Mohon tunggu...
Jumarni
Jumarni Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya Manusia Dhaif

Selesaikan Urusan Allah, Allah akan selesaikan segala urusanmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melapangkan Hati di Tengah Pandemi

6 Mei 2020   09:41 Diperbarui: 6 Mei 2020   09:43 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melapangkan hati, temukan syukur dalam pandemi

Kita sering berpikir bahwa kita adalah orang yang paling merugi. Tidak beruntung sama sekali.  Tidak pernah merasakan kebahagiaan, selalu merasa kekurangan. Dan tak jarang menyudutkan Allah, karena merasakan suatu ketidakadilan atas apa yang terjadi dengan kita.

Siang ini aku sedang ada keperluan untuk berjalan menyusuri wilayah kampus. Dalam perjalanan sering tidak fokus dengan jalan dan mengalihkan pandangan ke hal-hal yang mungkin karena inginnya Allah untuk kulihat.

Aku melihat seorang petugas kebersihan tengah lari-lari untuk mengambil sampah yang ada di pinggiran kota dan tak jarang dari mereka masuk ke gerobak sampah untuk membersihkan sampah Samarinda. 2016 aku berjalan bersama dengan seniorku, mba inisial R dia berkata "ada ya, orang yang mau kerja gali-gali sampah seperti itu". Aku tak banyak berkomentar.

Saya berpikir, jika tidak ada orang yang mau membersihkan sampah ini, bagaimana kehidupan kita dipenuhi dengan sampah ? Dan terpenting, berapa banyak amal jariyah karena kebaikan yang dia berikan untuk orang lain karena keikhlasannya dalam bekerja ?

Kembali ke pembahasan diawal, alangkah meruginya kita apabila selalu melihat kehidupan kita dari satu sudut pandang, beranggapan bahwa kita adalah mahluk yang paling kurang, paling sengsara, paling  merugi. Seberat apa ujian kita hingga kita kufur terhadap nikmat yang Allah kasih.

Padahal setiap hari Allah berikan air untuk kita minum tanpa melihat proses pembuatan air itu berasal. Begitu panjang perjalannya dari bawah tanah hingga sampai ke tangan kita. Yang kita tau tanpa minum kita tak akan bisa bertahan hidup. 

Itu baru air, belum kita telisik satu persatu bagaimana fungsi ginjal kita berguna dengan baik atau tidak ? telinga kita ? mulut kita ? paru-paru ? jantung kita? Semuanya masih berfungsi dengan baik bukan ?

Kembali ke pembahasan diawal, alangkah meruginya kita apabila selalu melihat kehidupan kita dari satu sudut pandang, beranggapan bahwa kita adalah mahluk yang paling kurang, paling sengsara, paling  merugi.

Padahal setiap hari Allah berikan air untuk kita minum tanpa melihat proses pembuatan air itu berasal. Begitu panjang perjalannya dari bawah tanah hingga sampai ke tangan kita. Yang kita tau tanpa minum kita tak akan bisa bertahan hidup. 

Banyak orang diluar sana yang tak seberuntung kita. Pekerjaan kita masih jauh dari tempat sampah yang kotor dan menjijikkan. Bukan pula kuli bangunan yang harus banting tulang dalam menghidupi keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun