Selepas penerapan new normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di Kota Cimahi, kegiatan masyarakat mulai menggeliat. Hal tersebut juga dimanfaatkan dengan baik oleh para seniman yang tergabung dalam komunitas Forum Pelukis (Forkis) Cimahi.
Mereka yang selama ini berkarya di rumah saat masih diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kini mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru tersebut.
Seniman Cimahi tetap semangat melakukan aktivitas berkeseniannya meskipun badai pandemi corona masih melanda Indonesia.
Tiga orang pelukis yang terdiri dari Bahar Malaka, Dedi Supriyadi, dan Ahmad Kusnadi melakukan aksi melukis bersama di Plaza Taman Rakyat Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi pada Minggu, 19 Juli 2020. Mereka bisa bersilaturahmi sambil meluapkan ekspresinya melalui hempasan kuas di atas kanvas.
Bagi seniman, berkarya bisa dilakukan dimana saja, tidak terkendala masalah tempat. Namun, berkarya di luar ruangan tentu memiliki sensasi sendiri. Selain bisa melepaskan rasa jenuh atau kebosanan, juga bisa melihat fenomena yang terjadi di sekitarnya sehingga bisa melahirkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif dalam berkarya.
Pelukis Ahmad Kusnadi atau biasa disapa dengan sebutan Kang Encus yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan melukis bersama tersebut  mengatakan bahwa dia baru pertama kali melakukan kegiatan melukis on the spot bersama di tempat ini. Apalagi bisa melukis bersama Bahar Malaka, pelukis kondang yang namanya sudah lama berkibar dalam pentas seni rupa di Indonesia, membuat dirinya merasa senang dan bangga. Hal ini juga menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga baginya.Â
Selama ini Kang Encus biasa berkarya di rumah yang tak jauh dari Plaza Taman Rakyat Pemkot Cimahi yaitu di daerah Cipageran, Cimahi.
Menurutnya, kegiatan melukis bersama tersebut bertujuan untuk bersilaturahmi. Selain itu, mereka juga bisa saling menginspirasi melalui karya yang mereka ciptakan secara spontan.
"Masing-masing seniman kan punya karakter sendiri. Jadi kami bisa saling menginspirasi. Saya juga merasa bangga bisa melukis bersama Bahar Malaka. Mungkin semua orang sudah tahu kalau beliau adalah salah satu pelukis ternama asal Cimahi," ujar Kang Encus penuh semangat.
Pada kesempatan tersebut Kang Encus mencoba melukis objek berupa potret dirinya sendiri saat melukis. Pelukis otodidak ini ingin merekam jejak keberadaan dirinya di tempat tersebut karena baginya ini merupakan momen bersejarah.Â
"Saya baru pertama kali melukis di sini dan bagi saya ini merupakan kenangan yang tak terlupakan," ujarnya sambil tertawa. Â
Kang Encus melihat Plaza Taman Rakyat Pemkot Cimahi sangat indah dan berharap kepada pemerintah agar tempat tersebut bisa lebih diberdayakan dan dikemas sedemian rupa seperti di Kampung Terobosan dengan konsep Kampung Sunda.Â
"Kenapa tidak dikemas dengan aksen-aksen, sentuhan yang berestetika yang berkaitan dengan seni. Tempat ini sangat cocok sebagai tempat berkumpulnya para seniman. Kami juga berharap suatu saat pemerintah menyiapkan fasilitas untuk menyimpan karya para seniman Cimahi," ujar pelukis beraliran realis ini menyampaikan harapannya kepada Pemkot Cimahi.
Pelukis yang belum lama bergabung dengan Forkis Cimahi ini memiliki studio lukis dengan nama "Cus Eruption". Cus merupakan nama panggilan Kang Encus sejak kecil, sedangkan Eruption artinya ledakan. Artinya dia ingin suatu saat nanti memberikan ledakan atau kejutan dalam dunia seni lukis yang sedang didalaminya.
"Saya berharap studio tersebut Insya Allah suatu saat akan dikembangkan dalam bentuk sanggar seni rupa. Anggota Forkis yang masih muda atau remaja kelak bisa belajar disana. Menurut pengamatan saya, saat ini masih sedikit sanggar seni rupa di Kota Cimahi," ujar seniman yang juga menjabat sebagai Sekretaris Komite Seni Rupa di Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC) ini dengan nada serius.Â
Kreativitas melukis yang dilakukan oleh Kang Encus saat ini masih sekadar hobi disela-sela kesibukannya bekerja sebagai karyawan PT KAI di kantor pusat, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung. Dia juga berharap hasil karya lukisnya laku dan bisa menghasilkan uang. Namun, menurutnya hal yang paling utama adalah kepuasaan batin. Â
Berkaitan dengan para remaja yang ingin belajar melukis dan ingin mengembangkan talentanya, Kang Encus menyarankan  agar mereka banyak berlatih, selalu tetap semangat dalam situasi dan kondisi apapun.
Menurutnya, bakat perlu diasah karena kalau tidak dipraktikkan bisa menimbulkan tidak semangat.
Oleh sebab itu dengan adanya kegiatan melukis bersama yang dilakukan Forkis Cimahi, dia berharap bisa menimbulkan motivasi  bagi mereka.
Sementara itu pelukis lainnya yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan melukis bersama tersebut adalah Drs. Dedi Supriyadi. Guru Seni dan budaya SMAN 5 Cimahi ini mengatakan bahwa kegiatan melukis bersama tersebut sangat positif.Â
Ada dorongan dalam dirinya untuk senantiasa berkarya agar kualitas lukisannya semakin baik. Adanya kegiatan ini, selain sebagai media silaturahim, juga bisa melihat sampai sejauh mana karya sesama seniman lainnya, baik dari sisi tema, konfigurasi warna, maupun teknis.Â
Belum adanya gedung kesenian yang representatif sebagai tempat berkumpulnya para seniman untuk berkarya, membuat even kesenian, memajang hasil karyanya ataupun hanya sekadar bersilaturahim, membuat mereka bertemu dan berkumpul dimana saja, termasuk di taman tersebut.Â
Dedi berharap kepada Pemerintah Kota Cimahi, khususnya bagian Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Pemkot Cimahi agar Kota Cimahi mempunyai sanggar atau galeri untuk mewadahi seniman-seniman  khususnya seni lukis yang ada di Cimahi.Â
Pelukis beraliran realis dan surialis ini juga mengajak para seniman lainnya untuk bersatu dan ikut bersama-sama membangun Kota Cimahi. Dia berharap para seniman mau berbagi ilmu dan turut membimbing para remaja atau anak-anak muda Kota Cimahi agar mereka maju dan berprestasi. Â
"Khususnya seniman-seniman seperti saya ini sebaiknya membuat kegiatan belajar melukis, misalnya di taman-taman dan di sanggar-sanggar untuk menampung  anak-anak yang berminat di bidang seni rupa ini khususnya melukis," ujar Dedi sambil terus menyapu kanvas dengan cat beraneka warna.   Â
Dalam even melukis bersama tersebut, Dedi sengaja mengambil objek pedagang baso yang sedang berjualan di sekitar tempat itu.
Alasannya karena dia ingin merekam momen tersebut ke dalam kanvasnya dan dijadikan sebagai karya seni.
Dengan melihat lukisan tersebut dia berharap agar para penikmat seni bisa menghargai usaha yang dilakukan masyarakat kalangan bawah dalam berjuang mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Saya tertarik dengan bentuk gerobaknya, pedagangnya, dan para pembelinya. Saya suka tema-tema sosial. Bagus untuk dilukis karena bukan saja indah, tetapi ada pesan tersendiri dari objek yang saya lukis," ujar Guru SMAN 5 Cimahi ini dengan serius.
Berkaitan dengan kondisi pandemi virus corona atau covid-19, Dedi berharap para seniman bisa tetap berkarya dan mau belajar teknologi.
Menurutnya, berpameran lukisan tidak harus dilakukan secara fisik, tetapi bisa dilakukan secara daring dengan menggunakan teknologi internet.Â
Apalagi kondisi sekarang, lukisan agak sulit dijual. Oleh sebab itu seniman harus menghasilkan karya yang unik, kreatif, dan inovatif sehingga lebih diminati konsumen.
Selain kedua pelukis tersebut, tampil juga pelukis berambut gimbal yang lebih dikenal sebagai pelukis eksentrik yaitu Bahar Malaka. Pelukis yang satu ini sudah sering melakukan berbagai aksi seni di berbagai tempat, baik di Kota Cimahi maupun di kota-kota lainnya di indonesia.
Bahkan, pelukis yang sudah memiliki banyak penghargaan dan sering diliput berbagai media ini sebelumnya pernah beraktivitas di manca negara.Â
Saat melukis bersama tersebut, Bahar Malaka sengaja memilih dengan warna-warna terang yang khas. Akhir-akhir ini pelukis baraliran surialis tersebut sangat menyukai warna yang mencolok. Mungkin ini merupakan refeksi dari hatinya yang tengah berbunga-bunga, meskipun dalam suasana pandemi corona.
"Dua minggu terakhir saya senang dengan warna-warna kuning, hijau, dan merah. Ketika berkarya saya di ini pun warna-warna tersebut saya terapkan.
Kenapa? Karena di studio saya, juga sudah terbiasa melukis dengan warna-warna dominan tersebut," ujar Pemilik Studi Lukis "Tepas" ini sambil menghisap rokoknya lebih dalam.
Bahar Malaka juga mengeluhkan fasilitas berkesenian untuk para seniman. Dia merasa miris di Kota Cimahi ini belum ada gedung kesenian yang representatif untuk memajang karya para seniman sehingga karya mereka bisa dinikmati oleh anak-anak dan cucu di masa mendatang.
"Gedung kesenian itu memang sangat diperlukan di salah satu kota. Kenapa? Karena itu akan menjadi sebuah cerminan daripada kreativitas dari masyarakat seni di kota tersebut.Â
Yang terpenting, tolong kepada pemerintahan kota atau yang terkait, dipikirkan lebih jauh dan matang. Bukan kami yang saat ini sudah menjadi praktisi atau pelaku seni, karena kami sudah terbiasa melakukannya dimanapun, baik di Jawa Barat, di kota lain, di luar Jawa ataupun mungkin di luar negeri. Tapi yang menjadi miris itu untuk generasi yang akan datang, seperti anak-anak kita, cucu-cucu kita.Â
"Perbandingan dengan kota-kota tentangga, pada umumnya mereka sudah memiliki gedung kesenian sendiri yang layak dan reresentatif untuk membuat sebuah even lokal maupun even nasional.Â
Sementara di Cimahi ini sudah didengung-dengungkan sejak jauh hari akan dibangun gedung kesenian. Namun, sampai saaat ini geliatnya belum nampak," pungkas Bahar Malaka dengan nada prihatin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H