Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Lainnya - Pencangkul dan Penikmat Kopi

Lahir dan tumbuh di Wonosalam, kawasan pertanian-perkebunan dataran tinggi di Jombang bagian selatan. Seorang pencangkul dan penikmat kopi. Dapat ditemui di www.pencangkul.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengenal Keunikan Kopi Ekselsa Wonosalam

16 Juli 2023   13:38 Diperbarui: 18 Juli 2023   11:00 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ceri Kopi Ekselsa Siap Petik (Dok. Pribadi)

EKSELSA! Begitu penyebutan untuk jenis kopi langka yang melegenda di Wonosalam, Jombang, Jawa Timur ini. 

Barangkali tidak banyak orang, bahkan para peminum kopi sendiri, yang mengenal salah satu jenis kopi ini. Wajar saja, karena secara global produksinya hanya berkisar 5 persen saja dari seluruh produksi kopi dunia. Kalah jauh persentasenya dari kopi robusta dan arabika yang selama ini memang lebih dikenal dan lebih komersial.

Namun, tahukah kita bahwa kopi ini mempunyai banyak keunikan, bukan saja rasanya yang unik, tetapi juga "misterius", kompleks dan eksotis. Terkadang mengeluarkan aroma dan rasa seperti buah-buahan, bunga dan sebagainya. Selain itu, tanaman kopi ini cukup "bandel", bisa tumbuh dari dataran rendah sampai tinggi, termasuk di lahan-lahan kritis di lereng-lereng pegunungan sampai lahan gambut.

Komoditas Khas dan Melegenda

Di Wonosalam, salah satu wilayah penghasil kopi ekselsa terbesar di Jawa Timur, keberadaan kopi ini telah menjadi komoditas khas dan melegenda. Wilayah yang berjarak sekitar 30 km di tenggara Kota Jombang ini merupakan kawasan pegunungan, tepatnya ada di Pegunungan Ansjasmoro. Untuk mencapai kawasan ini, tak terlalu sulit. Dari Jombang bisa ditempuh sekitar 40 menit (Mojoagung). Dari Surabaya sekitar dari 1,5 Jam perjalanan melalui jalur utara (Mojokerto).

Kopi ekselsa ditanam di seluruh wilayah kecamatan Wonosalam yang memiliki 9 desa, yang terbentang dari wilayah utara yang berbatasan dengan Mojokerto sampai selatan yang berbatasan dengan Kediri dan Malang.

Penanamannya lebih banyak pada lahan yang memiliki ketinggian kurang dari 700 meter dari permukaan laut (dpl). Lebih dari itu lebih banyak ditanami dengan kopi robusta dan arabika, meskipun kopi ekselsa masih bisa tumbuh baik di ketinggian lebih dari 700 meter dpl.

Kopi ekselsa di Wonosalam sudah ada semenjak masa kolonial Belanda sebagai pengganti kopi arabika dan robusta yang nyaris habis terserang penyakit pada seputaran 1900. Sementara sejarah perkebunan kopi di Wonosalam sendiri sudah ada sejak pertengahan 1800-an sebagai wilayah pengembangan Ondernemin atau perkebunan kopi yang masuk Onderdistrict Kasembon, District Ngantang, Regentschap Malang (1)

Bunga Kopi Ekselsa Wonosalam (Dok. Pribadi)
Bunga Kopi Ekselsa Wonosalam (Dok. Pribadi)

Pada 1861 juga sempat dikunjungi seorang naturalis asal British, Alfred Russel Wallace, ketika berkelana ke Jombang untuk mengumpulkan spisemen burung merak dan ayam hutan (2) . Alfred Russel Wallace, dalam buku The Malay Archipelago setebal 859 halaman yang terbit pada 1869, mengisahkan petualangannya di Wonosalam pada 1861 dengan pengggambaran kebun-kebun kopi, gerumbulan bambu, rerumputan kasar, dan tentu saja tentang burung merak dan ayam hutan.

Rasa dan Aroma yang Unik dan Eksotis

Meskipun kopi ekselsa sebelumnya dianggap sebagai sub-varietas kopi liberika, namun sejak 2006 kopi ekselsa ditetapkan sebagai spesies kopi tersendiri dengan rasa dan aroma yang unik dan eksotis. Beberapa catatan rasa dan aroma yang sering muncul dari kopi ekselsa diantara fruity, tasty, floraly, chocolaty, dan tekstur rasa yang lebih creamy dengan sedikit asam dan pahit yang melekat kuat pada indera pengecap pasca di-sruput (after taste).

Ceri Kopi Ekselsa Wonosalam (Dok. Pribadi)
Ceri Kopi Ekselsa Wonosalam (Dok. Pribadi)

Sementara itu bagi masyarakat Wonosalam, meskipun saat ini beragam jenis kopi yang dibudidayakan, namun kopi ekselsa sudah menjadi "trademark", menjadi ciri khas dan varietas khas Wonosalam. Banyak masyarakat Wonosalam yang mengatakan bahwa "belum minum kopi kalau tidak minum kopi ekselsa".

Jaman dahulu, ketika kopi ekselsa belum banyak dikenal dan bernilai komersial seperti sekarang, masyarakat Wonosalam membudidayakan dan memproses kopi dengan ilmu turunan, dari generasi ke generasi. Mereka seringkali menyimpan kopi biji untuk dikonsumsi sendiri, karena tidak ada permintaan secara regular di pasar, juga tak ada harga yang terstandar. 

Kopi ekselsa memang lebih "berasa" jika yang diseduh merupakan biji-biji kopi yang dipanen beberapa tahun sebelumnya. Bahkan untuk menjaga keunikan rasa kopi, banyak orang yang masih secara tradisional mengolah dan termasuk merostingnya, meskipun anak-anak muda sudah banyak yang menggunakan peralatan terkini yang relatif mahal dalam pengolahan kopi sampai siap seduh. 

Semakin Dikenal dan Komersial

Saat ini, kopi ekselsa Wonosalam semakin dikenal masyarakat, tidak hanya di Jombang tetapi juga merambah ke daerah-daerah lain. Bahkan tahun lalu sempat dilakukan ekspor perdana kopi ekselsa Wonosalam sebanyak 12 ton yang secara simbolis dilepas oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. 

Tidak banyak memang, tetapi untuk ukuran jenis kopi ekselsa bukan perkara mudah mengumpulkan dan menyeleksi grade ekspor sebanyak 12 ton. Apalagi ini baru rintisan yang ternyata prosesnya dari hulu sampai hilir dilakukan oleh petani-petani muda Wonosalam.

Beberapa tahun lalu, teman kecil saya yang menjadi pelaku (petani, prosesor sekaligus pengusaha) kopi, membuat event bertajuk seputar kopi dan aktivitas petani kopi di Wonosalam yang ingin mengglobalkan kopinya dengan segala pernak-perniknya, sempat diliput menjadi bagian headline pada Harian Kompas (3). Ia semakin intens merawat kebun kopinya di Wonosalam juga semakin gencar mempromosikan kopi ekselsa Wonosalam di jantung kota Surabaya sebagai tempat tinggalnya sekarang.   

Secangkir Kopi Ekselsa (Dok. Pribadi)
Secangkir Kopi Ekselsa (Dok. Pribadi)

Jauh sebelumnya, kopi ekselsa Wonosalam juga telah dibawa ke luar negeri oleh pekerja migran maupun mahasiswa dari Jombang yang sedang belajar di manca negera.  Tentu ini dapat membentuk permintaan atau pasar secara regular dan menggerakan perekonomian serta insentif bagi petani untuk meningkatkan kualitas kopinya, baik dari sisi on farm maupun off farm, dari hulu sampai hilirnya. Tertarik dengan kopi ekslesa Wonosalam?

Referensi:

(1).  Daya Kopi Ekselsa Wonosalam [https://news.detik.com/kolom/d-5726461/daya-kopi-ekselsa-wonosalam]

(2). Jejak Wallace di Jombang [https://surabaya.tribunnews.com/2010/07/15/jejak-wallace-di-jombang]

(3). Kisah Sunyi Petani Kopi Wonosalam [https://www.kompas.id/baca/utama/2017/11/04/kisah-sunyi-petani-kopi-wonosalam]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun