"Air minum cuma tiga ribu perak, Pak. Dibandingkan pengobatan pasti jauh lebih mahal. Gak sanggup saya," ujar Iyan, seorang pengemudi ojek daring.
Langit perlahan berubah gelap. Lampu-lampu di rimbunan gedung kitaran Rasuna Said mulai menyala. Jalanan terlihat lengang. Hanya dua tiga kendaraan yang melintas. Saya yang baru turun dari gedung berlantai 32 harus menunggu kurang lebih 45 menit sebelum mendapatkan pengemudi.
Pasalnya, aplikasi transportasi yang saya gunakan berputar-putar tidak secepat biasanya.
"Saya di depan Cyber 2 ya, Bang. Di pinggir jalan."
"Bentar Pak, mutar dulu."
Pembelokan yang jauh membuat saya harus menunggu lebih lama lagi. Setelah dua kali memesan, baru kali ini saya mendapat respons.
Situasi ini bukan tanpa alasan. Waktu yang tidak tepat di mana hari itu adalah hari Minggu. Tentu saja, Rasuna Said tidak akan seramai hari kerja.
Hasilnya, pengemudi ojek yang berada di daerah tersebut pun berkurang.
Kedua adalah saya yang bersikeras untuk memanfaatkan promo termurah yang ditawarkan aplikasi sehingga beberapa pengemudi barangkali tidak mengambil pesanan saya. Maklum, jarak dari Rasuna Said ke Tomang tidak dekat.
Masalah harga memang acap kali jadi soal. Syukur, saya diselamatkan oleh Iyan.
Berapa Banyak Air yang Harus Diminum Setiap Hari?
Sayangnya, dia tidak segera jalan. Diraihnya botol air mineral, diteguk, lalu memutar setengah badannya, "Sudah siap, Pak?"
Kami memasuki Jalan Prof. Dr. Satrio, sayup-sayup suara adzan berkumandang, malam menjelang. Cuaca di daerah tersebut tampak bersahaja. Hari itu matahari memang tidak terlalu terik.
Data Badan Meteorologi, Krematologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa rata-rata suhu terendah udara di DKI Jakarta dari Juli hingga Oktober 2018 adalah 25 derajat celcius, sedangkan suhu tertingginya mencapai 32 derajat celcius.
"Di motor tiap hari bawa 5 botol minum gede, Pak," aku pria yang telah berprofesi sebagai pengemudi daring selama 3 tahun ini.
"Air mineral yang 1500 ml itu?" saya penasaran.
"Iya, Pak."
Dia harus berada di jalanan setiap hari dari pukul 6 pagi hingga 9 malam. Pada pukul 12 siang, pria berusia 36 tahun ini akan mengambil jeda sejam untuk makan dan istirahat.
"Saya belinya per kardus, jadi lebih hemat. Kalau per botol, hitung-hitungannya mahal."
Hal ini mengingatkan saya pada seorang pengemudi lain, Husein, 47 tahun. Meskipun dia berlatar belakang pendidikan gizi, pria asal Fakfak, Papua Barat ini mengaku hanya meminum 2 botol air mineral ukuran 600 ml selama berkendara seharian.
"Oh, tapi tiap pagi sebelum keluar rumah jam 6, saya sudah minum air tiga gelas, Bang."
Berbeda dengan Ariyanto, pengemudi yang mengantarkan saya dari Blok M ke Kemang beberapa hari lalu ini hanya meminum satu botol air mineral berukuran 600 ml di siang hari. Untuk alasan penghematan, dia mengaku hanya akan memperbanyak konsumsi air minum ketika di rumah.
"Di rumah kan gak harus beli, Pak. Istri saya rebus air."
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), air minum adalah air yang aman untuk dikonsumsi, termasuk di antaranya air mineral alami dan air minum dalam kemasan, tidak berkarbonat maupun berkarbonat.
Kebutuhan akan air minum pun ditentukan oleh berbagai faktor. Diana Sunardi, dokter spesialis gizi medik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), menerangkan bahwa setidaknya ada 5 faktor, yakni suhu dan kelembapan lingkungan, aktivitas, jenis kelamin dan usia, kondisi kesehatan tubuh, serta makanan yang dikonsumsi.
Pria dewasa membutuhkan air sebanyak 2 liter per hari, sedangkan wanita memerlukan 1,6 liter per hari. Mereka yang bekerja dengan kapasitas ringan sebaiknya mengonsumsi 2,2 -- 3,5 liter atau setara dengan 8-14 gelas. Sementara yang kapasitas kerjanya sedang disarankan minum air sebanyak 14-25 gelas yang sama dengan 3,6-6,3 liter setiap harinya.
Kenapa Minum Air Putih Penting?
Ilustrasi @jumardanm
"Belok kiri atau lurus aja, Pak?" tanya Iyan ketika kami mendekati Pusat Grosir Tanah Abang.
"Kiri aja Bang, lewat Slipi."
Sepanjang perjalanan di daerah Bendungan Hilir, dia bertutur banyak tentang air putih. Disebutkan bahwa lebih dari setahun belakangan dirinya rajin meminum air dan menghindari kopi atau minuman berenergi.
Pengetahuan ini, konon, diperolehnya dari seorang dokter ahli bedah yang pernah jadi pelanggannya.
"Katanya kalau kurang minum bisa bikin sakit ginjal, Pak."
Satu dampak pasti dari kurang minum adalah dehidrasi. Hal ini merupakaan keadaan di mana air yang keluar dari tubuh lebih banyak dari air yang masuk ke dalam tubuh. Tanpa disadari air memang akan keluar melalui buang air kecil, buang air besar, keringat, serta udara saat bernapas.
Keberadaan cairan yang cukup di dalam tubuh akan memberikan berbagai macam manfaat. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengatur suhu tubuh
2. Melembapkan serta membasahi mulkosa (mulut, mata, dan hidung)
3. Melumasi persendian
4. Melindungi organ dan jaringan di dalam tubuh
5. Mencegah konstipasi
6. Melarutkan zat gizi dan membawanya ke pelbagai bagian tubuh
7. Membawa oksigen dan zat gizi ke pelbagai jaringan tubuh
8. Membuang sisa metabolisme
Kapan Waktu yang Tepat untuk Minum?
Ilustrasi @jumardanm
"Haus tidak haus saya tetap minum sih," tanggapnya ketika saya menanyakan waktu minum Iyan.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa waktu tepat untuk minum air adalah ketika seseorang merasa haus. Tidak hanya ketika sedang haus, dalam durasi 30-60 menit kita sebaiknya minum air. Apalagi dalam kondisi berkeringat. Bagi para pelajar, sebelum, sementara, dan setelah belajar pun diwajibkan untuk minum.
Apa yang diungkapkan oleh Iyan dalam perjalanan kami melintasi Gedung DPR RI di Senayan membuat saya tercenung. Di lalu lintas yang tidak begitu padat, pikiran saya malah dipadati oleh jumlah asupan cairan yang masuk ke dalam tubuh setiap harinya.
Sebagai seorang pekerja kantoran yang setiap hari duduk dari pukul 9 pagi hingga 6 sore, saya merasa kalah prinsip oleh Iyan. Jika dihitung-hitung saya hanya menghabiskan 4 gelas air putih dalam rentang waktu tersebut, sisanya adalah kopi.
Sayangnya, minuman yang terakhir ini oleh BPOM tidak termasuk jenis air minum.
Air Minum Apa yang Cocok untuk Dikonsumsi?
Ilustrasi @jumardanm
Keberadaan kopi sebagai salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi sehari-hari memang ngeri-ngeri sedap. Di satu sisi menguntungkan industri kopi, di sisi lain tidak cocok untuk dijadikan sebagai pengganti air minum.
Data dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian menjelaskan bahwa pada 2016 konsumsi kopi masyarakat Indonesia mencapai 250 ribu ton. Tren ini terus tumbuh 8,22% per tahunnya sehingga pada 2021 diprediksi kan ada 370 ribu ton konsumsi kopi.
"Rata-rata tuh Pak, teman-teman yang nongkrong minumnya kopi," Iyan sambil menghentikan motornya di perempatan lampu merah Slipi Petamburan.
Selain kopi, minuman lainnya yang sering dikonsumsi adalah minuman energi. Hal ini diakui oleh Husein, pengemudi yang satu kali mengantar saya ke kantor. TIdak sedikit dari teman pengemudinya yang istirahat sambil menenggak minuman yang katanya memberikan energi tambahan.
Sayangnya, hal ini dibantah kesehatannya oleh dr. Diana. Menurut dokter lulusan Universitas Indonesia ini, minuman air minum yang pas untuk dikonsumsi sehari-hari adalah air mineral.
Ada berbagai macam manfaat mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, yakni antara lain:
1. Memelihara keseimbangan pH cairan tubuh
2. Membantu proses transportasi komponen nutrisi antar sel
3. Memelihara kerja jaringan sarah
4. Membantu kontraksi dan relaksasi jaringan otot
5. Membantu system fungsional dan structural tubuh
Meminum air mineral, menurut hemat saya ibarat pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Tenggorokan bebas haus, tubuh terpenuhi kebutuhannya.
Tak terasa, perjalanan saya dan Iyan serta ingatan-ingatan tentang pengemudi ojek daring dan air minumnya harus diakhiri. Pasalnya, saya telah tiba di lampu merah Tomang dan jarak dari tempat tinggal saya pun tak lagi jauh.
"Istri saya sudah hampir seminggu sakit, Pak. Demam dan flu gitu."
"Oh ya?" tanggap mendekatkan telinga. Angin yang berembus ketika berkendara kerap kali membawa pergi suara-suara lawan bicara.
"Iya, tapi saya usahakan dia minum air terus. Semakin membaik kok," tutupnya. Iyan tampak sadar betul akan pentingnya minum air putih. Beberapa kali dia menyinggung harga sebotol air mineral yang jauh lebih murah jika dibandingkan pengobatan akibat kekurangan cairan.
Hal ini seolah membuat saya seperti mendapatkan bogem mentah tepat di ulu hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H