Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mungkinkah Sungai di Indonesia Bisa Seindah Sungai di Luar Negeri?

13 Desember 2015   12:29 Diperbarui: 13 Desember 2015   12:29 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: J. Haryadi

Berbicara soal sungai, mengingatkan saya kembali ke masa silam dan kampung halaman tercinta nun jauh di seberang sana. Meskipun kini saya tinggal di Bandung, Provinsi Jawa Barat, tetapi tidak pernah melupakan tanah kelahiran saya, Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara.  Dulunya daerah ini termasuk wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), tetapi akhirnya dimekarkan menjadi bagian dari Provinsi Lampung.

Saya masih ingat ketika dulu masih berusia kanak-kanak dan remaja, sering sekali bermain di sungai bersama teman-teman. Kebiasaan kami saat itu adalah mandi bersama sambil bermain air, seperti saling ciprat-cipratan dengan menggunakan kedua belah telapak tangan. Sasaran kami adalah menyerang wajah lawan masing-masing dengan cipratan air. Tudak heran mata menjadi merah dan terkadang mulut tersiram air atau terminum air tidak sengaja. Namun semua kami lakukan dengan happy, meskipun terkadang menimbulkan pertengkaran kecil.

Kami juga sering terjun ke dalam air dari pohon yang cukup tinggi di tepi sungai. Tentu saja kami sengaja mencari sungai yang airnya lebih. Kami biasa menyebutnya “lubuk”. Secara bergantian kami melompat, mulai dari dahan yang paling rendah sampai dahan yang tertinggi. Kami melakukannya sambil tertawa lepas, tanpa beban. Benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan.

Kebiasaan lain bermain di sungai adalah memancing ikan. Saat itu masih banyak terdapat beragam jenis ikan, seperti ikan seluang, langli, baung, sepat, betok, piluk, gabus dan lain-lain. Umumnya kegiatan ini dilakukan sepulang sekolah atau pada saat liburan.

Suasana di sekitar sungai saat itu masih cukup jernih dan dikelilingi dengan semak belukar. Bahkan beberapa pohon besar seperti pohon rengas, masih banyak berdiri kokoh di tepi sungai. Beberapa diantaranya ada yang sudah berusia ratusan tahun. Jika pohon ini sudah tua, maka akar-akarnya mulai rapuh dan akan tumbang dengan sendirinya. Batang pohonnya bisa bertahan lama meskipun sebagian terendam air selama puluhan tahun. Biasanya masyarakat menjadikannya sebagai alas untuk membilas pakaian.

Selain itu juga terdapat pohon bambu, seperti bambu duri dan bambu betung. Kalau bambu duri sering kami pergunakan sebagai gagang pancing. Meskipun batangnya kecil, tetapi sangat lentur dan kuat. Lain lagi dengan bambu betung yang batangnya lebih besar, sering kami pakai untuk membuat “jeduman” – yaitu permainan meriam sundut yang bahannya terbuat dari bambu dan ramai dimainkan pada saat bulan puasa.

Kondisi Sungai di Indonesia Saat ini   

1. Sungai Ciliwung di Pusat Kota Jakarta

Kondisi sungai zaman ketika saya masih kecil dulu sangat jauh berbeda dengan zaman sekarang. Semak belukar yang dulu mengelilingi sungai sudah berubah bentuk menjadi pemukiman. Sungai pun semakin dangkal dan menyempit, tidak ubahnya seperti parit.  Tidak heran kalau datang hujan, sering terjadi kebanjiran.

Beberapa sungai besar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, kondisinya sangat memprihatinkan. Fungsi sungai tidak ubahnya seperti air selokan yang kotor dan kumuh. Sungai dijadikan sebagai saluran pembuangan limbah, seperti limbah industri maupun limbah rumah tangga. Padahal masih banyak warga yang memanfaatkannya sebagai tempat mandi dan cuci.

Kita bisa melihat kondisi sungai Ciliwung yang mengalir di tengah-tengah kota Jakarta. Banyak bangunan liar di pinggir sungai yang didirikan oleh kaum urban. Mereka menjadikan sungai sebagai alat untuk kegiatan MCK (Mandi, Cuci dan Kakus). Mereka juga membuang limbah berupa sampah rumah tangga ke dalam sungai. Akibatnya sungai semakin kotor dan dangkal.

[caption caption="Warga memanfaatkan air di pinggir Sungai Ciliwung, Jakarta untuk kebutuhan MCK (Sumber foto: http://beritsatu.com)"][/caption]

[caption caption="Permukiman kumuh warga di pinggir Sungai Ciliwung, Jakarta (Sumber foto: http://Poskotanews.com)"]

[/caption]

2. Sungai Barito di Kalimantan Selatan

Lain lagi dengan Sungai Barito di Kalimantan Selatan yang kondisinya cenderung lebih baik dibandingkan dengan kondisi sungai di Pulau Jawa. Di tepian sungai ini terdapat pemukiman warga berupa rumah geser yang sering berpindah tempat. Penataannya cukup baik dan teratur. Masyarakat daerah ini menyebutnya dengan nama Rumah Lanting.

Rumah Lanting merupakan salah satu jenis rumah tradisional di Kalimantan Selatan. Rumah terapung ini termasuk jenis rumah mobile yang mudah berpindah tempat dari satu titik ke titik lainnya. Bahan utama rumah terapung ini berasal dari kayu, sedangkan pada bagian bawahnya menggunakan pelampung.

[caption caption="Rumah Lanting di tepian Sungai Barito, Kalimantan Selatan (Sumber: athba.net.com)"]

[/caption]

Umumnya Rumah Lanting ini memiliki dua lawang (pintu). Pintu yang satu menghadap ke sungai, sedangkan pintu yang lainnya menghadap ke darat. Persis di depan lawang yang menghadap ke darat ini  terdapat titian (jembatan) yang menghubungkan Rumah Lanting dengan daratan. Pada kedua sisi rumah tersebut juga terdapat dua lalungkang (jendela) kecil, sedangkan pada bagian belakang rumah, terdapat bangunan kecil untuk keperluan buang air.

Sementara itu di sisi lain, terdapat Sungai Pangeran yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Utara, tampaknya agak kurang terawat. Hal ini bisa kita lihat masih banyaknya sampah yang bertebaran di sungai akibat dari kebiasaan warga yang sering membuang sampah di sini. Masyarakat juga memanfaatkan sungai ini untuk keperluan MCK. Oleh sebab itu sebaiknya kebersihan sungai yang bermuara ke Sungai Barito dan melintas di Kuin Utara dan Kuin Selatan ini seharusnya dijaga oleh warganya.  Apalagi sungai ini masih sering digunakan sebagai sarana transportasi air oleh masyarakat di sekitarnya.

[caption caption="Seorang warga tengah membersihkan sampah Yang mengalir di Sungai Pangeran, Banjarmasin Utara, Kalimantan Selatan (Sumber: http://kalsel.antaranews.com)"]

[/caption]

Hal yang menarik dari aktivitas warga di Sungai Barito, Kalimantan Selatan ini adalah keberadaan Pasar Terapung atau masyarakat di sana menyebutnya Pasar Balarut.  Pasar tradisional ini aktivitasnya dilakukan di  atas air dengan menggunakan perahu.  Suasana pasar begitu khas, unik dan menarik, karena sangat berbeda dengan kondisi pasar di darat pada umumnya.  Para pedagang yang menggunakan perahu besar dan kecil saling berdesak-desakan untuk mencari pembeli. Kadang-kadang perahu tersebut bergoyang ke kiri dan ke kanan secara serentak akibat adanya gelombang air dari perahu motor yang lewat.

[caption caption="Suasana Pasar Terapung di Sungai Barito, Kalimantan Selatan (Sumber http://pesantrenglobal.com)"]

[/caption]

 

Pasar Terapung di Kalimantan selatan  ini mulai beraktivitas sekira waktu subuh hingga pukul 10 pagi. Mereka berjualan dan melayani pembeli secara tradisional, bahkan masih ada yang melakukannya dengan cara barter (saling bertukar barang). Setelah waktu dianggap cukup, terutama ketika sinar matahari sudah mulai terasa panas, secara perlahan mereka mulai membubarkan diri.

Pada bagian lain terdapat anak Sungai Barito, yaitu Sungai Lulut di Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin yang kondisinya jauh lebih tenang. Pada sisi kiri dan kanan sungai dipenuhi dengan pemukiman penduduk berupa rumah panggung yang umumnya menghadap ke sungai, bukan membelakanginya.

[caption caption="Suasana pemukiman penduduk di tepi Sungai Lulut, Kecamatan Banjarmasin Timur, Banjarmasin – Kalimantan Selatan (Sumber http://Travel.detik.com)"]

[/caption]

3. Sungai Musi di Palembang, Sumatera Selatan

Coba kita menyimak kondisi sungai di Pulau Sumatera, yaitu Sungai Musi di Palembang, Propinsi Sumatera Selatan.  Bentuk rumah yang menghiasi tepian Sungai Musi umumnya berupa rumah panggung yang bahan dasarnya dari Kayu Unglen atau Merbabu dan atapnya berbentuk limas, terbuat dari genting.  Masyarakat di Sumatera Selatan menyebutnya Rumah Bari. Fungsi rumah panggung ini selain menghindari banjir, juga sebagai antipisai serangan dari binatang buas.

[caption caption="Rumah panggung khas Palembang yang berada di tepi Sungai Musi (Sumber: http://panduanwisata-id)"]

[/caption]

Umumnya Rumah Bari dibangun dengan bentuk memanjang ke belakang. Ukuran rumah ini bermacam-macam, mulai dari ukuran kecil, sedang, bahkan ada yang sampai dengan ukuran 20 m X 100 m. Semakin besar rumah seseorang berarti menunjukkan strata sosial pemiliknya, misalnya keturunan keluarga Kasultanan Palembang, pejabat pemerintahan, atau pengusaha kaya.

Jika kita menyusuri Sungai Musi mulai dari hulu hingga hilir, sepanjang mata memandang akan terlihat banyak rumah panggung di tepian dan atas alur sungai. Beberapa diantaranya tertata rapi dan berdiri kokoh, tetapi sebagian lagi terlihat sudah rapuh termakan usia.

[caption caption="Rumah panggung khas Palembang yang berada di tepi Sungai Musi (Sumber: http://hellopalembang.com)"]

[/caption]

Semakin jauh ke pedalaman, kondisi pemukiman penduduk di tepi sungai kondisinya lebih sederhana. Kalau rumah yang di tengah kota, kondisi rumah relatif lebih permanen dan semi modern, sedangkan rumah di pedalaman kesannya terlihat tradisonal.

[caption caption="Rumah panggung khas Palembang yang berada di tepi sungai di pedalaman Sumatera Selatan (Sumber: http://panoramio.com)"]

[/caption]

Aktivitas masyarakat di Sungai Musi cukup beragam. Selain dipergunakan sebagai alat transportasi air, sungai ini juga sering dipakai untuk kegiatan MCK. Manfaat lainnya adalah dipakai sebagai lahan untuk mengais rezeki, seperti membuka kios terapung dan menangkap ikan.

[caption caption="Kios terapung di atas Sungai Musi (Sumber: http://kelanakecil.files.wordpres.com)"]

[/caption]

[caption caption="Kegiatan masyarakat yang sedang mencuci dan mandi di Sungai Musi (Sumber: http://anakanwar.blogspot.co.id)"]

[/caption]

Kondisi Sungai di Luar Negeri

Potret sungai di Indonesia memang tidak seluruhnya kondisinya memprihatinkan, karena masih ada sungai yang kondisi fisiknya begitu indah dan eksotik, tetapi jumlahnya tidak banyak. Oleh sebab itu Saya mencoba mengajak Anda untk melihat kondisi sungai di beberapa negara di dunia yang penataannya jauh lebih baik dibandingkan dengan negara kita. Hal ini dimaksudkan agar kita bisa belajar dari kebijakan pemerintah dan dukungan masyarakat  setempat  dalam mewujudkan kondisi sungai yang bersih, indah dan ramah lingkungan.

1. Transportasi Sungai di Kota Giethoorn, Belanda

Kota Giethoorn, Belanda, terbilang sangat unik. Betapa tidak, semua alat transportasinya hanya bisa dilakukan melalui sungai, layaknya di Venesia. Jika Anda ingin berkunjung ke kota ini, mobil atau bus wisata harus parkir di luar kota. Kemudian Anda bisa menuju ke sana menggunakan perahu kecil atau berjalan melalui jembatan. 

Rumah-rumah penduduk di kota ini juga sangat khas dan unik, yaitu berupa rumah tradisional khas Belanda.  Pemandangan di sekitarnya begitu indah seperti berada di negeri dongeng, sehingga membuat betah siapa saja yang berkunjung ke sana.

[caption caption="Perahu sebagai sarana transportasi utama di Kota Giethoorn - Belanda (Sumber: http://keepo.me )"]

[/caption]

[caption caption="Suasana pemukiman di tepi sungai di Kota Giethoorn - Belanda (Sumber: http://keepo.me)"]

[/caption]

2. Sungai Buatan di Kota Seoul, Korea Selatan

Konon sungai ini dulunya adalah sebuah jalan raya di tengah kota yang kemudian di “sulap” menjadi sebuah sungai yang indah. Sungai ini menjadi sarana bermain bagi anak-anak, tetapi mereka tetap menjaga lingkungan, sehingga terlihat begitu bersih dan tidak ada sampah berserakan.

[caption caption="Suasana sungai buatan di tengah Kota Seoul – Korea Selatan (Sumber: http://countermaster.files.wordpress.com)"]

[/caption]

3. Sungai Rhein di Jerman

Sungai Rhein adalah sungai terpanjang yang mengalir di Jerman. Panjang sungai ini mencapai 865 km. Terdapat banyak tanaman anggur di sepanjang lembah sungai ini dan adanya kisah tentang  gadis cantik Loreley yang sangat mempesona, sehingga mampu menyedot para wisatawan dari berbagai negara untuk ndatang ke tempat ini.

Tidak jauh dari tepi Sungai Rhein terdapat pemukiman warga. Biasanya tempat tersebut menjadi incaran bagi orang-orang berduit. Wajar saja kalau harga sewa atau harga belinya lebih tinggi dari tempat lainnya.

[caption caption="Bangunan di tepi Sungai Rhein, Jerman, yang tertata rapi dan bersih (Sumber: http://travelmarvel.com)"]

[/caption]

4. Sungai Chao Phraya di Kota Bangkok, Thailand

Bangkok merupakan salah satu kota yang menjadi tujuan wisatawan internasional. Kota ini memiliki aneka ragam transportasi massal yang lengkap, seperti: MRT/Subway, BTS Sky Train dan sarana transportasi air yang berpusat  di Sungai Chao Phraya.

Sungai Chao Phraya yang membelah Kota Bangkok ini berasal dari Propinsi Nakhon Sawan di Thailand bagian tengah. Panjang sungai ini mencapai 400 km sampai ke Teluk Thailand dan sudah sejak lama menjadi alat transportasi utama bagi masyarakat Kota Bangkok dan sekitarnya.

[caption caption="Suasana Sungai Chao Phraya di Kota Bangkok, Thailand (sumber foto: http://dimasseptiyanto.files.wordpress.com)"]

[/caption]

Kita bisa melihat lalu lintas kapal tongkang yang hilir mudik mengangkut komoditi melalui sungai ini. Selain itu, kita juga bisa melihat kapal motor kecil yang biasa mengangkut turis berwisata menelusuri sepanjang Sungai Chao Phraya. Hampir setiap 5 menit kapal motor yang biasa disebut Long Tail Boat ini berlabuh di pelabuhan kecil (pier) yang banyak terdapat kedua sisi sungai.

[caption caption="Long Tail Boad di Sungai Chao Phraya yang membelah Kota Bangkok, Thailand (Sumber: http://whatthesaintsdidnext.files.wordpress.com"]

[/caption]

[caption caption="Salah satu pemukiman di tepian sungai di Kota Bangkok, Thailand (Sumber: sumber http://hananan.com)"]

[/caption]

5. Sungai Melaka, Malaysia

Sungai Melaka terletak di Kota Melaka - sebuah kota kecil di Malaysia. Sungai ini dikenal karena kebersihannya dan sudah sejak lama dipakai sebagai sarana transportasi air, yaitu sejak masa pemerintahan Kesultanan Melayu Melaka (tahun 1402-1511 Masehi). Pada masa itu Sungai Melaka dipakai sebagai jalur utama masuknya kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dunia.

[caption caption="Salah satu sudut Sungai Melaka, Malaysia yang bersih dan asri (Sumber: sumber http://smartravellerblog.files.wordpress.com)"]

[/caption]

Pengelolaan Sungai Melaka sebagai kawasan wisata tampaknya sudah cukup baik. Masyarakat yang ada di pinggir aliran sungai juga ikut mendukung program pemerintah setempat. Mereka ikut mempercantik lingkungan di sekitar aliran sungai dengan melukis dinding rumahnya dengan aneka gambar yang menarik, sehingga membuat wisatawan memiliki kesan tersendiri ketika melalui wilayah ini.

[caption caption="Pemukiman penduduk di pinggir aliran Sungai Melaka di cat dengan aneka lukisan yang menarik (Sumber: http://flickr.com)"]

[/caption]

 

6. Sungai Seine di Kota Paris, Perancis

Perancis dikenal sebagai negara yang romantis. Melihat aneka keindahan dan keunikan yang ada di kota ini, membuat para wisatawan dari berbagai negara berduyun-duyun mengunjungi negara ini. Mereka ingin menikmati suasana romantis, terutama bagi para pasangan yang ingin merajut cinta mereka lebih erat dari sebelumnya.

Tepat di tengah Kota Paris mengalir Sungai Seine – sebuah sungai indah yang terletak di Perancis bagian barat laut. Sungai ini membelah kota Paris menjadi dua bagian yang dalam bahasa Perancis disebut dengan istilah la rive droite (tepi kanan – Paris Utara) dan la rivegauche (tepi kiri – Paris Selatan). Nama sungai ini berasal dari kata “Sequanus”, dalam Bahasa Latin dan merupakan salah satu jalur lalu lintas air komersial di Kota Paris.

[caption caption="Sungai Seine yang membelah Kota Paris, Perancis (Sumber: sumber http://griyawisata.com)"]

[/caption]

Sungai Seine memiliki panjang sekira 776 kilometer. Banyak jembatan terdapat di atas sungai ini, tercatat sekira 32 buah jembatan. Jika kita menelusuri sungai ini menggunakan kapal pesiar, banyak ikon Kota Paris yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan, seperti La Conciergerie, taman mungil Jardin Tino Rossi, Champs Elyees, Basilica Secre Coeur, katedral, makam Napoleon Bonaparte, Museum Louvre, hingga museum terbuka Musee de la Sculpture en Plein Air.

Jika sekedar ingin menikmati pemandangan sungai yang indah dari tepian Sungai Seine, di sana banyak terdapat area untuk sekedar bersantai. Tempat tersebut biasanya ramai dikunjungi wisatawan, baik siang maupun malam hari. Berbagai pertunjukan seni jjuga sering dipentaskan di sekitar sungai, seperti Kabaret Bajak Laut untuk anak-anak dan pertunjukan musik.

[caption caption="Kapal pesiar yang menyusuri Sungai Seine yang membelah Kota Paris, Perancis (Sumber: http://jalanjalanyuk.com)"]

[/caption]

7. Sungai Tuojiang di Kota FengHuang, Tiongkok

Fenghuang adalah sebuah kota kecil yang dikelilingi pegunungan indah di bagian barat Provinsi Hunan, Tiongkok. Masyarakat di kota kelahiran pengarang Tiongkok terkenal, Shen Congwen, ini masih sangat lugu dan begitu kuat memegang tradisi leluhurnya. Menurut Rewi Elley - pengarang Selandia Baru yang hampir 60 tahun tinggal di Tiongkok, menyebut kota ini sebagai tempat yang paling indah di Tiongkok.

[caption caption="Rumah tradisional di tepi Sungai Tuojiang, Kota FengHuang, Tiongkok (Sumber: http://image.detik.com)"]

[/caption]

Bangunan di  Kota Fenghuang berupa rumah panggung, mirip dengan rumah yang terdapat dalam dunia persilatan dalam film-film mandarin. Kota berpenduduk lebih dari 300.000 orang ini kebanyakan berasal dari etnis Miao dan Tujia. Lokasi kota persis di tepi Sungai Tuojiang yang melintas di dalam kota.

[caption caption="Rumah tradisional di tepi Sungai Tuojiang, Kota FengHuang, Tiongkok (Sumber: http://travel.detik.com)"]

[/caption]

 

Rumah-rumah yang berada di tepi Sungai Tuojiang umumnya berupa rumah panggung, sedang rumah yang berlokasi dekat gunung berupa bangunan klenteng dan kuil. Bentuk rumah panggung ini sangat khas dan bahannya terbuat dari kayu. Kebanyakan rumah panggung ini atapnya melengkung ke atas, sedangkan gentengnya berlapis-lapis persis seperti sisik ikan, sangat indah dipandang.

Sungai Tuojiang sering dimanfaatkan warga setempat untuk kegiatan mandi, mencuci pakaian dan sayur. Sesekali tampak perahu kecil melintas membawa wisatawan yang menikmati pemandangan indah di kedua tepi sungai tersebut.

8. Kanal di Venesia (Venice), Italia

Venesia (bahasa Italia: Venezia) adalah ibu kota regione Veneto dan Provinsi Venesia di Italia. Nama Venesia dulunya berasal dari nama suku kuno “Veneti” yang pernah bermukim di wilayah ini pada zaman Romawi. Luas wilayah ini adalah 412 km² dan populasi penduduknya sekira 272.000 jiwa (perkiraan sensus 1 Januari 2004).

Kota Venesia dibangun di atas kepulauan yang berjumlah 117 pulau dan dibentuk oleh 177 buah kanal dan dihubungkan oleh jembatan. Kanal-kanal ini berfungsi sebagai sarana transportasi utama dan hampir setiap bentuk transportasi ada di air. Oleh sebab itulah kota ini memiliki banyak sebutan, seperti: La Dominante, Serenissima, Queen of the Adriatic, City of Water, City of Masks, City of Bridges, The Floating City, dan City of Canals.

[caption caption="Suasana indah menjelang malam di atas kanal di Kota Venesia, Italia (Sumber: http://alicdn.com)"]

[/caption]

Siapapun pasti mengenal Venesia sebagai salah satu tempat eksotis yang menjadi tujuan wisatawan mancanegara. The Grand Canal, kanal terbesar di Venesia yang panjangnya mencapai sekira 4 km, merupakan salah satu kanal terpenting di Italia. Kondisi airnya senantiasa bersih dan jernih sepanjang tahun.

Aliran air The Grand Canal yang berhubungan dengan ratusan kanal-kanal kecil tercipta secara alami tanpa campur tangan manusia. Bangunan yang ada di sepanjang pinggir kanal tertata dengan apik dan indah, membuat suasana di kota ini terasa romatis, tidak kalah dengan Kota Paris, Perancis.

[caption caption="Sebuah perahu melintas di atas kanal, diantara gedung-gedung di Kota Venesia, Italia (Sumber: http://gayatasi.com)"]

[/caption]

Sudah lama di Kota Venesia ini selalu digelar kompetisi boat Regata Storica, yaitu sejak abad ke 14. Pelaksanaannya biasanya pada minggu pertama di bulan September setiap tahunnya. Ketika even ini digelar, puluhan ribu wisatawan lokal dan asing tumpah ruah di sini untuk menonton pertunjukannya. Perahu-perahu yang biasanya dipakai berlomba dipenuhi dengan berbagai hiasan unik dan pengayuhnya mengenakan busana ala abad 14.

[caption caption="Kompetisi tahunan Boat Regata Storica di atas kanal, Kota Venesia, Italia (Sumber: http://natawisata.com)"]

[/caption]

 

*** 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun