AWAL tahun lalu, mungkin sebagian dari kita terkejut dengan pernyataan Bupati Mojokerto Mustofa Kamal yang mengaku suka minuman bir. Menurutnya, minum bir itu bisa menyehatkan dan membuat awet muda. Pernyataan tersebut disampaikan pasa saat acara peletakan batu pertama pembangunan sebuah pabrik yang memproduksi minuman karbonasi non-alkohol di Desa Sampangagung, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Jum'at, 17 Januari 2014.
Terlepas itu dari "candaan" atau memang benar-benar "amalan" sang bupati, yang jelas beragam tanggapan muncul dari masyarakat terkait dengan pernyataannya itu. Apalagi disaat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa tewasnya beberapa orang di Mojokerto akibat menenggak miras (oplosan) yang entah itu bir berakohol atau bahan-bahan lain yang memabukan dan mematikan. Terkait dengan bir, bergeser ke kota tetangga Mojokerto, yaitu Jombang.Â
Di Jombang, sebenarnya minuman dan minum bir itu cukup populer disebagian masyarakatnya dan hukumnya halal. Bir ini marak beredar terutama di warung-warung makan atapun kedai-kedai makanan. Penikmatnya bukan saja orang dewasa, tetapi juga anak-anak sangat menyukai, pria maupun wanita. Sementara itu, pabrik birnya berada di kawasan Jombang selatan, seperti di Kecamatan Bareng dan Ngoro. Setidaknya dulu ada dua pabrik besar penghasil bir yang saya tahu.Â
Namun seiring berjalannya waktu, pabrik-pabrik itu banyak yang mulai bangkrut. Mungkin akibat persaingan yang ketat dengan produk-produk sejenis dari perusahaan-perusahaan lain. Untuk saat ini pabrik yang masih berproduksi ada di kawasan Kecamatan Ngoro, persis berada di samping pasar Kecamatan Ngoro. Bahkan, saya sendiri sejak saya kecil seringkali menenggak bir kopi produk Jombang ini.Â
Bukannya apa, sekali lagi sejak dulu minuman ini memang cukup populer dan merajai di kawasan Jombang. Sangat pas diminum ketika udara atau musim panas sebagai pelepas dahaga. Meskipun demikian, saat ini keberadaannya sudah mulai tersisih oleh minuman sejenis dari perusahaan besar kelas nasional dan internasional.Â
Bisa jadi ini karena kurangnya promosi dan kemasan yang kurang praktis. Saya belum pernah mendengar dan/atau melihat minuman ini diiklankan di media massa maupun tempat-tempat umum, seperti iklan minuman lainnya. Demikian juga dengan kemasannya. Minuman ini dikemas dalam botol beling ukuran besar 650 ml, ada yang sekarang lebih kecil tetapi tetap dengan lingkaran botol yang besar yang tidak ergonomis, sehingga kurang nyaman digenggam dan saya kira ini sangat tidak menarik konsumen, terutama konsumen muda. Berbeda dengan kemasan produk minuman sejenis dari brand-brand ternama, yang lebih kecil dan praktis untuk digenggam, bahkan dengan kemasan yang unik dan menarik.
Meskipun demikian, meskipun mulai tergilas minuman lain yang sejenis, minuman ini masih punya penggemar 'fanatik' dan segmen pasar tersendiri. Masih banyak warung atau kedai makanan di Jombang dan sekitarnya yang menjualnya, terutama yang berada di pingiran kota dan di desa-desa. Dan tak sedikit pula warung-warung makanan yang menyandingkan minuman ini dengan minuman sejenis dari brand yang lebih me-nasional dan yang dianggap bonafid.Â
Rasa yang paling banyak di pasaran, selain bir kopi adalah rasa aneka buah-buahan, seperti jeruk dan sirsak. Biasanya minuman bir ini diminum dicampur dengan es batu sehingga rasanya lebih menyegarkan. Salah satu tampilan khas dari minuman ini adalah jika dituang ke gelas akan memunculkan gelembung-gelumbung udara yang muncul ke permukaan dan menimbulkan suara seperti orang berdesis, layaknya minuman bersoda atau berkarbonasi lainnya. Dan sekali lagi, meminum bir sejenis ini di Jombang sangat dibolehkan dan dijamin halal. Jadi kalau ke Jombang jangan lupa menikmati bir ini!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H