Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengintip Acara Agustusan ala RT di Kota Cimahi

25 September 2017   23:08 Diperbarui: 28 September 2017   16:50 4201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rampak sekar (paduan suara lagu-lagu Sunda) ibu-ibu RT.01 (Sumber foto: J.Haryadi)

Hampir dipastikan setiap tanggal 17 Agustus selalu dimeriahkan dengan berbagai acara hiburan. Hal ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Perayaan memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT RI) menjadi pesta terbesar tahunan yang diselenggarakan berbagai komponen bangsa, mulai dari tinggat Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Desa/Kelurahan, sampai ke tingkat pusat. 

Biasanya acara seremonial perayaan HUT RI selalu dimulai dengan upacara bendera yang dilaksanakan tepat pada tanggal 17 Agustus. Semua instansi pemerintah wajib melaksanakannya, baik yang ada di dalam negeri, maupun di luar negeri. Perayaan tingkat pusat biasanya diselenggaraan di istana negara dan dipimpin oleh presiden

 Berbagai macam acara hiburan dibuat oleh panitia perayaan HUT RI. Salah satu acara yang jarang dilewatkan adalah panjat pinang. Namun, karena keberadaan pohon pinang semakin langka, maka lambat laut kegiatan semacam ini mulai terkikis. Hanya sebagian saja warga masyarakat yang masih melakukannya.

Sebelum melaksanakan acara seremonial, masyarakat umumnya menyelenggarakan beragam even lomba yang bertemakan kemerdekanaan. Berbagai hadiah menarik diperebutkan, mulai dari hadiah sederhana berupa barang dan uang senilai ratusan ribu rupiah, sampai hadiah uang bernilai ratusan juta rupiah.

Usai upacara bendera dan sambutan-sambutan, dilanjutkan dengan acara hiburan dan ramah tamah. Kemudian diakhiri dengan parade berbagai unsur masyarakat dengan berkeliling kota atau kampung. Begitulah acara yang rutin dilakukan masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun dan menjadi hiburan gratis semua kalangan.

Selain  itu, hampir dipastikan setiap daerah selalu mengadakan acara panggung hiburan, mulai dari tingkat Kabupatan/kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, sampai ke tingkat RW. Biasanya level bawah yang mengadakan acara ini hanya sampai tingkat RW, jarang ada RT yang menyelenggarakannya sendiri.  Mereka melakukannya selepas tanggal 17 Agustus, tetapi masih pada bulan yang sama. Namun, karena sesuatu dan lain hal, ada juga sebagian kecil yang pelaksanaannya dilakukan pada bulan September.

Acara di level bawah ini umumnya menampilkan beragam atraksi seni dan budaya yang dilaksanakan oleh warga setempat. Boleh dibilang acara ini bersifat internal dari warga untuk warga. Salah satu kegiatan agustusan yang sempat penulis liput beberapa waktu yang lalu adalah kegiatan agustusan di RT 01 RW 18 Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, pada Sabtu malam (16/09/2017).

 Menurut Eep Sahrudin -- Ketua RT.01 RW.18 Kelurahan Cibabat, sebenarnya kegiatan memperingati hari kemerdekaan RI di RW-nya sudah dilakukan Akhir Agustus yang lalu. Saat itu warga RT.01, terutama ibu-ibu ikut berpartisipasi menampilkan paduan suara dan rampak sekar - paduan suara yang khusus membawakan lagu-lagu Sunda. Namun, tampaknya tidak semua warganya mendapat kesempatan tampil di atas pentas. Hal inilah yang mendorong warganya secara bahu membahu ingin menyelenggarakan acara sendiri agar mereka semua bisa unjuk kebolehan menampilkan hasil kreasinya.

Eep Sahrudin -- Ketua RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara (Sumber foto: Widia Yuliana)
Eep Sahrudin -- Ketua RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara (Sumber foto: Widia Yuliana)
"Tahun lalu RT kami memang pernah menyeleggarakan acara Agustusan sendiri. Kini ibu-ibu dan anak-anak juga minta agar diadakan lagi seperti dulu. Mereka ingin sekali menampilkan hasil kreasi mereka dihadapan warga," ujar ayah tiga anak yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang service jam tangan ini menjelaskan.

Persiapan Acara Cuma Dua Minggu

 Biasanya kalau masyarakat ingin mengadakan sebuah kegiatan, pasti dibentuk sebuah kepanitiaan. Namun, jangan samakan kebiasaan masyarakat lain dengan warga di RT.01 RW.18 Kelurahan Cibabat ini. Mereka sama sekali tidak membentuk panitia secara formal. Mereka hanya bekerja bahu membahu dan kompak, saling bersinergi antara warga satu dengan lainnya. Sesuatu yang jarang terjadi di zaman modern seperti ini.

Sekelompok perempuan muda yang dipercaya menjadi panitia kreasi seni (Sumber foto: Widia Yuliana)
Sekelompok perempuan muda yang dipercaya menjadi panitia kreasi seni (Sumber foto: Widia Yuliana)
Duet remaja putri yang bertugas sebagai pembawa acara (Sumber foto: Widia Yuliana)
Duet remaja putri yang bertugas sebagai pembawa acara (Sumber foto: Widia Yuliana)
"Kami sudah tahu apa yang harus dilakukan. Semua warga berusaha membantu sesuai dengan kemampuan masing-masing. Misalnya dalam pencarian dana, kami tidak mencari keluar. Semua dilakukan dengan cara mendatangi rumah warga satu persatu secara langsung. Secara spontan warga memberikan sumbangannya. Ada yang menyumbang uang, ada juga yang menyumbang material seperti makanan, minuman, dan lain-lain," ujar Siti Walijah -- istri Pak RT menambahkan.

Lilis yang bertugas sebagai operator lagu (Sumber foto: J. Haryadi)
Lilis yang bertugas sebagai operator lagu (Sumber foto: J. Haryadi)
Eep kembali menjelaskan bahwa persiapan untuk mengadakan acara hiburan dalam rangka perayaan HUT RI ke-72 di kampungnya hanya memakan waktu dua minggu. Semua dilakukan secara spontan, mengalir apa adanya. Warganya benar-benar kompak dan mudah diatur, sehingga semuanya berjalan dengan lancar.

"Biaya penyelenggaraan kegiatan kami tidak terlalu besar kok. Cuma sebesar satu juta enam ratus ribu rupiah," papar ayah dari Acep Rahmat, Neneng Fitriani, dan Muhammad Farhanudin ini dengan ramah.

Menurut hasil pengamatan penulis, kalau dilihat dari meriahnya acara, rasanya tak mungkin. Namun, kenyataanya memang seperti itu. Semua bisa terjadi karena banyak warga yang rela menyumbangkan tenaganya secara suka rela tanpa harus meminta upah sepeserpun. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa budaya gotong royong masih hadir di negeri ini.

Makna Kemerdekaan

Setiap orang pasti memiliki definisi sendiri dalam memahami makna kemerdekaan. Begitu juga dengan Ketua RT.01 RW.18 Kelurahan Cibabat ini. Menurut Eep Sahrudin, ada tiga macam makna kemerdekaan. Pertama, menumbuhkan jiwa gotong royong dengan cara bersama-sama komponen masyarakat dalam membangun daerahnya. Membangun bukan cuma memerbaiki sarana fisik semata, melainkan juga membangun manusia seutuhnya.

Kedua, berterima kasih kepada para pahlawan dan syuhada yang telah mengorbankan jiwa raga mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan. Apa yang diperoleh sekarang merupakan hasil jerih payah para pejuang kemerdekaan. Oleh sebab itu sudah sepantasnya kalau generasi sekarang dan generasi selanjutnya tidak boleh melupakan jasa para pahlawan. Seperti kata founding father kita - Presiden Soekarno. Beliau pernah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.

Ketiga, menjaga kesatuan dan persatuan bangsa agar keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) selalu terjaga. Caranya adalah saling harga-menghargai sesama anak bangsa, tanpa membedakan asal-usul, suku, ras dan agamanya. Semua sama dimata hukum dan sama-sama berhak untuk mengembangkan talenta yang ada dalam dirinya dalam rangka ikut membangun Indonesia.

Eep Sahrudin berpesan kepada generasi muda, khususnya warga yang ada di daerahnya agar mengisi kemerdekann ini dengan berbagai kegiatan yang positif, kreatif, dan inovatif. Ketua RT yang hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas 2 Aliyah  ini berharap agar generasi muda bercita-cita tinggi, berbakti kepada kedua orangtua, dan menghindari Narkoba.      

Tempat Bermukimnya Para Talenta

Warga RW 18, khususnya RT.01 merasa beruntung karena di daerah mereka banyak terdapat warga yang memiliki berbagai talenta, termasuk dibidang seni. Sebut saja nama pelukis kondang Bahar Malaka yang dikenal sebagai pelukis eksentrik. Pemilik Galeri Tepas dan Sekjen Forum Pelukis Cimahi (FORKIS) ini juga tinggal di sini. Beliu juga sering membina warga terutama para pemuda yang tertarik mendalami seni lukis di galeri miliknya yang asri. 

Selain itu ada juga Agus Hamdani, Ketua Forum Pelukis Cimahi yang juga dikenal sebagai guru menggambar yang handal. Tidak terhitung jumlah anak-anak hasil binaan pemilik Sanggar Kali Cimahi ini yang sukses meraih gelar berbagai kejuaraan menggambar, baik tingkat lokal maupun nasional.

Tokoh lainnya adalah Yayan Rusyana. Selain dikenal sebagai pelukis, beliau juga dikenal sebagai seorang fotografer. Beliau aktif sebagai  anggota Tjiphot (Tjimahi Photografi) -- sebuah komunitas tempat berkumpulnya para fotografer handal Kota Cimahi.

Kemudian ada juga Iman alias Bob yang dikenal sebagai seorang trainer kebugaran tubuh Kota Cimahi. Lalu ada juga Adi -- seorang pemuda berbakat yang memiliki kemampuan sebagai ilustrator dan animator. Tentu masih banyak lagi talenta lainnya, seperti dibidang musik dan kerohanian. Kebetulan tidak jauh dari kampung mereka terdapat Pesantren Djati - sebuah pesantren tua dan sudah melahirkan banyak da'i. Para pemuda RT.01 banyak yang mengasah kerohaniannya dengan belajar mengaji.

Hiburan Berlangsung dan Pedagang Pun Mendapatkan Untung

 Acara panggung hiburan di RT.01 dimulai dengan sambutan dari Eep Sahrudin sebagai Ketua RT. Dalam sambutannya Eep mengajak warganya agar bersyukur atas nikmat kemerdekaan. Hal yang menarik, dalam menyampaikan kata sambutannya, Ketua Rt ini didampingi seorang ajudan, layaknya seorang pejabat penting. Mungkin mereka ingin menyampaikan pesan bahwa pejabat sekelas RT pun tak kalah kalah pentingnya dengan seorang bupati/walikota.

Sambutan Eep Sahrudin - Ketua RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara (Sumber foto: Widia Yuliana)
Sambutan Eep Sahrudin - Ketua RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara (Sumber foto: Widia Yuliana)
Usai menyampaikan sambutannya, acara hiburan pun dimulai. Berbagai atraksi menarik silih berganti ditampilkan warga, mulai dari tari-tarian, rampak sekar, pupuh sinom, sampai kabaret, mendapat sambutan yang meriah. Penampilan mereka sangat memukai, tak jarang mendapat aplaus dari para penonton yang hadir.

Anak-anak RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara sedang menyanyikan lagu-lagu tujuhbelasagustusan (Sumber foto: Widia Yuliana)
Anak-anak RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara sedang menyanyikan lagu-lagu tujuhbelasagustusan (Sumber foto: Widia Yuliana)
Anak-anak RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara sedang menyanyikan lagu-lagu tujuhbelasagustusan (Sumber foto: Widia Yuliana)
Anak-anak RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara sedang menyanyikan lagu-lagu tujuhbelasagustusan (Sumber foto: Widia Yuliana)
Dinda, salah seorang anak warga RT.01 RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara sedang unjuk kebolehan menampilkan Tari Jaipong (Sumber foto: Widia Yuliana)
Dinda, salah seorang anak warga RT.01 RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara sedang unjuk kebolehan menampilkan Tari Jaipong (Sumber foto: Widia Yuliana)
Salah satu kelompok anak warga RT.01 RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara sedang unjuk kebolehan menampilkan Tari dan Lagu
Salah satu kelompok anak warga RT.01 RT.01 RW.08, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara sedang unjuk kebolehan menampilkan Tari dan Lagu
Memey dan kawan-kawan sedang menampilkan Tarian
Memey dan kawan-kawan sedang menampilkan Tarian
Salah seorang remaja putri sedang menampilkan Tarian
Salah seorang remaja putri sedang menampilkan Tarian
Tiga orang ibu muda tidak mau kalah ikut menampilkan Tarian
Tiga orang ibu muda tidak mau kalah ikut menampilkan Tarian
Sekelompok anak kecil ikut menari lincah diiringi lagu yang enerjik (Sumber foto: J.Haryadi)
Sekelompok anak kecil ikut menari lincah diiringi lagu yang enerjik (Sumber foto: J.Haryadi)
Sekelompok anak sedang menari tarian modern di atas pentas dengan riang gembira (Sumber foto: J. Haryadi)
Sekelompok anak sedang menari tarian modern di atas pentas dengan riang gembira (Sumber foto: J. Haryadi)
Tiga anak cantik sedang memperagakan sebuah tarian di atas pentas (Sumber foto: J. Haryadi)
Tiga anak cantik sedang memperagakan sebuah tarian di atas pentas (Sumber foto: J. Haryadi)
seorang anak sedang melantunkan pupuh sinom (sumber foto: Widia Yuliana)
seorang anak sedang melantunkan pupuh sinom (sumber foto: Widia Yuliana)
Persiapan naik pentas (sumber foto: Widia Yuliana)
Persiapan naik pentas (sumber foto: Widia Yuliana)
Rampak sekar (paduan suara lagu-lagu Sunda) ibu-ibu RT.01 (Sumber foto: J.Haryadi)
Rampak sekar (paduan suara lagu-lagu Sunda) ibu-ibu RT.01 (Sumber foto: J.Haryadi)
Penonton begitu antusias menyaksikan pertunjukan di kampung mereka. Mereka rela harus berdesak-desakan di seputar lapangan yang tidak begitu luas tersebut. Kamera smartphone tak henti-hentinya mengabadikan momen hiburan ini. Suasana hajatan kelas RT ini pun terlihat begitu semarak dengan riuh rendahnya penonton.

Penonton membanjiri arena panggung hiburan (sumber foto: J.Haryadi)
Penonton membanjiri arena panggung hiburan (sumber foto: J.Haryadi)
Penonton membanjiri arena panggung hiburan (sumber foto: J.Haryadi)
Penonton membanjiri arena panggung hiburan (sumber foto: J.Haryadi)
Penonton membanjiri arena panggung hiburan (sumber foto: Widia Yuliana)
Penonton membanjiri arena panggung hiburan (sumber foto: Widia Yuliana)
Penonton membanjiri arena panggung hiburan (sumber foto: J.Haryadi)
Penonton membanjiri arena panggung hiburan (sumber foto: J.Haryadi)
Selain sebagai sarana hiburan segar, kegiatan agustusan di RT.01 ini pun mengundang berkah bagi para pedagang makanan. Mereka ikut mengais rezeki dengan berjualan diseputar area pertunjukan. Beberapa orang penonton tampak memenuhi dagangannya dan membeli apa yang dijual. Hiburan tetap berlangsung dan pedagang pun mendapatkan untung.

Pedagang makanan ikut mengais rezeki (sumber foto: J.Haryadi)
Pedagang makanan ikut mengais rezeki (sumber foto: J.Haryadi)
Pedagang makanan ikut mengais rezeki (sumber foto: J.Haryadi)
Pedagang makanan ikut mengais rezeki (sumber foto: J.Haryadi)
Penampilan kabaret yang bikin penonton tertawa terbahak-bahak

Salah satu pementasan yang paling ditunggu-tunggu oleh warga adalah penampilan kabaret. Para pemainnya adalah ibu-ibu warga RT.01 yang super kocak. Meskipun dalam adegan tersebut ada peran pria, tetapi semuanya dimainkan oleh kaum perempuan.

 Ulah ibu-ibu memainkan kabaret cukup menghibur warga. Dengan pengetahuan ilmu peran yang serba minim, mereka tetap berusaha memainkan semua adegan dengan baik. Memang tujuan kegiatan ini cuma untuk hiburan. Sangat wajar kalau peran yang dimainkan juga tidak terlalu serius.

Para pemain kabaret berpose sebelum mentas (Sumber: Widia Yuliana)
Para pemain kabaret berpose sebelum mentas (Sumber: Widia Yuliana)
Kabaret kali ini memainkan adegan pergaulan bebas gaya remaja masa kini. Akibat pergaulan seks bebas, seorang pelajar akhirnya hamil dan terpaksa harus dikawinkan. Pesan moralnya mengingatkan agar para remaja lebih berhati-hati dalam bergaul, terutama terhadap lawan jenis, sehingga tidak terjebak dalam perbuatan yang dilarang oleh agama.

Salah satu adegan kabaret (Sumber foto: Widia Yuliana)
Salah satu adegan kabaret (Sumber foto: Widia Yuliana)
Salah satu adegan kabaret (Sumber foto: Widia Yuliana)
Salah satu adegan kabaret (Sumber foto: Widia Yuliana)
Saat ada adegan lucu, tiba-tiba ada warga yang melempar sejumlah uang ke atas panggung. Alih-alih meneruskan adegan yang dimainkan, para pemain justru saling berebutan mengambil uang yang tercecer di atas panggung. Pemandangan ini membuat suasana sedikit heboh dan membuat penonton justru tertawa terpingkal-pingkal.

Semoga suguhan acara perayaan HUT RI ala RT yang dilaksanakan di kelurahan Cibabat, Kota Cimahi ini bisa menjadi inspirasi. Ternyata membuat acara yang bagus dan menaarik tidak selalu harus dengan kocek yang mahal.  Sekali merdeka tetap merdeka !

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun