Keberadaan sebuah kata terkadang tak terlalu kita perhatikan, apalagi memikirkannya. Namun, di mata Kang Sony Vespa - seorang pegiat pariwisata Kota Cimahi, kata-kata itu bisa memiliki daya tarik sendiri. Bahkan, dia mampu membuat turis yang berkunjung ke Kota Cimahi menjadi terkesima.
Saat Kang Sony menjadi pemandu wisata bus wisata Sakoci (Saba Kota Cimahi), dia bukan hanya menceritakan tentang sejarah Kota Cimahi, tetapi juga bercerita tentang hal-hal menarik lainnya, misalnya tentang asal kata "Garong". Tentu saja kata-kata tersebut juga berkaitan erat dengan sejarah itu sendiri.
Menurut Kang Sony, asal kata "Garong" bermula dari adanya seseorang di zaman awal kemerdekaan (sekitar tahun 1946-1947) yang akan mengirim surat dari Cimahi melalui Tagogapu ke Padalarang. Karena orang tersebut kemalaman, akhirnya dia berhenti di markas TKR (Tentara Keamanan Rakyat -- cikal bakal TNI) yang lokasinya di Jalan Raya Cibabat, persis di depan Jalan Cihanjuang (sekarang eks gedung markas TKR tersebut sudah menjadi Bank Jabar-Banten). Ia pun ditampung dan bermalam di sana. Dulu tempat tersebut merupakan rumah kediaman kakeknya grup legendaris BIMBO.
Kemudian terjadilah percakapan antara salah seorang prajurit TKR dengan kurir surat tersebut, "Kenapa tidak diteruskan perjalanannya?"
"Sudah malam Pak. Saya takut meneruskan perjalanan. Jalur yang akan saya lalui tidak aman. Banyak garong di sana," jawab kurir tersebut.
"Garong? Apa itu garong?" tanya laskar TKR tersebut.
"Kata orang sih garong itu singkatan dari Gabungan Romusa Ngamuk," jawab kurir itu.
"Oh mantan romusa? Iya, memang betul itu jalur rawan. Sebaiknya menginap saja di sini, besok saja dilanjutkan perjalanannya," saran laskar TKR tersebut dengan ramah.
Menurut id.wikipedia.org, istilah romusa ( rmusha: "buruh", "pekerja") adalah panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang (1942-1945). Kebanyakan romusa ini berasal dari para petani yang dipaksa bekerja oleh pihak Jepang. Mereka dikirim ke berbagai tempat di Indonesia serta Wilayah Asia Tenggara untuk dijadikan budak atau pekerja paksa.
Ternyata setelah saya telusuri melalui Google, kisah asal mula kata "garong" tersebut pernah pula diulas di laman id.historia.org. Historia adalah majalah sejarah online pertama di Indonesia yang disajikan secara populer. Menurut majalah online tersebut kisahnya terjadi antara 1945-1947. Saat itu tak ada seorang pun yang berani melewati jalur Tagogapu-Padalarang di atas jam 16.00 karena pada waktu tersebut gerombolan bersenjata mulai beroperasi.