Mengubah Desa Terbelakang Menjadi Desa Mandiri
Menurut salah seorang tokoh Ormas Islam dari Kabupaten Bandung Barat, Ustad Ageung Jembawan, jiwa kepemimpinan Ayi alias Tatang Ramdhani sudah dilihatnya sejak dia mengenalnya sekira 15 tahun silam. Saat itu Desa Cipada yang masih berada dalam wilayah Kabupaten Bandung termasuk daerah yang terbelakang, karena letaknya yang terisolir dan jauh dari pusat pemerintahan.
Ketua Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) GARIS Kabupaten Bandung Barat ini menjelaskan kalau kondisi Desa Cipada pada tahun 2001 sangatlah mengenaskan. Selain akses jalan masuk ke desa tersebut yang cukup sulit, juga kondisi ekonomi dan sosialnya sangat terpuruk. Masih banyak masyarakat yang miskin di sana, mau makan saja susah. Pencurian bahan pangan kerap terjadi di desa ini. Bahkan beberapa orang diantaranya ada yang nekat bunuh diri akibat tidak tahan menghadapi susahnya kehidupan.
[caption caption="Tatang Ramdhani alias Ayi dan sahabatnya Ustad Ageung Jembawan yang Sama-sama mempelopori berdirinya Kelompok Peternakan Madani (Sumber foto: J. Haryadi)"]
Berangkat dari kondisi tersebut, suatu saat ketika menjelang Idul Adha, Ayi dan Ageung bersama-sama mencari sumbangan hewan kurban dari rekan-rekannya yang berada di Bandung untuk dibagikan kepada masyarakat di Desa Cipada. Pada saat itu mereka hanya mendapat beberapa cantingan daging (satu cantingan daging kira-kira sama dengan satu kantong kresek daging). Daging itu mereka bawa dari kota ke desa tersebut untuk dibagikan di sana.
Tentu saja masyarakat di Desa Cipada yang saat itu masih berada dibawah garis kemiskinan merasa sangat senang sekali. Mereka jarang makan daging, sehingga daging bagi mereka termasuk barang yang mewah. Saat itu timbulah pemikiran Ayi dan Ageung untuk mengubah kondisi masyarakat di desa itu dengan memberdayakan mereka dalam sebuah usaha produktif. Kemudian timbul ide untuk membuat usaha peternakan yaitu penggemukan kambing potong. Mereka berdua lalu bergerak mencari donatur yang siap membiayai usaha tersebut.
Perjuangan Ayi dan Ageung dalam mencari donatur akhirnya membuahkan hasil. Salah satu proposal yang mereka ajukan ke Dompet Dhuafa mendapat respon positif. Lembaga sosial yang berkantor di Bandung ini bersedia menyetujuinya proposal mereka asal sesuai dengan persyaratan yang sudah ditentukan, yaitu: 1). Memenuhi unsur kemiskinan, dan; 2). Kelayakan usaha dalam pemberdayaan usaha kecil.
Tim Dompet Dhuafa kemudian bergerak ke Desa Cipada untuk mengecek kebenaran data yang diajukan dalam proposal, sekaligus melakukan wawancara. Melihat kondisi ekonomi dan sosial masyarakat setempat yang memang begitu memprihatinkan, akhirnya hanya dalam waktu sebulan, proposal usaha ternak kambing itu pun disetujui. Ayi pun lalu membentuk kelompok peternak dengan nama Kelompok Peternakan Madani. Kelompok peternak ini sekaligus juga menjadi anggota Asosiasi Kelompok Tani Ternak Kita (AKTTA) Jawa Barat.
[caption caption="Jalan desa di Desa Cipada yang sudah beraspal, meskipun sebagian masih ada yang berupa tumpukan batu (Sumber foto: J. Haryadi)"]
[caption caption="Suasana terkini di salah satu sudut Desa Cipada Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat (Sumber foto: J. Haryadi)"]
Bantuan termin pertama yang turun pada awal tahun 2001 dari Dompet Dhuafa ke Desa Cipada berjumlah 23 ekor kambing. Lalu disusul dengan bantuan termin kedua yang turun pada akhir tahun sebanyak 62 ekor. Kambing tersebut disebar ke beberapa anggota Kelompok Peternakan Madani dan masing-masing anggota mendapat jatah 3 ekor kambing.