Mohon tunggu...
Jumatun Hasanah
Jumatun Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPKN

Hobi baca Novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenapa Remaja Harus Bijak dalam Bemedia Sosial?

25 Desember 2023   18:57 Diperbarui: 25 Desember 2023   19:12 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

LATAR BELAKANG 

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berkaitan dan berkomunikasi satu sama lain. Dalam berkomunikasi, adab adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan, karena adab mampu membangunkan keharmonisan hubungan diantara sesama manusia dan menjauhkan mereka dari pertikaian yang akan menimbulkan dampak buruk terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Adab berkaitan erat hubungannya dengan dengan sopan dan santun, tatakrama, keluhuran budi pekerti dan kebaikan tingkah laku.

Proses komunikasi di kalangan manusia dewasa ini tidak hanya berlangsung di dunia nyata saja melainkan juga melalui media sosial. Komunikasi yang dilakukan di media sosial ini diantaranya melalui platform media sosial seperti twitter, whatsapp, instagram, facebook, line dan masih banyak lagi. Media sosial dipilih menjadi sarana komunikasi karena proses komunikasi bisa dilakukan secara cepat, mudah dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Melalui media sosial juga kita bisa berkenalan dan berteman dengan banyak orang yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta negara.

Media sosial sudah tidak asing lagi di zaman teknologi yang berkembang pesat saat ini. Terutama bagi kaum remaja milineal yang sudah tidak bisa terpisahkan lagi dari internet. Remaja milineal pada zaman ini sudah lekat kehidupannya dengan berbagai perangkat digital seperti HP, komputer dan laptop. Ditambah hanya dengan melalui media sosial, semua orang bisa memperoleh berbagai mavam kebebasan infomasi baik itu informasi lokal maupun yang berasal dari mancanegara.

Era globalisasi membuat semua kalangan terutama para remaja memiliki kecenderungan untuk lebih bebas dalam berekspresi melalui media sosialnya masing-masing. Kalangan remaja pada dewasa ini dalam kehidupannya tidak bisa lepas dari internet, sehingga membuat para remaja memiliki peluang besar untuk mereka menjadi manusia yang semakin lihai dan sangat paham dalam menggunakan teknologi digital. Semakin mudahnya remaja mengakses informasi, maka akan mempermudah proses berjalannya simulasi dalam bentuk dunia maya. 

Menurut Baudillard (dalam Haryotmoko, 2016), simulasi merupakan sebuah representasi dari sebuah objek yang justu mengganti objek yang dipresentasikannya. Eksistensi remaja dalam menunjukkan keberadaan dan situasi yang mengarahkan kalangan milineal pada keberadaan autentik. (Thompson, 2010) menjelaskan tentang keberadaan autentik (nyata) berarti menjadi dirinya sendiri dalam kehidupannya atau bisa juga diartikan tindakan dalam mengambil tanggung jawab untuk menjadi dirinya sendiri dengan menyeleksi kemampuan yang dimiliki.

Dampak positif dalam media sosial seperti untuk memperluas komunikasi dan mendukung ilumu pengetahuan dan salah satu sumber infomasi bagi semua kalangan. Namun dampak negatif dari media sosial juga tidak kalah banyak, seperti permasalahan bagaimana cara beretika dan beradab yang baik dalam bermedia sosial khususnya di kalangan remaja. Banyak sekali kita temukan dalam bermedia sosial seringkali adab dan etika dilupakan, ditambah lagi dengen rendahnya kesadaran literasi dalam bersosialisasi di media sosial. Rendahnya literasi dapat menyebabkan dampa buruk seperti penyebaaran berita palsu (hoax) yang bisa menyebabkan perselisihan di kalangan masyarakat terutama remaja yang mudah sekali terpancing emosinya.

Oleh karena itu, diperlukannya pendidikan karakter guna membangun sebuah karakter yang tepat dan tidak terpengaruh oleh hal buruk yang disebabkan oleh media sosial. Pendidikan karakter terutama bagi remaja dalam bemedia sosial merupakan suatu tindakan yang mendidik dan bertujuan membimbing generasi muda agar tidak salah langkah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kehiduapan sosial remaja saat ini lebih cenderung menghabiskan waktu lebih banyak waktunya untuk menggunakan media sosial daripada berinteraksi atau berkomunikasi secara langsung dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka cenderung menjadi pengguna media sosial yang fanatik sehingga kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Remaja harus mengontrol diri secara sosial agar tidak terjerumus ke dalam tindakan yang salah dalam pergaulan media sosialnya. Salah satu penyebab dari perilaku remaja saat ini yang cenderung lebih suka bermedia sosial daripada melakukan hubungan komunikasi secara langsung ialah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada zaman milineal ini.

Menurut Sendari (2021) teknologi komunikasi telah berkembang demikian pesatnya. Penyediaan akses informasi yang tidak kenal batas dan waktu seperti layanan internet menjadi alat komunikasi yang penting saat ini, sehingga kita seolah-olah dimanjakan dengan perkembangan teknologi sistem infomasi tersebut. Dengan media sosial itu berfungsi memudahkan kita menjalin interaksi dengan banyak orang. Sekaligus sebagai sarana dan tempat untuk kita berbagi pikiran, dan informasi serta berinterkasi dengan orang lain. Tapi dengan segala kemudahan yang tersedia tentu kita harus waspada dan perlu bijak dalam bermedia sosial agar tetap aman dan tidak menimbulkan dampak negatif.

Fajriani dkk (2021) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa perilaku atau karakter remaja yang terjadi akibat dari media sosial ialah:

Membentuk pribadi yang agresif

Perilaku agresif terbentuk pada remaja akibat adanya rasa kuat dan ingin menjadi lebih baik daripada orang lain. Rasa ini memacu adrenalin yang negatif jika tidak terkontrol dan dapat menyebabkan remaja bertindak dengan tidak baik sehingga merugikan diri sendiri dan orang lain.

Membentuk pribadi yang mudah emosi

Remaja yang cenderung lebih menggunakan smartphone/handphone dalam mengakses dan berinteraksi di media sosial secara berlebihan dapat menumbuhkan emosi dan stress yang tidak terkendali. Pada proses komunikasi, segala bentuk aktivitas yang tidak baik akibat menumpahkan emosi melalui media sosial (misalnya berkomentar pada status orang lain tanpa menunjukkan identitas dirinya) dapat menimbulkan perilaku agresif. Pengendalian emosi tentu tidak mudah,terlebih dengan  emosi yang tidak stabil inilah yang membuat remaja melakukan tindakan-tindakan agresif tanpa memikirkan dampaknya.

Membentuk pribadi yang mudah cemas atau stress

Perasaan cemas pada remaja dapat meningkat yang diakibatkan oleh sebuah tekanan dari proses komunikasi dalam dunia maya dengan orang lain. Hal ini dikarenakan usia remaja merupakan tahapan dalam pertumbuhan masih memiliki pola pikir yang masih labil. Perasaan cemas dan stress ini dapat diakibatkan karena adanya standar yang terdapat dalam media sosial dimana orang lain terlihat lebih baik dari dirinya, sehingga membuat remaja menuntut dirinya sendiri agar sesuai dengan standar orang lain yang dilihat dari media sosial.

Membentuk pribadi yang lebih berani dalam mencoba hal-hal baru

Perilaku ini muncul pada remaja dengan memacu keingintahuan remaja lebih berani mencoba hal-hal yang baru. Motivasi yang cukup kuat membentuk keberanian adalah adanya kesenjangan yang ada di dunia nyata dan dunia maya, sehingga remaja seperti memiliki dua kepribadian berdasarkan dunia tersebut. Kesenjangan ini terjadi karena adanya perbedaan komunikasi pada dunia nyata dan dunia maya. Misalnya pada dunia nyata terdapat norma-norma yang harus dipenuhi, sedangkan pada dunia nyata mereka cenderung lebih bebas untuk mengekspresikan diri.

Salah satu hal yang harus diperhatikan saat menggunakan media sosial adalah kestabilan emosi, karena jika kita tidak bisa mengendalikan emosi maka akan terbawa suasana dan sering kali menulis bahkan memposting hal-hal yang tidak baik. Dalam menjalin pertemanan dengan seseorang di media sosial hendaknya harus tetap menerapkan sifat sopan dan santun terlebih kepada seseorang yang kita kenal sebelumnya (Rahman dkk, 2020). Jika bertemu dengan perbedaan pendapat di media sosial hendaknya harus tetap menjaga tata krama, tidak menyinggung hal-hal yang bersifat rasis. Perbedaan merupakan hal yang wajar bisa kirta temui dimana saja, untuk itu tetap bersifat kekeluargaan dan menolak hal-hal negatif.

Era media sosial berdampak pada perilaku kalangan milineal untuk selalu terhubung dengan internet, baik itu melalui perangkat komputer desktop, komputer, laptop, smartphone/ponsel, maupun tablet. Namun kenyataannya banyak yang menggunakan perangkat smartphone setiap harinya daripada perangkat lainnya. Hal ini duidukung dengan data yang dilansir (APJI, 2018) bahwa setiap hari tersambung internet melalui perangkat smartphone sebesar 93%.

Kalangan remaja harus bijak bermedia sosial, hal ini termasuk tidak mengunggah data pribadi secara virtual, karena suatu saat kemungkinan akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri sehingga segala sesuatu yang bersifat pribadi justru menjadi konsumsi publik. Adanya ruang bebas berupa privacy yang kemungkinan bisa diinvasi atau disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab,sehingga kita harus lebih berhati-hati dalam bermedia sosial dan perlu diwaspadai karena aktivitas yang dilakukan/di upload secara online sekalipun sudah dihapus maka tetap akan meninggalkan jejak digital.

Media sosial juga tidak lepas dari penyebaran berita bohong (hoax). Hoax adalah informasi rekayasa yang dimanfaatkan untuk menutupi informasi yang sesungguhnya. Hoax juga bisa diartikan sebuah upaya pembalikan fakta dengan memanfaatkan informasi yang telah diubah untuk meyakinkan seseorang tetapi tidak dapat divalidasi kebenarannya (Gumilar, dkk, 2017).

Tujuan adanya berita hoax yaitu untuk membuat manusia merasa takut dan kurang merasa nyaman serta kebingungan. Dalam kondisi yang kebingungan, masyarakat akan mengambil keputusan yang salah, terlebih jika penerima hoax tersebut adalah remaja. Di usia remaja (proses menuju usia dewasa) manusia kurang begitu matang dan tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Untuk itu, sasaran dari hoax kebanyakan adalah remaja, terlebih remaja saat ini tidak bisa jauh dari media sosial.

Indonesia merupakan negara hukum tentu memiliki aturan yang cukup ketat dalam kehidupan bersosial media. Hal tersebut terdapat dalam Undang-undang informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yaitu dalam undang-undang Nomor 11 tahun 2008 yang berisi informasi dan Transaksi Elektronik pada pasal 27 tentang penyebaran media yang memiliki muatan pelanggaran pencemaran nama baik, kesusilaan, pemerasan, ancaman dan perjudian. Sedangkan Undang-undang nomor 28 berisi penyebaran berita bohong (hoax) melalui media elektronik yang bertujuan menimbulkan rasa benci dan permusuhan baik individu maupun kelompok berdasarkan agama, suku, ras dan antar golongan. UU ITE ini merupakan undang- undang pertama dalam bidang Teknologi dan Informasi dalam transaksi elektronik sebagai produk legislasi yang dibutuhkan menjadi pionir untuk meletakkan dasar pengetahuan di bidang pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik (Fitriani, 2017).

Selain berita hoax, perilaku negatif dari media sosial juga memunculkan kejahatan media sosial (cybercrime maupun hacker. Akhirnya seperti yang saat ini terjadi di Indonesia bahwa negara kita sangat rentan kejahatan sepeti tipuan online. Pemerintah melalui instansi terkait juga sudah tegas menindak dan membat kebijakan maupun regulasi yang mengatur hal ini. Sebagai contoh pada tahun 2019, setelah kerisuhan Pilpres 2019, pemerintah membatasi sebagian akses ke platform media sosial paling populer untuk menjaga keamanan nasional dengan menangkal persebaran kabar bohong, hoax, dan konten negatif. Langkah ini sebagai upaya mencegah dan menghentikan penyebaran berita palsu.

Untuk membangun sikap bijak bemedia sosial maka terkhususnya bagi remaja dapat dilakukan dengan langkah-langkah:

Menggunakan Perkataan yang baik dan santun.

Menyebarluaskan informasi yang bemanfaat.

Tidak menyebarkan kebohongan

Meluruskan informasi yang salah dan memberikan nasihat.

Bijak dalam bermedia sosial dapat diartikan bagaimana cara kita bertindak dan mengambil keputusan secara tepat dengan baik dalam bersosialisasi dalam dunia maya. Cara untuk bermedia sosial yang bijak ialah dengan menghindari pornografi, isu sara dan kekerasan, memperhatikan penggunaan bahasa, tidak mengumbar informasi, memeriksa kebenaran berita hal lainnya juga harus memperhatikan etika berselancar dari berbagai paltform media sosial tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun