Membaca Orasi Ilmiah Sidney Jones dalam kuliah umumnya pada Nurcholish Majhid Memorial Lecture VII tahun 2013 yang diberi judul "Sisi Gelap Reformasi di Indonesia : Munculnya Masyarakat Madani Intoleran",  sangat menarik perhatian saya untuk mengetahui lebih mendalam tentang  siapa sebenarnya Sidney Jones itu. Kredibilitas Jones tak diragukan lagi berbicara terakit isu tersebut, sebagai pemantau hak asasi di berbagai lembaga Internasional sekaligus pakar di berbagai bidang lain seperti demokrasi,  gerakan sosial dan radikalisme. Disamping itu dia memimpin sebuah lembaga yang berbasis di Indonesia yang bernama The Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) sehingga semakin mendekatkannya dengan Indoensia.
Ide kuliah umum ini, bermula ketika dalam perjalanan penelitiannya tentang terorisme, ketika dia mulai menemukan lebih banyak kasus pemuda yang awalnya terlibat dalam kampanye anti-maksiat kemudian beralih ke bentuk yang lebih ekstrem, yaitu aksi-aksi kekerasan. Mereka memulainya dengan menggunakan tongkat dan batu atas nama menjaga moralitas umat serta menjaga Islam dari hal-hal yang dianggap menyimpang, namun belakangan mereka mencoba menggunakan bom.
Menurut Jones terdapat  tiga kelompok garis keras yang berkembang di Indonesia yang demokratis : pertama, kelompok main hakim sendiri (Vigilantisme), dan FPI adalah yang paling terkenal dalam kategori ini; kedua, kelompok advokasi di akar rumput, bisa diwakili oleh GARIS di Cianjur yang juga kerap menggunakan taktik kekerasan; dan ketiga, kelompok transformatif  yang di wakili oleh HTI, yang ingin menggantikan sistem demokratik di Indoensia dengan khilafah.
Masyarakat Madani dan Tidak Madani
      Thomas Carothers, memahami civil society dalam artian luas, yaitu organisasi atau asosiasi di luar negara dan pasar, sebagai analis sosiolog dan ilmu politik, ia cenderung diajukan sebagai sesuatu  yang relatif netral, tak niscaya baik. Sementara Cak Nur memahaminya secara spesifik sebagai ide normatif yang membayangkan suatu masyarakat modern yang berpartisipasi secara luas dalam penciptaan suatu peradaban. Diantara cirinya adalah toleran, pluralis, dan egalitarian. Dalam artian ini, masyarakat madani pastilah baik. Namun justru hal inilah yang dkiritik oleh Carothers. Baginya, jika yang dipahami dengan civil society terbatas pada kelompok-kelompok yang memiliki aspirasi mulia seperti itu, istilah ini menjadi konsep teologis bukan sosiologis. Demikian tanggapan Zainal Abidin Bagir atas orasi ilmiah Sidney Jones yang berjudul "Sisi Gelap Reformasi : Munculnya Masyarakat Madani Intoleran".
Lepas  dari perdebatan antara Sidney Jones dan Zainal Abidin Bagir tentang sisi gelap reformasi sebagai akibat munculnya masyarakat madani pastilah akan berdampak positif dan dampak negatif. Sebagaimana stigma terhadap  islam yang didengungkan oleh musuh-musuh islam bahwa agama islam adalah agama intoleran, islam adalah agama yang mengusung radikalisme dan terorisme.  Demikian juga dengan istilah masyarakat madani (civil society) bukan pada civil society nya tetapi pada aktor --aktor yang ada di dalamnya yang akan berdampak pada kesemuanya. Bukan ajaran islamnya yang intoleran, yang radikal  tetapi para oknum orang-orangnya yang ada di dalam islam itu sendiri. Kalau terkait ajaran islam sudah jelas no debat bahwa agama Islam adalah agama  yang rahmatan lil 'alamin.
Untuk memperkuat adanya istilah masyarakat madani dan tidak madani, saya mencoba mereview atau  flashback  tentang sejarah radikalisme dan terorisme, berawal dari ajaran wahabi yang anti caci maki, membid'ahkan ajaran yang tidak sesuai dengan  zaman nabi tetapi dengan cara-cara yang santun, kemudian berkembang bergrade-grade menjadi ajaran salafi yang  menyuritisasi agama islam dengan caci maki, kemudian muncullah ajaran jihadi yang menghalalkan untuk membunuh non muslim  beserta tempat ibadahnya juga harus dimusnahkan.
Selanjutnya berkembang lagi menjadi ajaran takfiri, ajaran dari jama'ah  Takfirah Hijrah dibawa oleh Sukri Ahmad Musthofa pada tahun 1969 di Mesir. Paham ini mengkafirkan semua orang kecuali mereka yang tidak kafir. Kelompok ini yang membunuh Presiden  Anwar Sadat pada tanggal 3 Oktober 1981, membunuh Menteri Agama Mesir Syekh Husein Ad Dahabi yang mempunyai kitab At -Tafsirin Mufassirun, dan wartawan Yusuf  Siba' dari Sinai Al Ahrom.
Kemudian jama'ah ini dihabisi oleh Presiden Mesir Hosni Mubarak, tetapi beberapa pengikutnya lari ke bukit Sinai, dan karena luasnya bukit Sinai kelompok ini masih bersembunyi  di lembah-lembah dan di gua-gua. Ajaran takfiri ini mirip dengan cara berfikirnya  kaum Khawarij. Walaupun secara Madzab Khawarij sudah tidak ada, tetapi cara berfikir Khawarij mengkafir-kafirkan orang sangat berbahaya terhadap gerakan radikalisme dan terorisme. Sebagian besar pengaji sejarah Islam mendefiniskan sebagai kelompok yang keluar dari barisan pendukung Khalifah Ali bin Abi Thalib setelah terjadinya arbitrase (tahkim) dua kubu antara pendukung Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan pendukung Mu'awiyah pada waktu terjadinya Perang Siffin. Hasil akhir arbitrase ini memenangkan pihak Mua'wiyah sehingga diangkatlah Mu'awiyah sebagi Khalifah selanjutnya. Ali bin Abi Thalib tanpa enggan mempertahankan statusnya lagi sebagai Khalifah pasca-arbitrase ini.
Hal ini membuat banyak orang dari kubu Ali bin Abi Thalib kecewa sehingga memisahkan diri dari kelompok Ali dan mulai memerangi. Kelompok Khawarij tak segan menganggap Mu'awiyah sebagai orang kafir dengan alasan telah menentang Khalifah yang sah, tetapi juga mengkafirkan Ali dengan alasan mau menerima hasil arbitrase. Dengan demikian, semua golongan yang ada dianggap kafir kecuali diri mereka sendiri. Tokoh Khawarij yang paling terkenal adalah Abdurrahman bin Muljam al Muradi  (Ibnu Muljam) karena membunuh Khalifah Islam keempat Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Referensi :
      Jones, Sidney dkk. 2015. Sisi Gelap Reformasi : Kekerasan Masyarakat Madani di Indonesia. Jakarta :  Pusat Studi Agama dan Demokrasi. Yayasan Paramadina.
      Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A. Ceramah pada Medsos IG @ulama.nusantara.
Â
JUNAEDI, S.E., Tim Media Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H