Idul Adha tentu memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian. Secara peribadatan, Idul Adha memang salah satu bagian dari "perayaan" kisah Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya, Ismail, sebagai tanda ketaatannya kepada Allah SWT. Dalam perayaan Idul Adha, umat islam yang mempunyai kemauan dan kemampuan (finansial) melaksanakan kurban hewan, seperti kambing, domba, sapi dan hewan sejenisnya.
Berkaca pada perayaan Idul Adha 2022 yang nilai ekonominya menembus 24 trilliun, pada perayaan tahun ini diperkirakan potensi ekonominya akan meningkat mengingat perayaan tahun ini juga status pandemi Covid 19 telah dicabut, sehingga aktivitas perayaan Idul Adha akan lebih leluasa dan semarak seperti sebelum pandemi.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari perayaan Idul Adha terutama terkait dengan transaksi di pasar hewan kurban. Sebelum dan selama perayaan Idul Adha, permintaan terhadap hewan kurban biasanya meningkat berlipat. Masyarakat muslim yang mampu secara finansial dan punya kemauan untuk membeli hewan kurban. Hal ini mengakibatkan peningkatan penjualan hewan-hewan tersebut dan dapat memberikan dampak positif pada peternakan maupun perdagangan hewan kurban.
Dari komoditas ternak kambing dan domba misalnya, yang merupakan hewan paling banyak digunakan untuk berkurban, permintaannya cukup tinggi dan hewan tersebut dikembangkan secara lokal atau domestik, bukan produk impor ataupun yang banyak menggunakan komponen impor. Sehingga efek multiplier atau dampak ikutannya akan sangat besar bagi perekonomian, khususnya bagi peternak-peternak lokal yang mayoritas skala kecil.
Selain itu, hari raya kurban juga mendorong konsumsi masyarakat. Tidak saja konsumsi komoditas daging, tetapi juga konsumsi atau belanja liburan yang seringkali dilakukan masyarakat. Apatahlagi tahun ini hari libur diperpanjang, juga bersamaan dengan musim liburan sekolah. Jasa perhotelan, tempat wisata, transportasi secara umum akan meningkat di seputar perayaan Idul Adha.
Sementara untuk konsumsi daging, tentu hari raya kurban secara langsung akan meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat yang selama ini memang masih di bawah negara-negara tetangga bahkan rerata dunia. Data BPS menyebutkan konsumsi daging sapi dan kerbau per kapita di Indonesia masih berada di kisaran 2,5 kg pada 2022. Jumlah tersebut jauh di bawah konsumsi rata-rata dunia sebesar 6,3 kg per kapita berdasarkan data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).Â
Belum lagi dari sisi lain, selain peternak, juga ada pedagang atau pemasok, juru sembelih hewan di rumah potong hewan, dan sebagainya yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan perayaan hari raya kurban.
Dengan demikian, hari raya kurban selain memiliki dimensi peningkatan ketakwaan secara individual, menunjukkan kepedulian sosial terhadap sesama manusia dengan berbagai (berkurban) juga memiliki dampak positif terhadap perputaran dan peningkatan perekonomian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H