Aku tahu kalau wajahmu cantik jelita
Aku tahu kalau namamu gemerlap bak intan permata
Aku tahu kalau banyak pria mendambakanmu
Aku juga tahu kalau kamu selalu jadi sumber berita
Aku tak tahu kalau perangaimu tak seindah wajahmu
Aku tak tahu kalau nama besarmu telah membelenggu jiwamu
Aku tak tahu kalau cuma harta benda yang menjadi tujuan hidupmu
Aku juga tak tahu kalau kau tak malu mengumbar auratmu
Oh, wanita pencinta dunia
Hidupmu kini telah menjadi sumber petaka
Tak ada lagi kalam Illahi dalam langkahmu
Tak ada lagi nur suci dalam jiwamu
Kau berjalan, lilin pun padam
Kau berlari, semua makhluk bumi pun pergi
Kau makan, piring pun terbang
Kau berkata, semua orang pun murka
Awan makin gelap menuju kelam
Angin menari tarian perangnya
Bumi memuntahkan lahar yang dikandungnya
Rumput-rumput mati
Hutan kering kerontang
Cahaya mentari pagi tak sejuk lagi
Mungkinkah ini semua karena ulahmu?
Aku tak tahu
Aku memang tak tahu
Aku memang tak perlu tahu
Jangan-jangan sebenarnya aku tahu, tapi tak mau tahu
***Â
Cihanjuang, 9 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H