Jika Anda meng-google frasa “kembali lagi”, di antara hasil yang Anda dapat adalah judul-judul berita media online ini: “Tren Wedges Kembali Lagi”, “Xiah Junsu ‘JYJ’ janji akan kembali lagi”, “Zanetti Ingin Kembali Lagi ke Indonesia”.
Di Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kembali” berarti
- balik ke tempat atau ke keadaan semula;
- lagi;
- sekali lagi.
Jelas, “kembali” semakna dengan “lagi”. Sebagai kata kerja, “kembali” mempunyai makna “datang untuk kali kesekian”. Hadir lebih dari sekali. Maka, jelas pula, “kembali lagi” adalah frasa yang rancu.
Frasa semacam itu disebut tautologi (tautology—dari bahasa Latin, tautologia). Pengulangan makna yang sama dengan kata yang berbeda, menjadikan kata tersebut tak berguna, bahkan memunculkan kerancuan makna.
Maka, contoh-contoh kalimat di atas bisa diubah: “Tren Wedges Datang Lagi”, “Xiah Junsu ‘JYJ’ janji akan datang lagi”, “Zanetti Ingin Datang Lagi ke Indonesia”. Atau, menggunakan “kembali” tanpa “lagi”: “Xiah Junsu ‘JYJ’ janji akan kembali”, “Zanetti Ingin kembali ke Indonesia”.
Apakah “kembali lagi” lahir karena pengaruh “back again” dalam bahasa Inggris? Tapi, mungkin saja “back again” punya logikanya sendiri dalam tata bahasa Inggris, sehingga tak serta-merta bisa diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi “kembali lagi”. Sebab, nyata-nyata frasa “kembali lagi” itu campur aduk.
http://jumanrofarif.wordpress.com/2012/06/20/kembali-lagi/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H