Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pengalaman 15 Hari Sang Photografer Cantik ke Negeri Tiongkok

15 Desember 2015   13:18 Diperbarui: 16 Desember 2015   04:26 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lia Wantu, photografer wanita asal Bandung - Jawa Barat (Sumber: Lia Wantu)"][/caption]Melakukan kegiatan memotret bagi Lia Wantu adalah pekerjaan yang biasa. Sudah ribuan objek foto yang menjadi sasaran kamera kesayangannya. Namun itu semua dilakukan di dalam negeri. Tentu kondisinya akan berbeda jika hal itu dilakukannya di luar negeri.

Pada tanggal 20 Oktober – 4 November 2015 yang lalu, Lia Wantu bersama rekan-rekannya sesama photografer berkesempatan melakukan kunjungan ke negara Tiongkok. Ini adalah  kunjungan pertamanya ke negeri yang pernah mendapat julukan “Tirai Bambu” tersebut. Mereka melakukan kegiatan Hunting bersama Xin Jin Cheng – sebuah komunitas photografer di Tiongkok, selama 2 hari (23-24 Oktober 2015). Sasaran mereka adalah mengabadikan pemandangan dengan memotret landscape dan human interest di Wet Land.

[caption caption="Panorama yang indah di Wet land, Tiongkok Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

[caption caption="Sesi foto bersama komunitas photografy Xin Jing Cheng di Wet land Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

Usai melakukan pemotretran di Wet Land, Lia dan rombongan melakukan hunting pemotretan di berbagai lokasi, di antaranya di Kota Jinan dan Kota Beijing. Mereka melakukan berbagai sesi pemotretan seperti modeling, human interet, landscape, night shoot dan memotret produk berupa pakaian tradisional Tiongkok.

[caption caption="Photografer dari Komunitas Xin Jing Cheng sedang asik membidik sasarannya Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

[caption caption="Lia Wantu ikut terkena sasaran bidikan kamera teman-temannya Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

[caption caption="Salah seorang model Tiongkok yang menjadi objek pemotretan Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

Menurut pemilik nama asli  “Lia Mas Mutia Sari” ini , melakukan perjalanan dan sesi pemotretan di negeri Tiongkok baginya mempunyai kesan tersendiri. Dia dan rekan-rekannya sesama photografer bisa mempelajari kebudayaan lokal, khususnya di Wet Land. Lokasi daerah ini berupa dataran yang penuh rerumputan berwarna merah. Di sana juga terdapat pada ilalang yang sangat indah.

[caption caption="Dua orang photografer Xin Jing Cheng sedang asik membidik sasarannya Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

[caption caption="Lia Wantu sedang fokus membidikkan kameranya Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

 

Ketika berkunjung ke Kota Jinan, penggemar Angelina Joli ini  sempat berkunjung ke Yellow River – yaitu berupa hutan yang penuh dengan pepohonan yang daunnya berwarna kuning. Indah luar biasa. “Di sana Aku sempat melakukan pemotretan lancscape dan modeling bersama teman photografer lokal Tiongkok,” ujarnya bangga.

[caption caption="Suasana hutan di Yellow River yang indah Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

[caption caption="Salah seorang model Tiongkok yang menjadi objek pemotretan Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

Komunitas Photografi asal Tiongkok, Xin Jin Cheng, terdiri dari beberapa orang pecinta photografi. Mereka menggunakan berbagai merk kamera, seperti Nikon, Canon dan Sony. Selain komunitas photografi, hadir juga beberapa model dan pemilik butik pakaian tradisional Tiongkok. Peserta yang hadir dalam kegiatan pemotretan bersama ini sekira 30 orang photografer.   

Selanjutnya anggota PAF dan KOFABA – salah satu komunitas photografy di Bandung ini mengatakan, “Aku dalam kegiatan tersebut dianggap sebagai tamu dari mancanegara. Mereka menyambut kami dengan ramah. Sayangnya kebanyakan mereka tidak bisa berbahasa Inggris. Hanya sebagian dari mereka saja yang bisa”.

Kunjungan ke negeri Tiongkok ini dalam rangka menjalin kerjasama dengan sesama photografer. Kegiatan ini disponsori oleh seluruh komunitas photografi Tiongkok, yang dipelopori oleh temannya yang bernama Xu Zhen. 

“Kegiatan ini menjadi pengalaman berharga. Aku bisa belajar banyak tentang budaya rakyat Tiongkok. Keindahan alamnya yang sangat memikat mata. Sikap ramah dan menjunjung tinggi nilai persahabatan masyarakatnya, membuat aku sulit melupakan mereka,” tutur mantan anggota Paskibraka Kabupaten Majalengka Angkatan 1996 ini menambahkan.

Kehidupan rakyat Tiongkok sangat jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat di Indonesia. Menurut Lia, mayoritas kendaraan yang berlalu lalang di tengah kota adalah sepeda elektrik yang bebas polusi. Sedangkan kendaraan roda empat yang banyak berseliweran adalah jenis sedan.

“Yang bikin Aku salut adalah keadaan sungai-sungai disana yang bersih. Bahkan ketika aku berkunjung ke Beijing, aku sempat melihat masyarakat yang berduyun-duyun mengambil air bersih dari sungai dan mata air yang ada di pusat kota. Sampai aku berpikir, bisakah Kota-kota di Indonesia seperti itu?” kenang Lia.

[caption caption="Masyarakat berduyun-duyun mengambil air bersih di sungai di tengah Kota Beijing Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

[caption caption="Salah seoran warga sedang mengambil air bersih di sungai di tengah Kota Beijing Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

Pengalaman yang menarik lainnya bagi Lia adalah ketika dia dan rekan-rekannya yang sempat mencoba naik kereta api cepat yang mampu berjalan dengan kecepatan 300 Km/jam. Sungguh pengalaman yang mendebarkan.

Selama di beijing, Lia dan rombongan berkunjung ke Forbidden City (Kota Terlarang). Di sana banyak terdapat kuil dan museum yang menyimpan sejarah panjang Kerajaan Tiongkok kuno. Mereka mereka sempat mengunjungi beberapa kolega yang berbeda profesi sambil mencoba mencicipi berbagai kuliner khas Tiongkok.

[caption caption="Berpose di depan Kota Terlarang “Forbidden City” Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

Ada pengalaman menarik ketika Lia bersama rekan-rekannya sedang menikmati jajanan khas Tiongkok di sebuah restoran. Pemilik restoran sangat senang tempat usahanya dikunjungi npara turis dan meminta kami dengan hangat untuk berfoto bersama. Foto tersebut nantinya akan di pajang di restoran mereka sebagai kenang-kenangan dan promosi usahanya.

[caption caption="Mencicipi kuliner khas Tiongkok di salah satu restoran Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

“Senang sekali Aku bisa berada ditengah-tengah mereka. Semua sangat bersahabat, membuat Aku merasa betah dan nyaman tinggal di sana. Meskipun Aku cuma memiliki sedikit kemampuan berbahasa Koi, tetapi Aku berusaha berkomunikasi dengan baik bersama mereka,” ujar Lia ramah.

Menurut Mr. Wuji Zhong, salah seorang ketua komunitas photografi Tiongkok, kegiatan seperti ini sangat positif dan bermanfaat. Selain menjalin silaturahmi sesama komunitas photografi, juga saling mengenal kebudayaan masing-masing yang bisa mempererat hubungan kedua bangsa.

[caption caption="Berbicara dengan penduduk lokal yang ramah dan malu-malu Sumber foto: Lia Wantu"]

[/caption]

“Banyak masyarakat di sana malu-malu ketika kuajak berbahasa Inggris. Mereka terkesan lugu dan sangat ramah. Semoga dilain waktu aku bisa kembali berkunjung ke Tiongkok dan bertemu kembali dengan mereka. Tak lupa saya juga mengucapkan special thanks untuk sahabatku Xu Zhen, Mr. Wuji Zhong, Mr. Di Wen Zheng, Mr. Zhang Hai Kun dan Xin Jin Cheng” ujar Lia menutup pembicaraan.

***

Oleh: J. Haryadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun