Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Bandung Kota Kuliner

8 Maret 2014   17:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:08 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_326362" align="aligncenter" width="500" caption="Hendra Setiadi, Owner Surabi R41nana Sedang Membakar Surabi Racikannya (Sumber foto : Koleksi Pribadi)"][/caption]

Oleh : J. Haryadi

Selain dikenal sebagai Kota Kembang, Bandung juga dikenal sebagai tempat wisata kuliner. Hampir disetiap penjuru kota di penuhi berbagai kuliner khas Bandung seperti Bolu Kukus Amanda, Kue Kartikasari, Peuyem Bandung, Cireng Nasa, Bandrek Hanjuang dan sebagainya.

Salah satu jenis kuliner yang sekarng sedang naik daun adalah Surabi. Makanan yang terbuat dari bahan dasar tepung beras, terigu dan air kelapa ini kemudian dibakar dengan menggunakan alat tradisional berupa tungku & cetakan khusus dari tanah liat. Bahan tersebut lalu dicampur dengan berbagai bahan lainnya seperti coklat, susu, keju, kacang, oncom, ayam, telor, mayones, pisang, durian, strowbery dan bahan lainnya sehingga tercipta surabi dengan aneka rasa.

Salah satu tempat jajan surabi yang cukup laris adalah Cafe “Surabi R41nana” yang beralamat di Jalan Cihanjuang No.69 Bandung Barat. Cafe surabi yang terbuat dari bahan bambu tersebut terkesan eksotis dengan nuansa etnik yang begitu kental. Pengunjung bisa pesan surabi dan makan disini sambil duduk di bale-bale dengan santai bagai di rumah sendiri. Mereka juga bisa pesan minuman kopi, teh, air jeruk, bandrek atau bajigur hangat untuk menemani panganan tersebut.

Menurut Hendra Setiadi, cafe surabi miliknya baru dibuka 3 minggu yang lalu. Namun sejak hari pertama buka sampai sekarang (7/03/2014), cafenya selalu dipadati pembeli. Alumni D3 Unpad yang alih profesi menjadi pengusaha kuliner ini sampai kewalahan melayani pembeli.

Cafe kami buka dari jam 16.00 sampai 22.00 WIB, kalau malam minggu sampai jam 24.00. Alhamdulillah, baru buka saja pengunjung sudah mulai berdatangan. Yang paling ramai biasanya antara pukul 17.00 – 21.00 WIB. Sebagian makan disini sambil istirahat, tetapi banyak juga yang pesan untuk dibawa ke rumah sepulang dari kantor,’ ujar Hendra dengan ramah.

Ketika penulis sedang berada di cafe R41nana, beberapa pengunjung terlihat tengah antri menunggu pesanannya. Hendra begitu sibuk menyiapkan surabi pesanan pelanggannya.

Dulu, ketika pertama kali buka, Hendra memakai arang sebagai bahan bakar surabi. Namun dia merasa ada kendala, disamping masalah asap, memakai arang memerlukan energi ekstra karena harus rajin mengipasnya agar terus menyala. Sekarang pembakarannya sudah menggunakan kompor gas yang dipesan khusus dari Majalengka.

Alhamdulillah, sejak memakai kompor gas, pekerjaan menjadi praktis dan lebih cepat. Disamping itu, ternyata biasaya yang dikeluarkan juga lebih irit. Ketika masih pakai tungku arang, satu hari saya bisa menghabiskan sekitar 10 kg arang seharga Rp. 50.000. Setelah memakai kompor gas, satu tabung kecil seharga Rp.17.000 bisa saya pakai untuk 2 hari, “ kata pengusaha Surabi ini menjelaskan.

Ternyata bisnis kuliner ini cukup menguntungkan dan mempunyai prosfek yang cerah. Dalam sehari, total omset penghasilan Hendra bisa mencapai Rp. 500.000 , tetapi kalau sedang sepi penghasilannya cuma sebesar Rp.200.000. Tentu saja penghasilan ini masih bisa terus meningkat, mengingat tempatnya yang sangat strategis.

Terlepas dari itu semua, bisnis kuliner juga harus disertai dengan pelayanan yang baik. Pengunjung tidak sekedar ingin merasakan enaknya rasa masakan yang dipesannya, tetapi juga ingin merasa nyaman dan ingin dihargai ketika berkunjung ke cafe tersebut. Tanpa pelayanan yang baik, pengunjung bisa kecewa dan akhirnya bisa pindah ke lain hati.

***

Jumari Haryadi adalah Seorang Penulis Buku, Trainer dan Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun