"Alhamdulillah beberapa anggota komunitas senang untuk membantu dan bekerjasama sebagai team di project-project yang saya tangani. Ada yang menjadi desainer, ada yang bertindak sebagai pelipat kertas dan banyak lagi lainnya," ujar pencetus gagasan dan pelopor "Konvensi Origami Nasional ke-1 Indonesia" di Surabaya tahun 2015 ini dengan bangga.
Linda mengakatkan bahwa semua keterampilan yang diperolehnya selama ini lebih banyak dipelajarinya secara otodidak. Begitu juga dengan pekerjaan dari klien. Ia selalu menganggap bahwa project adalah sebuah tantangan yang harus ditaklukannya.Â
"Saya biasanya butuh waktu untuk mempelajarinya. Saat paham dan yakin sudah sesuai dengan pakemnya, biasanya saya share atau saya ajarkan pada team sehingga kami bisa memnyelesaikan tantangan yang diberikan oleh klien," ujar istri dari M. Lukman ini dengan serius.Â
Dari Origami ke MelukisÂ
Selain memiliki kemampuan membuat origami, Linda juga memiliki keahlian lain yaitu Suminagashi - Â teknik membuat dekorasi pada kain dengan menggunakan teknik seperti membuat tekstur marmer yang dihasilkan dari tinta khusus (marbling paint). Suminagashi ini berasal dari kebudayaan tradisional Jepang dan merupakan sebuah teknik mendesain atau mewarnai wadah cair yang kemudian diimplementasikan pada kertas, kain atau juga batu.Â
Wanita yang mempunyai motto hidup "Mun Keyeng Tangtu Pareng" ini terus mengembangkan ilmu dan pengalamannya di bidang kebudayaan Jepang. Bahkan, ia juga mampu membuat ecoprint, yaitu teknik pewarnaan alami dengan cara menempel bentuk asli tumbuhan (daun/bunga) ke permukaan kain yang diinginkan. Teknik ini prosesnya sederhana dan sangat ramah lingkungan.
"Semua itu awalnya tantangan dari klien yang saat itu membutuhkan narasumber yang ternyata bisa kita penuhi. Misalnya saat itu ada klien yang minta dibuatkan kupu-kupu untuk dekorasi acara di Atrium Mall Taman Anggrek, Jakarta. Ya, karena abstrak, jadi saya pikir orang awam yang enggak bisa menggambar juga bisa. Awalnya E.O. yang biasa undang saya minta artis suminagashi. Saya cari, enggak ada. Saya hunting di Google, cuma ada satu seniman, tapi saya lihat hasilnya juga masih biasa saja. Lagian nomor kontaknya juga tidak ada," ujar Linda mengenang saat awal ia berkenalan dengan suminagashi.
Bukan Linda namanya kalau menyerah pada nasib. Kesulitan baginya justru menjadi sebuah tantangan yang harus ditaklukkannya. Bahkan, akhirnya justru menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan.
"Iseng-iseng selama 12 hari saya pelajari setiap hari dan berhasil. Akhirnya saya yang tampil. Jadi modalnya pede saja. Tanpa diduga, ternyata even itu merupakan launching sebuah produk internasional. Bahkan artis Anggun C Sasmi, Dominiq Sanda, dan Susan Bakhtiar juga hadir sebagai brand ambasador produk itu," pungkas ibu dari Naufal Zainul Arifin, Fauzan Taufiqurrahman, dan Fauzi Taufiqurrohim mengenang peristiwa bersejarah yang tak akan terlupakannya tersebut.Â