[caption caption="Dagangan Ketoprak Pak Nawawi di Jalan Kemang Raya Jakarta (sumber: J.Haryadi)"][/caption]
Oleh: J. Haryadi
Kepergian saya ke Jakarta pada Selasa, 8 Maret 2016 yang lalu, sebenarnya bukan untuk jalan-jalan, melainkan menjenguk anak saya yang sakit terserang Demam Berdarah (DB). Selama di Jakarta, saya tinggal di tempat kost anak saya di Jalan Kemang Selatan II, Jakarta Selatan. Kebetulan saat ini dia baru diterima bekerja di salah satu bank pemerintah dan sedang mengikuti pelatihan di Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI).
Ketika menjelang makan siang, iseng-iseng saya ingin mencari jajanan kaki lima di seputar Jalan Kemang Raya, yang tidak jauh dari tempat menginap. Ternyata cukup sulit mencari jajanan di sini. Menurut salah seorang satpam yang saya tanyai, kalau siang hari para pedagang kaki lima dilarang berjualan oleh Pemda DKI. Pantas saja saya kesulitan mencari jajanan murah meriah untuk sekedar mengisi perut yang lapar.
[caption caption="Suasana di Jalan Kemang Raya Jakarta yang cukup ramai, persis depan kampus LPPI (Sumber: J.Haryadi)"]
Tidak jauh dari kampus LPPI, saya melihat ada sebuah gerobak penjual makanan. Saya segera menghampirinya. Ternyata gerobak tersebut tempat berjualan makanan ketoprak yang konon di klaim sebagai salah satu makanan khas Betawi. Tanpa pikir panjang saya memesan satu porsi ketoprak plus sebutir telor.
[caption caption="Sebuah gerobak penjual ketoprak milik Nawawi yang berjualan di pinggi jalan, persis depan kampus LPPI, Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan (sumber: J.Haryadi)"]
Sambil menunggu ketoprak dibuat, tiba-tiba terbersit dalam pikiran saya untuk menulis kehidupan pedagang ketoprak ini. Mudah-mudahan juga makanannya enak, sehingga bisa menjadi referensi buat orang-orang yang kebetulan datang ke Jakarta. Akhirnya saya pun mewawancarai pedagang ketoprak ini secara non formal.
Makanan Ketoprak Ternyata Bukan Berasal Dari Betawi
Pedagang ketoprak yang mengaku bernama Nawawi tersebut mengatakan bahwa makanan ketoprak sebenarnya bukan asli Betawi melainkan berasal dari Tegal dan Cirebon, Jawa Barat. Kalau makanan ketoprak asal Tegal bentuk gerobaknya menyerupai perahu dengan dua sisi papan yang biasa digunakan untuk menaruh piring, sedangkan makanan ketoprak asal Cirebon bentuk gerobaknya lebih besar dan bentuknya mirip seperti gerobak siomay yang banyak menggunakan bahan kaca.
[caption caption="Contoh bentuk gerobak penjual ketoprak asal Cirebon ( Sumber; J.Haryadi)"]
Makanan ketoprak ini sekilas mirip dengan gado-gado. Bedanya, kalau gado-gado bahan utamanya sayur-sayuran yang direbus dan diberi bumbu kacang. Sedangkan ketoprak bahan utamanya adalah tahu, bihun, taoge, mentimun, dan bisa juga memakai telur rebus atau telur goreng yang dilengkapi dengan saus kacang, kecap manis, dan taburan bawang goreng. Penyajiannya ditambah dengan lontong atau ketupat yang diberi tambahan kerupuk atau emping. Biasanya ketoprak dijajakan ke jalan-jalan sambil berkeliling menggunakan gerobak dorong atau kadang-kadang mangkal di kaki lima.
[caption caption="Bentuk sajian makanan Ketoprak Betawi asal Cirebon (Sumber: http://travelgotoindo.blogspot.co.id)"]
Suka Duka Nawawi Berjualan Ketoprak Selama 15 Tahun
Pak Nawawi mengaku kalau kemahirannya berdagang ketoprak ini berasal dari teman-temannya satu kampung yang kebetulan sama-sama merantau ke Jakarta. Kebanyakan mereka memang berprofesi sebagai pedagang ketoprak. Kemudian bekal ilmu tersebut dijadikannya modal untuk membuka usah sendiri.
Nawawi merintis usahanya sekira 15 tahun yang lalu. Semula dia menjajakan dagangannya berkeliling kampung. Saat itu daerah Kemang belum seramai sekarang, bahkan jalanan pun masih kecil. Dia menjual ketoprak mulai dari harga Rp800, Rp1000, Rp1500 dan seterusnya sampai akhirnya sekarang bertarif Rp10.000 satu porsi. Kalau pakai telor biayanya Rp.14.000. Kemudian dia mangkal di depan kampus LPPI sampai sekarang.
[caption caption="Pak Nawawi sedang mempersiapkan ketoprak pesanan pelanggannya (Sumber: J.Haryadi)"]
Berkat hasil kerja kerasnya Nawawi mampu menghidupi seoang istri dan seorang anak yang kini sudah duduk di bangku kelas VIII SMP. Saat ini istrinya sedang mengandung anak keduanya dan usia kandungannya sudah memasuki usia 8 bulan.
Berjualan di kali lima banyak sekali suka dukanya. Pria berusia 42 tahun ini sering dipalak oleh petugas kamtib. Beberapa oknum petugas sering makan gratis di tempatnya berjualan. Tidak heran kalau ada razia, dia selalu lolos. Biasanya petugas kamtib itu akan memberitahukan kalau akan ada razia. Kalau tidak bandel dan menuruti saran mereka, biasanya aman. Tapi kalau melawan dan ngotot berjualan, ya sudah pasti ditangkap.
[caption caption="Racikan bumbu kacang yang kental dan sedap membuat dagangan Ketoprak Pak Nawawi selalu laris dan habis terjual (sumber: J. Haryadi)"]
Pernah suatu hari ada razia secara mendadak dan tanpa diketahui Nawawi dan teman-temannya sesama pedagang makanan. Semua gerobak teman-temannya diangkat dan dinaikan ke dalam mobil petugas. Saat itu dirinya ngotot tidak mau diangkut, sambil membawa gerobaknya menjauh dari lokasi razia. Mungkin karena banyak petugas yang mengenalnya, akhirnya hanya gerobak dirinya saja yang tidak diangkat petugas. Saat itu terpaksa dia tidak berjualan dan segera pulang ke tempat tinggalnya di Jalan Kemang utara dengan tangan kosong.
“Biasanya mulai jualan jam berapa?” tanya saya.
“Saya mulai jualan sekitar jam 1 atau jam 2 siang Pak, soalnya kalau jualan pagi-pagi banyak razia petugas kamtib. Jadi saya jualannya siang saja,” Jawabnya datar.
Bahkan menurut Nawawi, setiap Rabu dia tidak berjualan. Alasannya, karena setiap Rabu selalu ada razia gabungan dari berbagai unsur, bukan hanya petugas RW atau kelurahan, ada juga petugas dari Pemkot dan Kepolisian.
“Daripada bermasaah, lebih aman libur saja,” ujarnya memberi alasan.
Menjadi Langganan Mahasiswa dan Dosen LPPI
Lama berjualan di depan kampus LPPI membuat dagangan ketoprak buatan Nawawi dikenal dikalangan mahasiswa dan dosen di sana. Awalnya, dia sempat berdagang persis di depan kampus LPPI, tetapi kini dia berdagang di seberang jalan, tidak jauh dari pintu masuk kampus pusat pendidikan perbankan Indonesia tersebut.
Berdasarkan pengalaman saya mencicipi ketoprak buatan Nawawi, rasanya sangat enak. Kuncinya terletak di bumbu kacangnya yang begitu kental dan pas di lidah. Satu porsi ketoprak yang sudah diberi ketupat, cukup untuk mengobati rasa lapar. Kalau mau tambahan gizi, kita bisa minta tambahkan telor. Mungkin kalau di tempat lain, telornya di rebus, tetapi kalau di sini pakai telor dadar, yaitu di kocok dulu baru di goreng.
Nah, kalau Anda kebetulan sedang ke Jakarta dan berada di daerah Kemang, tidak ada salahnya mencoba makanan ketoprak buatan Nawawi. Cuma makannya dipinggir jalan dan hanya duduk di kursi plastik, sambil menikmati pemandangan mobil yang lalu lalang di depan kampus LPPI. Syaratnya tentu harus membuang sifat gengsi jauh-jauh.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H