya Kepada-Mu kami menyembah dan hanyakepada-Mu kami mohon pertolongan. Sebagai umat yang beriman, kita harus yakin bahwa semua penyakit datangnya dari Allah SWT, dan yang dapat mengangkat semua adalah Allah SWT.

Bahkan ada salah satu Syi'ir Jawa (Lirik Sholawat Jawa) yang berjudul "eman-eman temen" menyitir, walaupun dalam keadaan miskin tetapi selalu mendirikan sholat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun