Mohon tunggu...
Jumedi Medi
Jumedi Medi Mohon Tunggu... -

penuh misteri ..

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kalimat yang Melemahkan

20 April 2014   05:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:27 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini kita ternyata tidak sadar atau ntah tidak mengerti,ternyata banyak pribahasa_pribahasa,kata_kata yang ternyata menjadikan diri kita sebagai jiwa_jiwa yang lemah dan pada akhirnya berada dalam posisi ketertinggalan dan keterpurukan.

Saya sering mendengar kata_kata dari banyak orang ,semisal "Biar miskin yg penting setia" atau "Biar miskin yang penting bahagia" dan ntah kenapa ini bisa menjamur dalam kata_kata,
Kenapa harus kata_kata itu yang terucap ? atau kenapa harus kata_kata itu yang harus jadi landasan ?

Mari kita tilik lagi,pada realitanya apakah kita bahagia dengan hidup miskin ? apakah kita bisa setia dikasih pasangan yang miskin dan mau makan dengan garam saja seperti di sebuah bait lagu ?
Ternyata kita hidup dalam kemunafikan.

Jelas sekali kata_kata itu melemahkan sehingga kita hidup dalam kepasrahan tidak melatih diri untuk berpikir keras dan bekerja keras agar menjadi diri_diri dan jiwa_jiwa yang kuat dan tangguh.

Selama ini kita sudah tahu bahwa kata dan ucapan adalah do'a,kenapa kita tidak berani mengucapkan "punya istri/suami yang cantik/ganteng,baik hati,kaya raya mati masuk surga" bukan kah kata_kata tersebut lebih baik dari kata_kata diatas.

Kita kembalikan lagi bahwa kata_kata/ucapan itu do'a oleh karenanya alangkah baiknya ucapan_ucapan kita lebih baik lagi agar menjadi acuan dan pacun hidup untuk lebih semangat lagi,toh pada akhirnya ucapan apapun itu terjadi atau tidaknya semuanya kita kembalikan atas dasar ridhoNya,yang terpenting kita sudah mengharapkan suatu yang lebih baik.

NB:
masih banyak lagi kata2,ucapan2 dan pribahasa yang ternyata melemahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun