Namaku Jumarni. Lahir di perbatasan Indonesia-Malaysia, pulau kecil berada di ujung utara Kalimantan Timur. Ya, dulu bagian dari Kaltim, pemekaran sejak 2015 Sebatik menjadi bagian dari provinsi baru, Kalimantan Utara. Aku lahir dihari jumat. Makanya kenapa namaku berawal J. Kata orang namaku seperti orang jawa pada umumnya familiar sekali. Tetapi, kata bapak namaku berasal dari gabungan nama mama dan bapak.
Aku merasa aku telah dewasa. Walaupun sebagian besar orang yang baru kenal denganku selalu mengira usiaku 3-5 tahun lebih muda dari usiaku sebenarnya.
November nanti jika aku masih diberi umur, aku baru memasuki usia ke 23 tahun. Sebetulnya aku malu meganggap diriku dewasa, belum banyak karya dan pencapaian yang aku gapai. Bandingkan saja dengan Imam Syafi'i, Sultan Muhammad Al-Fatih di usia yang sama. Jangan terlalu jauh, dibandingkan dengan Imam Hasan Al-Banna (pada usia yang sama) begitu banyak gebrakan dan capaiannya diusia yang lebih muda dari aku. Aisyah menikah bahkan lebih muda pula dari usiaku dan banyak meriwayatkan hadits, masyaallah.
Sejak sekolah dasar aku disekolahkan di sekolah negeri hingga menegah atas, bahwa sampai perguruan tinggi. Mempelajari ilmu agama secara mendetail oleh orang tuaku tidak begitu di push untuk kami bersaudara. Dididik untuk menjadi bagian dari insan yang berprestasi dan mampu bersaing dengan sisi akademik (umum) di sekolah negeri.
Sejak sekolah aku tak pernah keluar dari 10 besar. Jiwa competitor sebagai anak dan adik seorang guru menjadi tuntutan sosial. Sekolah dasar aku tidak pernah keluar dari 4 besar. SMP dan SMA tidak pernah keluar dari 10 besar. Dibangku menengah atas aku menjadi anak IPA entah kenapa memilih jurusan itu, di sekolahku termasud jurusan bergengsi 'katanya'. Di perguruan tinggi aku memilih jurusan teknik informatika, lulus pada 7 desember 2019. Dan meraih gelar sarjana komputer, yap Jumarni, S.Kom.
Perjalanan hidupku lebih lama bersama bapak, karena mama sibuk kerja di pasar. Dan akhirnya beliau (mama) dipanggil lebih cepat. Dan tak begitu banyak kudapatkan kasih sayang lembut sentuhan mama. Seingatku mama memang tidak lemah, pantang menyerah, dia pekerja keras. Dan tuhan lebih mencintai dia, dan menjemputnya lebih dulu, saat itu aku duduk dibangku SMP kelas 1.
SMP aku sudah tidak serumah dengan mama dan bapak karena ikut bersama kakak pertama (abang aris) beliau seorang guru di SMP Negeri saat itu. Setelah ibuku meninggal, aku pindah ke sekolah yang lebih dekat dari rumahku, ya agar lebih dekat dengan bapak.
Dalam aqidah, aku menganut faham alhussunnah asy'ariyyah. Sedangkan dalam kebanyakan permasalahan fiqh, aku ikut pemahama Al-Qur;an dan As-Sunnah menurut madzhab Imam Asy-syafi'i. Perihal tasawwuf, aku sedang mengikuti jalannya Jalaluddin Rumi namun tidak sampai mengikuti tarekat maulawiyah. Adapun dalam gerakan islam, aku mendukung kelompok pergerakan Tarbiyah. Tetapi tidak fanatic, aku mendukung semua kelompok islam yang punya visi jelas, bertauhid dan mengajak kepada Allah.
Aku adalah anak kelima dari lima bersaudara. Yang lahir dari pasangan Muh. Amir dan Almh. Mariale, semoga mereka berdua senantiasa disayang oleh Allah. Aku memanggil ayahku dengan panggilan "bapak, kalau ibu aku panggi beliau dengan panggilan "mama".
Adapun saudaraku, yang pertama namanya persis dengan pendiri muhammadiyah, ahmad dahlan. Ia seorang guru. Yang kedua perempuan, subrena, ketiga rajawali, keempat samsul alam.
Aku memanggil saudara laki-laki dengan sebutan "abang" dan saudariku dengan sebutan "kakak". Orang-orang yang mengenalku di samarinda mengira saudaraku Cuma bang samsul alam, karena wajah kami mirip 'katanya' dan selalu berdua saja selama di Samarinda. Karena ketiga saudaraku tinggal di sebatik (perbatasan Indonesia-malaysia).
Aku banyak mewarisi sifat kedua orang tuaku, bertanggungjawab, berani, mudah kasihan, mau belajar, bekerja keras, keras hati, ngegas ngomongnya. Secara nasab kedua orangtuaku didominasi dengan darah bugis bulukumba dan bugis bone.
Makanan yang paling aku suka itu makanan yang manis-manis, dan pedes-pedes. Aku ngak begitu suka dengan yang asin kecuali manggga muda J untuk spesifik kalau ditanya suka makan apa, sukanya ayam geprek :D bagian punggung.
Kata orang garis keturunan bugis itu banyak tantangannya, neko-neko. Tapi bagiku, orang yang faham, berani, dan pandai bernegosiasi ia pasti bisa menahlukkan keluarganya. Karena aku yakin tiap keluarga ingin yang terbaik untuk buah hatinya. Teringat senior pun terkaget ketika seorang lelaki (ikhwan) bertemu orang tua mbanya (bugis) dan meng-Acc dengan tabungan si ikhwan hanya sekian belasan juta saja. Ya, katanya orang bugis mah standarnya masyaAllah. Tetapi mungkin ikhwan tadi ada amalan khusus dan bisa bernegosiasi. Jadi di Acc.
Kalau kata abangku, uang panai pun sebenarnya uang yang digunakan untuk menggunakan biaya keperluan saat pernikahan baik akad maupun walimatul ursy'. Ujarnya ini adalah bentuk komitmen ikhwan dan juga bukti keseriusan dalam menjalin rumah tangga. Tidak ada patokan sebenarnya, tetapi berdasarkan kesepakatan. Jika diawal saja tidak ada usaha, bagaimana ketika bersama. Begitulah status beliau yang aku amati.
Tidak pernah bertanya langsung, dia punya hak untuk menyeleksi. Oiya dia
(bang alam) orang yang paling didengar dikeluargaku. Karena kepiawaiannya dalam berkomunikasi dan keberaniannya meluruskan yang masih salah dalam keluarga kami. Jadi, apa-apa yang berkaitan denganku, adik satu-satunya. Semua saudaraku dan bapak menyerahkan semuanya ke abang alam. Aku tinggal mendengar keluh kesahnya jika no, ya no. bagiku untuk kriteria tidak muluk dan paling mendasar yang penting kita pernah bertemu.
Di samarinda, aku dan bang alam merantau dia tinggal di rumah mertuanya, dan aku di tempat aku bekerja (SMA IT Granada). Jika hanya ada kepentingan kita saling bertegur sapa via sosial media. Sebelum aku bekerja dan tinggal disini, aku tinggal di pondok pesantren Al-Fajar Samarinda yang sekarang berubah nama menjadi ponpes ash-habul Qur'an. Dulu, banyak ukhtivis memilih tinggal disana menjadi aktivis mahasantri, sambil kuliah dan menjadi santri. Setelah lulus, tuntutan pekerjaan sehingga aku harus meninggalkan pondok. Tetapi tidak putus komunikasi dengan santriwati lainnya.
Rencana kedepan, aku ingin melanjutkan S2 di Turki dengan beasiswa disana (Aminn), beberapa saran dari rekan dan saudara agar tidak keluar kota/negeri sendirian jika tidak bersama mahrom. bertemu dengannya merupakan suatu impian, rentatan mimpiku bukan cuma dia tetapi juga S2. Kenapa sekarang belum bersama dia ? ya aku tau banyak ujian keimanan di era modern saat ini. Tetapi, namanya wanita hanyalah menahan tunggu.
Penggembleng yang baik adalah pengalaman, dan dengan berorganisasi aku menjadi orang yang punya visi dan kendali memanjemen diri dan orang lain. Salah satu diantaranya adalah Lembaga Dakwah, ia hadir menghadirkan ruh dan militansi bergerak atas nama ketuhanan dan kemanusiaan.
Dan yang menanamkan ideology dalam pikiranku dengan berKAMMI, beberapa buku islam worldview, buku karya sayyid Qutub dan buku tan malaka. Tergantung cara pandang dan juga lawan diskusi, bisa sebagai penghasil informasi ataupun darinya aku menyerap informasi sehingga menjadi ideology.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H