BEBERAPAÂ waktu lalu, tepatnya di penghujung Juli 2023, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meramalkan bahwa pada 2023 ini dunia (ekonomi) akan gelap gulita. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi setidaknya membuat kita lebih waspada dan berhati-hati. Menurut Menteri Keuangan tersebut, ada beberapa tanda dan indikator yang menunjukkan kondisi kegelapan tersebut.
Pertama, Pertumbuhan Ekonomi Dunia. Dunia akan mengalami kegelapan pada 2023 ini karena pertumbuhan ekonomi global hanya 2,1 persen. Hal ini menunjukan penurunan drastis dari pertumbuhan ekonomi global pada tahun sebelumnya, yaitu 6,3 persen.
Kedua, Perdagangan Dunia. Saat ini perdagangan dunia menunjukkan angka yang paling rendah, yaitu 2,1 persen yang berarti hanya 20 persen dari nilai perdagangan duni pada 2021 yang mencapai 10,7 persen. Dampak dari perdagangan dunia yang rendah ini, sudah pasti ada bagian dunia yang awalnya membutuhkan barang atau jasa tidak mendapatkannya, dan kemudian akan mendorong harga-harga menjadi naik atau inflasi. Seperti yang terjadi pada 2022 lalu, inflasi tertinggi dengan di masing-masing negara seluruh dunia mengalami kenaikan sangat tinggi.
Ketiga, Manufacture of Purchasing Managers Index.  Awan gelap yang akan bergelayut dan menyelimuti dunia juga terlihat dari indikator Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur dunia saat ini, 61,9 persen mengalami kontraksi. Meskipun demikian, Indonesia termasuk salah satu negara yang industrinya masih bertumbuh positif  pada 2023.
Keempat, Tingginya Inflasi dan Suku Bunga. Meskipun di Indonesia inflasi dan suku bunga  masih relatif aman dan moderat, tetapi di negara-negara lain masih cukup membuat was-was, karena inflasi dan suku meskipun bisa mengendalikan inflasi, tetapi juga dapat mempengaruhi cost of fund di seluruh negara, termasuk Indonesia.
Ramalan dunia yang lebih 'gelap' akibat berbagai dinamika geopolitik yang memicu sejumlah krisis pada 2023 ini bukanlah isapan jempol semata dan tanpa tanda-tanda. Kondisi kegelapan atau menuju kegelapan dunia pada 2023 ini, pada 2022 lalu sebenarnya sudah diramalkan oleh Bank Dunia maupun Bank Indonesia sendiri.
Ramalan Bank Dunia pada tahun lalu (2022) bahwa perekonomian global dapat kembali terpangkas hingga 0,5% pada 2023 akibat dari langkah agresif yang dilakukan oleh bank sentral di berbagai negara di dunia.
Sementara itu, pada 2022 lalu Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia, juga memprediksikan kondisi perekonomian global pada 2023 berisiko tumbuh lebih rendah, yang diikuti dengan tingginya tekanan terhadap inflasi dan ketidakpastian di pasar keuangan.
Lalu bagaimana kita menghadapinya? Tak ada cara yang lebih baik selain tetap waspada dan hati-hati. Hati-hati dalam bekerja, hati-hati dalam menggunakan sumbedaya dan hati-hati dalam berbelanja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H