Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengintip Musala Unik Tanpa Nama di Rest Area Manyaran KM 05

30 Agustus 2019   10:55 Diperbarui: 30 Agustus 2019   11:14 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rakalat salat yang sudah rapi (Sumber: J.Haryadi)


Melakukansebuah perjalanan panjang menggunakan kendaraan tentu sangat melelahkan . Jika badan sudah terasa kurang nyaman,sebaiknya beristirahat. Apalagi kalau sempat menguap beberapa kali karenamengantuk. Jangan paksakan diri untuk melanjutkan perjalanan. 

Berkendaraandalam kondisi kurang fit, efeknya sangat berbahaya. Jika kita sempat tertidur,walau hanya beberapa detik, bisa mengakibatkan kecelakaan. 

Oleh sebab itusebaiknya kita berhenti sejenak di tempat peristirahatan. Kehilangan waktuhanya beberapa menit untuk beristirahat itu lebih baik daripada kita haruskehilangan nyawa.

Saatperjalanan pulang dari Jember menuju Bandung kemarin - Kamis, 29 Agustus 2019 , saya dan rekan seperjalanan melalui jalan tol dan sempat mampir di Rest Area Manyaran KM 05, Semarang, JawaTengah. Saat itu waktu menunjukkan pukul 08.45 WIB dan suasana cerah sekali.

Sinar matahari begitu indah menyinari bumi dan langit pun terlihat biru, hampirtanpa mega yang biasanya selalu menyelimutinya.

Sudahmenjadi rahasia umum, kalau kita berhenti di rest area, tujuan utama kitabiasanya cuma ada empat macam. Pertama, karena kita mau buang air kecil. Kedua,karena mau isi bensin. 

Ketiga, karena urusan perut alias lapar, dan keempat,karena sengaja mau beristirahat untuk menghilangkan penat, melepas lelah.

Dua rekanseperjalanan saya memilih buang air kecil, lalu beristirahat. Sementara sayasendiri sedikit berbeda, memilih opsi lainnya. Saya justru tertarik melihatsebuah musala unik nan cantik yang bertengger di sisi jalan rest area, tak jauh dari tebing yangcukup curam. Anehnya lagi, musala ini tanpa nama. 

Saya berkeliling mencariplang nama musala ini, hasilnya sia-sia. Memang pembuat musala ini lebihmementingkan manfaat daripada sekadar nama. Luar biasa! 

Tanpa pikir panjang, saya mengambil handphoneyang tersimpan di tas kecil dan mulai mengamati bentuk musala tersebut dariberbagai sudut, lalu memotretnya. Sekali-kali saya juga ikut narsis denganberselfie ria. Hasil jepretan pertama saya dari kamera handphone bisa kita lihat di sini.


MusalaTanpa Nama di Rest Area Manyaran KM 05 (Sumber: J.Haryadi)
MusalaTanpa Nama di Rest Area Manyaran KM 05 (Sumber: J.Haryadi)
Penulisberselfie ria di depan musala Rest AreaManyaran KM 05 (Sumber: J.Haryadi)
Penulisberselfie ria di depan musala Rest AreaManyaran KM 05 (Sumber: J.Haryadi)
MusalaRest Area Manyaran KM 05 (Sumber:J.Haryadi)
MusalaRest Area Manyaran KM 05 (Sumber:J.Haryadi)

Usaimemotret, saya melaksanakan hajat buat air kecil, cuci muka, sekalian berwuduuntuk melaksanakan salat Duha di musala tersebut. Posisi toilet dan tempatberwudu terpisah. 

Toiletnya berupa sebuah bangunan tertutup yang di dalamnyaterdapat urinoir - tempat buang airkecil untuk pria dan beberapa buah kamar WC -- singkatan dari water closet, tempat buang air besar. 

Posisi tempat mengambil air wudu ada di sisiTimur musala dan letaknya agak di bawah. Sementara itu pintu masuk musalaberada persis di depannya. Setelah berwudu, kita bisa langsung masuk ke musalatersebut dengan melewati beberapa anak tangga terlebih dahulu.


TempatAir Wudu Musala Tanpa Nama (Sumber: J.Haryadi)
TempatAir Wudu Musala Tanpa Nama (Sumber: J.Haryadi)

Kembalisaya dibuat takjub dengan desain interior musala Rest Area Manyaran KM 05 ini.Betapa tidak, bagian dinding dan atapnya indah sekali. Kombinasi bentuksegitiga yang mendominasinya telah dibuat sedemian rupa, sehingga dinding initerlihat seperti tembok tebal dengan lekukan yang keren, bagaikan seorangbinaragawan berotot dan bertubuh kekar.


Interiorbagian dalam Musala Tanpa Nama (Sumber: J.Haryadi)
Interiorbagian dalam Musala Tanpa Nama (Sumber: J.Haryadi)
Usaisalat, saya kembali memperhatikan desain interior musala dan keadaan disekelilingnya. Setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata dinding ruanganbagian dalam musala tidak terbuat dari semen dan pasir, melainkan kombinasibahan dari kaca dan kayu lapis, sedangkan kerangka bangunannya terbuat daribesi. 

Khusus bagian atas terdapat kipas angin berukuran besar, tergantung diatas plafon yang terbuat dari kayu lapis juga. Hanya lantai yang terbuat darisemen, pasir, dan keramik, serta dilapisi dengan karpet.


Interiorbagian dalam Musala Tanpa Nama (Sumber: J.Haryadi)
Interiorbagian dalam Musala Tanpa Nama (Sumber: J.Haryadi)


Penulisberpose di bagian dalam Musala Tanpa Nama (Sumber: Tukis)
Penulisberpose di bagian dalam Musala Tanpa Nama (Sumber: Tukis)

Musalaini tergolong bagus, bersih, dan nyaman. Saya merekomendasikan Anda yangkebetulan melalui rute ini untuk mampir ke sini. Namun, ada sedikit himbauankepada Anda, sebaiknya selepas menunaikan salat, kembali merapikan perangkatsalat yang sudah digunakan. 

Soalnya saya melihat mukena, sarung, dan sajadahyang baru dipakai pengunjung terlihat berantakan. Untung saja ada seorangpetugas kebersihan yang rutin merapikannya.


Petugaskebersihan sedang merapikan alat salat (Sumber: J.Haryadi)
Petugaskebersihan sedang merapikan alat salat (Sumber: J.Haryadi)


Rakalat salat yang sudah rapi (Sumber: J.Haryadi)
Rakalat salat yang sudah rapi (Sumber: J.Haryadi)

Saya jugaingin berpesan kepada hamba Allah yang kebetulan diberi rezeki berlimpah danberniat bersedekah, bisa membangun sebuah musala dengan konsep seperti ini.

Mungkin dengan sedikit modifikasi, desain musala bisa dibuat dengan sistemknock down -- sebuah sistem yangmenungkinkan furniture bisa dibogar dan dipasang dengan mudah, sehinggapraktis dan mudah dipasang.

Semoga bermanfaat dan salam pena kreatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun