Oleh : J. Haryadi
Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia merupakan pesta demokrasi yang selalu dirayakan dengan semarak. Tidak jarang ajang demokrasi tersebut berujung dengan kisruh dan berakhir di pengadilan. Belum lagi gesekan antara para pendukung kontestan ketika kampanye berlangsung, sehingga sering terjadi keributan.
Seperti diberitakan DetikNews  (20/09/2012), berdasarkan data dari Mahkamah Konstitusi (MK) terdapat 67 kasus sengketa Pilkada yang masuk ke lembaga tersebut. Sedangkan tahun sebelumnya (2011), sengketa Pilkada yang masuk ke MK mencapai 138 kasus. Data ini menunjukkan bahwa dalam setiap kegiaatan Pemilu sangat rentan dengan perselisihan yang berakibat pertikaian sehingga berakhir di pengadilan.
Kondisi diatas sangat berbeda jauh dengan keadaan yang terjadi pada acara pesta demokrasi Pemilihan Ketua RW di desa kami yang baru dilaksanakan pada Minggu, 22 September 2013 yang lalu. Kegiatan berlangsung tertib, aman, dan sangat menghibur. Betapa tidak, ajang pesta demokrasi tersebut dikemas sedemikian rupa oleh panitia sehingga menjadi kegiatan yang menghibur warga.
Sebelum pemilihan berlangsung, panitia sudah menyebar informasi diberbagai lokasi disekitar RW. Disamping memasang foto kontestan dalam bentuk baliho, panitia juga memasang beberapa spanduk dan pamlet. Suasananya benar-benar semarak, tidak kalah dengan suasana Pilpres atau Pilkada. Pokoknya, atribut yang dipasang benar-benar bikin heboh, seakan-akan ada pesta demokrasi besar. Â Bedanya, pada kampanye pemilihan Ketua RW ini tidak ada kampanye terbuka, semua dilakukan tertutup alias door to door.
[caption id="attachment_290836" align="aligncenter" width="600" caption="Spanduk kontestan pemilihan Ketua RW"][/caption] Sehari menjelang pemilihan, panitia berkeliling RW dengan memakai mobil pick up. Mereka mengumumkan agenda acara pemilihan besok dengan menggunakan speaker, persis seperti promosi film bioskop pada tahun 80'an. Besoknya, tepat ketika acara pemilihan berlangsung, masyarakat mulai berbondong-bondong datang ke lokasi, yaitu disebuah lahan kosong yang tidak digunakan. Masyarakat yang datang tidak hanya bertujuan memilih calon Ketua RW, melainkan ada juga yang sengaja datang dari RW lain untuk menonton hiburan. Ternyata panitia sudah menyiapkan acara hiburan berupa Tari dan Lagu yang dibawakan oleh anak-anak dari warga di sekitar RW kami. Dampaknya, Â suasana semakin ramai karena para pedagang juga memanfaatkan momentum tersebut untuk mengais rezeki. [caption id="attachment_290839" align="aligncenter" width="600" caption="Masyarakat ramai datang ke lokasi pemilihan Ketua RW"]
[/caption] [caption id="attachment_290840" align="aligncenter" width="600" caption="Panggung hiburan pementasan Tari dan Lagu"]
[/caption] [caption id="attachment_290841" align="aligncenter" width="500" caption="Salah satu grup penari anak sedang beraksi"]
[/caption] Acara semakin menarik karena dipandu oleh pembawa acara yang kocak, sehingga suasana menjadi rileks dan menghibur. Pembawa acara tidak lain adalah salah seorang Ketua
RT setempat. [caption id="attachment_290843" align="aligncenter" width="357" caption="Ketua RT merangkap pembawa acara"]
[/caption] Sejak pagi calon pemilih sudah mulai berdatangan. Setiap peserta yang akan memilih dipandu oleh seorang badut yang lucu ke tempat penukaran "Surat Pemberitahuan Pemilih" dengan "Kartu Pemilih" di meja panitia. [caption id="attachment_290844" align="aligncenter" width="600" caption="Pemilih datang menuju meja panitia disambut Badut"]
[/caption] Setelah menyerahkan surat tersebut, pemilih akan mendapatkan kartu pemilih sebagai berikut : [caption id="attachment_290845" align="aligncenter" width="600" caption="Kartu pemilihan Ketua RW"]
[/caption] Disamping itu, peserta juga diberi sebuah kertas yang berisi nomor undian. Kemudian peserta langsung menuju ke bilik suara. Sebelum masuk ke bilik suara, peserta bisa menyaksikan para kontestan yang hadir dan duduk bersama di dekat bilik suara. Kontestan terlihat santai dan saling menyapa satu dengan lainnya, tidak terlihat suasana kompetisi yang panas dan menegangkan. Mereka sudah berkomitmen, siapapun yang menang pasti akan didukung oleh kontestan lainnya yang kalah. Sebuah contoh demokrasi yang sehat dan patut kita contoh. [caption id="attachment_290847" align="aligncenter" width="600" caption="Kontestan calon Ketua RT duduk bersama"]
[/caption] [caption id="attachment_290848" align="aligncenter" width="594" caption="Bilik suara pemilih"]
[/caption] Setalah pemilih menentukan pilihannya di bilik suara yang disediakan,  selanjutnya kartu tersebut dimasukkan ke dalam kotak. Kemudian pemilih menuju ke meja panitia untuk diberi tanda berupa tinta di ujung jari. Pemilih lalu menyerahkan kupon undian (door prize) untuk di stampel dan dimasukkan ke dalam  gelas undian. Hadiah undian disiapkan panitia dari sumbangan sponsor yang berasal dari beberapa pengusaha yang ada di sekitar RW . Undian door price dilakukan jam 15.00 sambil menunggu penetapan pemenang Ketua RW, sehingga masyarakat akan menghadirinya. Acara akhirnya berlangsung dengan tertib. Banyak masyarakat yang gembira karena mendapat door price. Pedagang juga pulang dengan membawa keuntungan. Para orangtua yang anaknya ikut berpartisipasi juga merasa senang karena anaknya bisa tampil dipanggung menghibur warga. Pemenang pemilihan yang terpilih menjadi ketua RW yang baru juga merasa senang, sedangkan peserta yang kalah tidak sakit hati, bahkan merangkul dan memberi ucapan selamat kepadanya. Pokoknya, every body happy. Andaikan pesta kabar Pilkada dan Pilpres bisa seperti ini. Tapi, mungkinkah ? Saya tidak bisa menjawabnya. Semoga kisah kecil ini bermanfaat dan jadi renungan kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Politik Selengkapnya