Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tahukah Anda Cara Pengawetan Bambu Secara Alami?

4 Desember 2015   07:04 Diperbarui: 4 April 2017   17:01 13614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pohon bambu (sumber: http://www.bahanalam.com)"][/caption]

Bambu atau dalam bahasa Inggris disebut bamboo termasuk salah satu jenis rumput-rumputan yang memiliki rongga dan ruas di batangnya. Menurut hasil penelitian ahli botani, terdapat sekira 1.250 jenis bambu di dunia dan sekira 150 jenisnya berada di Indonesia.

Selain dikenal dengan nama bambu, orang Indonesia ada yang menyebutnya dengan sebutan buluh, aur dan eru. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang pertumbuhannya paling cepat di dunia. Hal ini disebabkan karena di dalamnya terdapat rhizoma-dependen unik. Dalam sehari saja bambu mampu  tumbuh sekurangnya sepanjang 60 cm, bahkan sampai 100 cm, terkandung jenis spesies, kondisi tanah dan kondisi alam di sekitarnya (sumber:id.wikipedia.org)

[caption caption="Macam-macam jenis bambu (sumber: http://www. Basic-24.com)"]

[/caption]

Setelah berusia setahun, umumnya pertumbuhan bambu berhenti, batangnya tidak akan lagi bertambah tinggi atau bertambah besar. Saat yang paling tepat memanen bambu adalah ketika batangnya sudah  berusia tiga hingga tujuh tahun.

Banyak sekali manfaat bambu. Orang Indonesia sudah sejak lama menggunakannya untuk berbagai keperluan, seperti untuk membangun rumah, sebagai alat musik tradisionil, perabotan rumah tangga, alat pertanian, kerajinan, senjata dan sumber makanan. 

Sayangnya, masih banyak orang yang tidak mau memakai bambu karena bahannya dianggap mudah rusak atau cepat rapuh. Tanpa perlakuan khusus, umumnya bambu yang sudah ditebang dan dimanfaatkan sebagai kebutuhan hidup manusia paling lama bertahan maksimal tiga tahun. Padahal, jika mengetahui cara pengawetannya, bambu bisa bertahan lebih lama.

Berbeda dengan tanaman keras lainnya seperti misalnya kayu Jati atau kayu Meranti, struktur batang bambu tidak memiliki unsur toksik atau racun, serta terdapat banyak unsur zat gula di dalamnya. Hal inilah yang sering mengundang mikroorganisme hadir di dalamnya dan menyebabkan kerusakan, seperti pelapukan, retakan atau pecah dan timbulnya noda atau lubang pada batangnya. Jika sudah rusak, maka akan mempengaruhi kegunaan, kekuatan dan nilai bambu tersebut.

Menurut Frans, agar bambu bisa awet, ada perlakuan khusus saat memanennya. Pemerhati budaya Sunda keturunan Tionghoa yang bermukim di Garut ini memberikan tips sebagai berikut:

  • Bambu sebaiknya di panen kalau usianya sudah cukup, artinya tidak tidak terlalu muda, juga tidak terlalu tua.
  • Dalam setahun, bambu hanya boleh dipanen selama satu bulan.
  • Dalam sebulan, bambu hanya boleh dipanen selama 18 hari.
  • Dalam sehari, bambu hanya boleh dipanen selama 2 jam.
  • Waktu panen dalam sehari tidak boleh sembarangan, melainkan hanya pada waktu pukul 14.00-16.00 WIB.

Frans menambahkan, ketika pagi hari tumbuhan terkena sinar matahari dan mengalami proses fotosintesis, sama seperti manusia yang butuh makanan untuk keperluan nutrisi tubuhnya. Saat pagi hari hingga sore pukul 14.00 merupakan saat bambu menyerap makanan dan memprosesnya hingga menjadi daging. Itulah sebabnya mengapa bambu sudah siap dipanen pada waktu tersebut.

[caption caption="Bambu yang sudah ditebang dan siap diawetkan (sumber:http://www.harianjogja.com)"]

[/caption]

 

Cara lain mengawetkan bambu secara alami paska panen seperti yang dikutip dari situs http://jadipintar.com adalah sebagai berikut:

  • Sebaiknya bambu ditebang pada musim kemarau.
  • Saat ditebang, pastikan umur bambu sudah cukup umur yaitu berkisar antara 3 - 4 tahun.
  • Bersihkan ranting-ranting dan daun dari batangnya.
  • Hilangkan getah yang ada dalam batang bambu dengan cara dipanaskan di atas bara api. Setelah dipotong-potong, lalu bambu direbus hingga mendidih. Cara untuk mempercepat proses menghilangkan noda yang terdapat pada kulit bambu adalah dengan menambahkan 3 sendok makan soda untuk setiap 15 liter air.

Selain cara di atas, masih ada tips yang bisa kita pelajari tentang bagaimana agar bambu menjadi tahan lama. Menurut info yang dikutip dari situs http://kotakitaku-tamanbambunusantara.blogspot.co.id), zat gula yang terdapat dalam batang bambu dan cenderung digandrungi rayap dapat diantisipasi dengan cara memasukkan cairan garam (acid) ke dalam batang bambu yang sudah ditebang.

Banyak metoda yang dilakukan oleh nenek moyang kita zaman dulu untuk mengawetkan bambu agar tahan lama. Ada yang melakukannya dengan cara merendam bambu ke dalam lumpur sungai atau pantai. Waktu merendamnya membutuhkan waktu cukup lama, yaitu berkisar antara 3-6 bulan. Berbeda lagi dengan masyarakat sekarang, khususnya para perajin bambu yang kebanyakan memakai minyak tanah atau oli bekas sebagai bahas pengawetnya. Tentu saja cara ini bukan termasuk cara yang alami.

Usai melakukan proses pengawetan, sebaiknya bambu dikeringkan dengan cara menyusunnya secara vertikal dan terlindung dari sinar matahari. Proses ini bisa memakan waktu sekira 2 minggu, tergantung dari kondisi cuaca. Dengan dikeringkan di luar, berarti kita memanfaatkan aliran udara secara alami.

*** 

J. Haryadi
Penulis, Trainer dan motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun