[caption caption="Suasana Sholat Idul Fitri 1 Syawal 1436 H di Desa Kalibening Raya Kabupaten Lampung Utara (sumber foto: J.Haryadi)"][/caption]
Oleh: J. Haryadi
Setiap tahun umat muslim di Indonesia selalu mengusahakan untuk dapat mudik ke kampung halamannya. Tradisi mudik ini dilakukan sebagai obat rindu terhadap keluarga, teman dan saudara, setelah sebelumnya hidup di rantau berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya.
Pada saat lebaran, para perantau yang pulang kampung akan membawa sejumlah uang dan hadiah yang akan diberikan kepada anak-anak dan orangtua dari kalangan keluarga, kerabat atau orang-orang yang disayanginya. Tidak heran perputaran uang pada saat tradisi mudik ini cukup besar, sehingga menambah meriah suasana di kampung halaman.
Salah satu desa di Kabupaten Lampung Utara yang merayakan hari lebaran dengan meriah adalah Desa Kalibening Raya, Kecamatan Abung Selatan. Desa berpenduduk 1.200 jiwa dan berjarak sekira 7 km dari ibukota kabupaten ini termasuk desa yang maju dan berkembang pesat. Hal ini bisa dilihat dari rumah-rumah penduduk yang terlihat permanen dan tertata rapi serta jalanan yang sudah terbuat dari aspal. Memang masih juga terdapat rumah sederhana, tetapi tidak kumuh, melainkan bersih dan sehat. Jalanan sempit (gang) yang ada pun sudah dibuat dari paving block.
[caption caption="Suasana rumah penduduk yang permanen dan tertata rapi di Desa Kalibening Raya, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara (sumber foto: J.Haryadi)"]
[caption caption="Suasana rumah penduduk yang permanen dan tertata rapi di Desa Kalibening Raya, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara (sumber foto: J.Haryadi)"]
[caption caption="Rumah sederhana di Desa Kalibening Raya, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara (Sumber foto: J.Haryadi)"]
Tidak jauh dari kantor Desa Kalibening Raya terdapat sebuah masjid yang cukup besar, yaitu Masjid Ad-Da’wah. Disinilah tempat umat muslim melakukan berbagai aktivitas keagamaan seperti pengajian, sholat Jum’at, sholat Tarawih, sholat Idul Fitri dan sholat idul Adha.
[caption caption="Masjid Ad-Da'wah Desa Kalibening Raya, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara (sumber foto: J.Haryadi)"]
Pada perayaan Hari Idul Fitri 1 Syawal 1436 H/2015 M, masyarakat Desa Kalibening Raya melakukan Sholah Idul Fitri di Masjid Ad-Da’wah. Ribuan umat muslim mulai berbondong-bondong memadati area masjid sejak pukul 06.00 WIB. Mereka menempati teras dan halaman masjid yang sudah disediakan oleh panitia sebagai tempat beribadah sholat Ied. Gema takbir dan tahmid menggema dimana-mana mengagungkan kebesaran Allah SWT.
Mulai dari teras depan masjid sampai dengan pertengahan lapangan disediakan khusus untuk jemaah pria, sedangkan pada bagian belakang dipakai untuk jemaah wanita. Panitia sudah menyiapkan alas dari plastik untuk Jemaah yang berada di jalan dan lapangan. Peserta yang tidak kebagian tempat biasanya membawa tikar atau koran bekas sebagai alat untuk tempat duduk.
[caption caption="Masyarakat mulai berduyun-duyun datang ke area Masjid Ad-Da'Wah Desa Kalibening Raya untuk mengikuti sholat Idul Fitri (sumber foto: J. Haryadi)"]
[caption caption="Tampak sebagian masyarakat sedang masuk ke area Masjid Ad-Da'Wah Desa Kalibening Raya untuk mengikuti sholat Idul Fitri (sumber foto: J. Haryadi)"]
Acara dimulai pukul 07.00 WIB. Panitia membacakan susunan acara sekaligus melaporkan keberadaan kas masjid kepada masyarakat luas. Panitia melaporkan bahwa pendapatan masjid yang berasal dari infaq/sadaqoh masyarakat setiap Sholat Jum’at dalam setahun terkumpul Rp. 106.165.500, sedangkan pengeluaran sebesar Rp. 85.986.500, sehingga saldonya menjadi Rp.20.179.000.
Menurut Kepala Desa Kalibening Raya Rudi Fadli, S.Sos, dari 350 kepala keluarga di Desa Kalibening terdapat 151 orang yang berhak menerima zakat. Setiap warga dikenakan zakat fitrah berupa 2 ½ kg beras atau uang senilai Rp.25.000 per jiwa ( 1 kg beras dihitung dengan harga @ Rp.10.000).
Sementara itu Ketua DKM Ad-Da’wah, Sarengat, dalam laporannya menjelaskan bahwa hasil pengumpulan zakat fitrah masyarakat di desa tersebut berupa beras sebanyak 1.170 kg dan berupa uang sebesar Rp.20.160.000. Selain itu terdapat juga masukan berupa infaq/sadaqoh sebesar Rp.5.350.000. Semua sudah diberikan kepada orang yang berhak menerimanya.
[caption caption="Jemaah pria menempati posisi di teras, jalanan dan lapangan Masjid Ad-Da'wah Desa Kalibening Raya (sumber foto: J. Haryadi)"]
[caption caption="Jemaah wanita menempati posisi di lapangan Masjid Ad- Da'wah Desa Kalibening Raya pada bagian paling belakang (sumber foto: J. Haryadi)"]
Sholat Ied di Desa Kalibening Raya dimulai sekira pukul 07.20 WIB. Masyarakat dengan khusuk mengikutinya. Usai sholat, dilanjutkan dengan ceramah yang disampaikan oleh salah seorang tokoh agama setempat. Pada intinya, ada pesan yang disampaikan olehnya.
Pesan pertama, Khotib mengajak masyarakat agar mampu melawan hawa nafsu, diantaranya nafsu marah, nafsu memperkaya diri sendiri dan nafsu syahwat.
Pesan kedua adalah pesan sosial. Khotib mengajak umat muslim untuk saling tolong menolong dan saling berbuat kebaikan untuk sesama manusia.
Pesan ketiga adalah Jihad dalam pengertian luas yaitu berkorban dengan harta, tenaga, pikiran dan jiwa (kalau perlu) demi mencari ridho Allah SWT. Misalnya jihad ekonomi, jihad pendidikan, jihad politik, jihad pemikiran, jihad mencari ilmu dan lain-lain. Â Â Â
Pada akhir ceramahnya Khotib mengajak masyarakat untuk saling maaf memaafkan dan berdoa agar mereka diberi kesehatan, panjang umur, sehingga bisa kembali bertemu dengan Ramadhan tahun depan.
Tradisi Berlebaran di Desa Kalibening Raya
Sehabis sholat Ied, sebagian masyarakat saling bersalaman membentuk sebuah barisan, terutama jemaah yang ada di teras Masjid Ad-Da’wah. Mereka rela mengantri untuk bisa saling bersalaman dan maaf memaafkan. Sementara itu sebagian besar jemaah justru langsung bubar dan kembali ke rumah masing-masing.
[caption caption="Mengantri untuk bersalaman dan saling memaafkan usai sholat Idul Fitri di Masjid Ad-Da'wah Desa Kalibening Raya (sumber: J.Haryadi)"]
[caption caption="Mengantri untuk bersalaman dan saling memaafkan usai sholat Idul Fitri di Masjid Ad-Da'wah Desa Kalibening Raya (sumber: J.Haryadi)"]
Salah satu contohnya adalah Elyus, salah seorang warga Desa Kalibening Raya memilih langsung pulang ke rumahnya yang hanya berjarak sekira 300 meter dari masjid. Dia beralasan ingin saling maaf memaafkan dengan anggota keluarganya di rumah agar terasa lebih khusuk. Setibanya di rumah, dia menyalami istri dan anak-anaknya, kemudian memeluk dan mencium mereka satu dengan penuh kasih sayang.
Usai saling bermaaf-maafkan, Elyus dan keluarganya segera menyantap ketupat yang menjadi ciri khas berlebaran, seperti warga Indonesia lainnya. Biasanya ketupat ini akan terasa nikmat dimakan dengan sayur opor ayam.
Hampir semua warga Desa Kalibening Raya masih memiliki tradisi saling berkunjung ke rumah tetangga dan kerabat terdekat. Mereka melakukannya bersama dengan anggota keluarganya secara bergerombol. Jika hubungan mereka hanya sebatas tetangga, biasanya mereka hanya mampir untuk saling bersalaman, kemudian langsung permisi untuk berkunjung ke rumah warga lainnya.
Jika hubungan mereka cukup dekat, apalagi ada ikatan persaudaraan atau dengan tokoh masyarakat yang dihormati di desa tersebut, mereka pasti tidak hanya bersalaman, tetapi mampir, duduk dan mengobrol bersenda gurau sambil mencicipi hidangan gratis yang sudah disiapkan oleh tuan rumah.
[caption caption="Mengantri untuk bersalaman dan saling memaafkan usai sholat Idul Fitri di Masjid Ad-Da'wah Desa Kalibening Raya (sumber: J.Haryadi)"]
Usai berkeliling kampung, masing-masing anggota keluarga biasanya mengunjungi orangtua mereka atau kerabat yang posisinya dituakan dalam silsilah keluarga. Mereka berangkat dengan kendaraan sambil membawa anggota keluarganya, bahkan tidak sedikit yang berangkat secara rombongan. Tidak heran, ketika mereka sampai di tempat tuan rumah, suasana langsung ramai dan meriah. Tawa dan tangis bersatu menjadi sebuah harmoni yang mewarnai kehidupan umat muslim di Indonesia.
***Â
J. Haryadi adalah Ketua Pusat Komunitas Penulis Kreatif (KPKers), berdomisili di Bandung dan penulis buku biografi Bupati Lampung Utara yang berjudul : AGUNG ILMU MANGKUNEGARA, Sang Inspirator Muda "Sai Bumi Ruwa Jurai"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H