Mohon tunggu...
jumia lely
jumia lely Mohon Tunggu... -

seseorang yang sederhana, mudah bergaul dengan siapa saja, suka menulis, suka berbagi, cinta dengan dunia pendidikan. Seorang Blogger di jumialely.com yang berjudul tidak ada kata terlambat untuk belajar Meraih mimpi tidaklah terbatas oleh umur dan Pendidikan. Tetapi Semangat dan kekuatan jiwa akan membawa pada setiap mimpi. Pendidikan tetaplah hal yang harus diperjuangkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penatku

12 Maret 2010   07:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:28 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

lembaran-lembaran kertas yang masih terdiam menanti uluran tanganku belum juga berpindah. belum tersentuh dan belum tergores oleh tarian pena-pena itu. Mataku masih saja tertuju pada tumpukan alat penyimpan (storage) yang warna-warni mungil dan lucu-lucu. Flashdisk namanya.  tumpukan flashdisk itu menatapku tersenyum dan berebutan ingin menunjukkan warna-warni hiasan pada tubuhnya. tali temali yang beraneka ragam, boneka-bokena mungil dan lucu menggelantung menghiasinya. Bahkan striker-stiker kecil menempel seperti tatoo ditubuh mereka. Bahkan ada diantara mereka yang biasa saja tanpa terhias apa-apa, sehingga harus kuhiasi dengan karet-karet gelang dengan warna berbeda, agar mereka tidak sama dan tidak tertukar pemilikya. Sebenarnya aku merasa penat sekali dengan semua ini. Bukan Hasil design web saja yang harus aku koreksi, tetapi juga hasil design adobe illustrator karya siswa-siswa.  Laporan kehadiran siswa perbulan juga terus memanggilku, Kalender di atas meja dan di atas CPu itu tersenyum sinis kepadaku. Seakan-akan mereka berkata “lihat, aku semakin dekat”, ya jelas saja mereka semakin dekat. Tanggal-Tanggal dan waktu itu memang terus berjalan menghampiri setiap kepenatanku ini. Surat kabar itu saja tidak sempat aku baca semua, bahkan Bungkusan yang sudah lama seharusnya sampai kepada pemiliknya belum juga sampai, karena waktu yang tidak memungkinkan untuk sampai ke kantor POS. Tapi tangan ini masih memiliki semangat dalam penatku. Tangan ini terus menari diatas keyboard dan juga bermain bersama flashdisk-flashdisk itu, saling merangkul dan saling menyapa. Mata ini tetap bersemangat memandang setiap detail gambar dan tugas siswa itu. Hanya kepenatan hatiku ini yang masih tinggal meski dia hanya diam disana tanpa mengganggu setiap tarian jari jemariku dan kejelian dimata ini. Sesekali kuteguk air mineral itu, dan jiwa ini terasa sejuk ditengah mentari terik yang membuat ruangan ber-AC ini terasa panas dan gerah. sedikit kepenatan itu menjauh, walau sebentar dia datang juga. Sesekali ku tekan ALT + TAB di keyboardku dan Kupandangi Mozzilla Firefox ku. Comment terakhir kubaca adalah dari mbak Anny pada tulisanku Langit Menitik Tangis dan aku tersenyum. Rasanya Belum lengkap tanpa blog walking dan kubuka rumahnya pak Guskar tapi aku sedikit kecewa karena halaman itu yang menjadi inspirasi bagiku tidak bisa kubuka. Antara kecewa dan penasaran, sampai-sampai aku mencoba membuat comment di blognya Bundadontworry berharap tahu mengapa  rumahnya pak Guskar itu error,  tapi tidak ada tanggapan dan aku pergi menuju rumahnya pakde abdulcholik memohon bantuan beliau untuk melakukan cek n ricek  serta pengintaian ke  rumah pak Guskar, dan ternyata memang bukan kesalahan pada mata atau komputerku. Sedikit lega, tetapi masih kecewa karena sampai detik ini masih error. Ntah ada apa dengan pak Guskar ini :D. Kepenatan ini ternyata tak mampu melawan semangat dalam jiwa dan jari jemariku. Meski seluruh raga ini ditarik kesana dan kemari oleh kepenatan, tetapi pekerjaan ini masih membawa semangat bagiku. Tiba-tiba seorang siswa SD kelas 4 datang ke meja kerjaku dan berkata “ibuk sedang apa?” suaranya mungil sekali dan menggemaskan. Kemudian dia meletakkan sebuah Permen Coklat di mejaku. “Ini Buat ibuk!” katanya, dan aku tersenyum. ternyata kepenatanku tiba-tiba pergi  begitu saja, mungkin dia cemburu dan kesal melihat aku tersenyum dan ada bahagia dijiwaku karna pemberian si mungil berpakaian putih merah tadi. Aku menatap kertas-kertas ujian dan flashdisk-flashdisk itu dan tersenyum, Mereka juga tersenyum memandangku, karena mereka tahu, bahwa aku tak akan membiarkan mereka terbengkalai disana. Mereka tahu jari jemari dan jiwa ini masih terus bersemangat untuk menyentuh dan menari bersama mereka.

Kepenatan Boleh selalu hadir dalam jiwa dan kerja keras, tetapi semangat dan senyuman akan membuat kepenatan pergi meninggalkan jiwa ini. Cinta Orang Disekitar akan membawa semangat baru. Jangan Menyerah dan Putus asa. Jangan Pernah Menutup Diri untuk orang-orang yang begitu mencintai kita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun