MATAHARI- Jun Noenggara
Akhirnya kereta itupun pergi. Membawa matahari. Meninggalkan aku sendiri
Peron sepi. Stasiun sepi. Tiba-tiba kota ini menjadi kota mati. Para penghuninya menggali lubang dalam sekali. Menciptakan gap, menganga jurang mengubur diri
Dan jalan-jalan lengang kulalui sendiri
Rumah sepi, tak ada penghuni. Kemana engkau pergi? Aku mencari-cari memecahkan sebuah misteri
Tengah malam kesepian semakin menjadi-jadi. Hujan turun sejak tadi. Kucoba membuat sebuah puisi. Tak jadi jadi
Ketika pagi-pagi aku pergi, mencari matahari. Terasa cuma aku sendiri. Tak ada yang lain hadir di sini. Di hati
Begitu berhari-hari. Begitu berhari-hari
Bila engkau kembali? Betapa kuncup bunga mekar berseri. Betapa kicau burung riang bernyanyi. Dan betapa seharusnya engkau sadari bahwa kuncup bunga yang mekar berseri, kicau burung yang riang bernyanyi adalah bisikan hati: "Betapa sepi ketika engkau pergi. Aku rindu sekali. Rindu berbincang dari hati ke hati. Dari hari ke hari"Â
Ciampea, Bogor
Catatan: Sajak MATAHARI ini bisa didengarkan di platform digital: Anchor, Â Spotify, iTune(desktop), Â Apple Podcast, and Other