Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengapa Kita Harus Melihat ke Atas ?

4 April 2014   05:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:06 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13965406231430861352

[caption id="attachment_329948" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber ilustrasi : http://roberttjrgraham.com"][/caption]

Oleh J. Haryadi

Kehidupan berjalan ibarat gelombang air laut, kadang pasang dan kadang surut. Ketika sedang berada dititik terindah, kita asik menikmatinya sehingga kadang lupa dengan masa kelam yang pernah dilalui. Sebaliknya ketika sedang sulit dan berada dititik nadir, kita merasa terjepit, merasa sendirian seolah alam ini selalu gelap tak bersinar.

Setiap orang bisa menikmati hidup ketika dirinya sadar bahwa kehidupan itu sendiri memang berwarna, penuh dinamika, sulit ditebak namun bisa direncanakan. Berusaha untuk tetap bersyukur terhadap apa yang kita alami, baik dalam kondisi susah atau senang, bisa membuat diri kita terbebas dari penderitaan. Namun pada kenyataannya, terkadang kita sulit menerima kondisi terburuk yang sedang kita alami.

Tuhan menciptakan kita bukan untuk berdiam diri, melainkan untuk bergerak dan secara kreatif menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Tidak semua aktivitas yang kita rencanakan bisa terlaksana dengan baik dan sukses. Bisa saja kita mengalami kegagalan karena tersandung sesuatu masalah yang cukup berat.

Ketika hambatan datang menerpa, maka mengeluh bukanlah solusi terbaik. Berusaha tetap tegar dan mencari jalan keluarnya merupakan  langkah yang tepat. Walau pun mungkin kita tetap tidak menemukan solusinya, tetapi paling tidak kita sudah berusaha mencari jawabannya, bukan berdiam diri dan pasrah pada nasib, lalu menyalahkan Tuhan sebagai penyebabnya.

Dalam menjalani kehidupan, terkadang kita harus melihat keatas. Tujuannya adalah agar kita bisa bersemangat dan berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik, bukan semata-mata karena ingin mengejar harta, pangkat atau jabatan. Kalaupun kita dapatkan, maka hal itu merupakan amanah yang perlu dipertanggungjawabkan. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi, melainkan juga untuk membantu orang lain yang memerlukannya.

Beberapa hikmah ketika kita melihat keatas, diantaranya adalah :

1.Menghindari sifat sombong

Jika kita sudah mulai dimasuki penyakit sombong, ada baiknya sesekali melihat keatas, agar sifat tersebut bisa terkikis habis dan kita kembali menjadi pribadi yang rendah hati.

Ketika diri kita merasa menjadi orang yang paling kaya, paling sukses, paling pintar dan berbagai atribut hebat lainnya, maka dengan melihat katas bisa membuat kita bisa intropeksi diri. Ternyata bukan hanya kita yang sukses, masih banyak orang yang lebih hebat dari kita. Diatas langit ternyata masih ada langit.

2.Mempertebal keyakinan terhadap kebesaran Tuhan

Memandang keatas dalam arti yang sebenarnya adalah menengadahkan pandangan kita ke atas langit. Putihnya awan, birunya langit, terangnya cahaya sang surya, berkilaunya sinar bulan dan bintang-bintang dimalam hari membuktikan bahwa ada kekuatan Maha Besar yang menguasai alam semesta ini, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu kita harus memelihara alam semesta ini beserta isinya dengan baik agar bisa lestari dan bisa dimanfaatkan oleh generasi yang akan datang.

3.Rajin beribadah dan berbuat kebaikan

Merasa usia masih muda, terkadang membuat kita lupa sehingga menyia-nyiakan waktu dan berbuat seenaknya, berfoya-foya dan seakan-akan kita tidak akan pernah menjadi tua. Padahal waktu cepat berlalu dan datangnya tua hanya masalah waktu.

Cobalah melihat keatas dan memandang orang-orang tua yang usianya sudah sepuh dan tidak berdaya. Pikirkan kalau suatu saat kita akan seperti itu, sehingga kita bisa memanfaatkan waktu yang ada dengan baik. Sewaktu muda sebaiknya kita banyak belajar, berbuat kebaikan dan menjalankan ibadah agama dengan baik, sehingga bisa menjadi bekal dimasa tua.

4.Mendorong kita untuk maju

Sering melihat keatas bisa menambah energi positif untuk menjadi orang sukses. Misalnya ketika kita melihat ada sahabat atau orang lain yang sukses, kita tidak perlu iri hati, bersedih atau menjadi minder. Justru kesuksesan mereka bisa menjadi pemicu kita agar bisa sukses seperti dirinya, bahkan kalau mungkin melebihi kesuksesannya.

Tanamkan dalam diri kita, jika dia bisa, maka kita pun pasti bisa. Tumbuhkan kompetisi yang sehat dalam diri kita agar senantiasa berusaha dengan keras, sungguh-sungguh, konsisten dan tidak mengenal kata menyerah. Selama kita masih hidup, selama itu juga kesempatan selalu terbuka dan berpeluang untuk sukses.

5.Sebagai bahan evaluasi diri

Hidup itu ibarat mendaki sebuah gunung. Seandainya kita berjalan menuju puncak gunung yang terlihat tinggi, awalnya kita akan merasa sulit untuk mencapainya. Kalau hidup kita penuh keraguan dan ketakutan, sehingga kita urung melangkah, maka seumur hidup kita tidak akan pernah bisa mencapai puncaknya.

Cara yang terbaik agar kita bisa berada di atas puncak adalah mulai melangkah setapak demi setapak dan menjalaninya. Ketika kaki kita terus berjalan dan  kita hanya selalu memandang kebawah, maka kita tidak akan penah tahu sudah sejauh mana kaki kita sudah melangkah. Sesekali memandang keatas akan membuat kita bisa mengevaluasi diri sampai sejauhmana perjalanan yang kita lalui. Jika merasa lelah, kita bisa istirahat dan mengumpulkan tenaga lagi lalu memulai perjalanan lagi. Memandang keatas secara positif bisa membuat kita tertantang untuk segera mencapai puncaknya sehingga akhirnya benar-benar berada disana.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun