Pagi ini cahaya mentari memang terlihat indah, tapi tidak dengan hatiku.
Bagiku batin ini serasa terpenjara, bagai dibingkai besi yang rapat.
Lalu, bagaimana dengan mimpiku yang masih terpendam di dadaku?
Ah, kepastian itu tak pernah hadir, setidaknya sampai detik ini.
Gundah, resah, dan gelisah, mewarnai batinku yang terombang-ambing tak menentu.
Mengapa corona belum juga pergi?
Mengapa pandemi ini begitu betah bersemayam di negeri ini?
Beribu-ribu pertanyaan terus menghardik kepalaku yang tetap membisu.
Pikiran ini tak mampu melawan kehendak takdir Illahi yang Maha Mumpuni.
Apalah arti diri ini yang tak ubahnya bagai setitik debu di jagad raya ini.
Aku ada seperti tiada.
Aku berbentuk, tapi bagai tak berwujud.
Aku hadir, tapi bagai diselimuti tabir.
Biarkan aku menanti Sang Pemilik Jiwa memberikan bimbingan-Nya.
Biarkan aku diam di sini, menanti corona pergi.
Biarkan mulutku selalu bertasbih menyebut nama-Mu.
Dengan begitu aku 'kan merasa dekat dengan-Mu.
***