nama? Demikian sebuah pepatah yang acap kali pernah kita dengar. Pepatah tersebut keluar dari seorang pujangga termashur asal Inggris, William Shakespeare (26 April 1564-23 April 1616).
Apalah arti sebuahKita semua pasti paham betapa pentingnya sebuah nama. Orang rela membuka berbagai kamus berjam-jam demi mencari nama yang memiliki makna terbaik. Bahkan, menelusuri dunia maya dengan bertanya ke Mbah Google.
Lantas, mengapa William Shakespeare mengatakan,"What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet."
Apa yang dikatakan Pujangga Inggris tersebut ada benarnya. Mungkin itu berlaku untuk tanaman, bukan buat manusia. Sekuntum bunga mawar yang indah dan wangi, mau kita beri nama apapun ia akan tetap seperti itu. Tak ada yang berubah.
Bagi manusia, nama adalah sebuah doa atau harapan. Oleh sebab itu pemberian nama seharusnya memiliki makna yang baik sehingga bisa menjadi motivasi dan menjadi kebanggaan bagi penyandangnya.
Ah, kok jadi ngelantur begini? Sebenarnya saya bukan bermaksud ingin membahas soal nama yang baik atau buruk, melainkan tentang makna dari sebuah tulisan. Saya tergelitik ingin membahasnya karena cukup menarik.
Kebetulan ketika saya sedang berjalan secara tidak sengaja menemukan sebuah rumah makan sederhana dengan label Rumah Makan "Tanpa Nama". Lokasinya terletak di Jalan Soekarno-Hatta (By Pass), Kota Bandung.
Mungkin maksud pemilik rumah makan masakan Padang tersebut adalah tempat usahanya tidak diberinya nama alias polos. Namun, caranya menurut saya salah.Â
Seharusnya dia cukup menuliskannya "Rumah Makan" masakan Padang karena memang hanya jenis masakan itu yang dijualnya, bukan dengan menuliskan "Rumah Makan Tanpa Nama" masakan Padang".
Menurut saya, kata "Tanpa Nama" sebenarnya adalah nama itu sendiri. Kalau maksudnya tanpa nama, semustinya tanpa ada kata tambahan setelah kata "Rumah Makan".
Justru pemberian tanpa nama yang tepat seperti yang ditunjukkan aplikasi Google Map. Ketika saya menerima chat dari seorang sahabat yang sedang dalam perjalanan, dia mengirim peta lokasi posisinya sekarang dengan aplikasi tersebut.Â
Ternyata lokasinya tak ada namanya. Tanda bulatan merah berbentuk balon terbang dengan titik hitam di tengahnya itu benar-benar tanpa keterangan apapun.
Pada bagian peta baru diberi penjelasan singkat dengan keterangan "Lokasi tanpa nama" disertai posisi koordinat keberadaan teman saya saat itu.
Ya, bicara soal bahasa tentu saja menarik. Bahasa lisan dan tulisan tentu beda. Mungkin kalau kita mengatakan secara verbal tentang rumah makan tersebut dengan mengatakan,"Rumah makan tanpa nama." Konotasinya bisa berbeda-beda alias mengandung dua persepsi.Â
Persepsi pertama artinya rumah makan bernama "Tanpa Nama" dan persepsi kedua, rumah makan tanpa nama.
Semoga Anda tidak bingung dibuatnya. Kalau Anda bingung, maafkan saya. Abaikan saja, toh ini hanya tulisan ringan yang bertujuan untuk menghibur saja.
Salam pena kreatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H