Mohon tunggu...
Juman Rofarif
Juman Rofarif Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya Juman Rofarif

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pencuri yang Tercuri

2 Agustus 2011   07:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Biar itu menjadi urusanmu dengan Allah,” kata Malik.

Pencuri itu berlalu. Sampai kemudian ia bertemu dengan temannya sesama pencuri. “Aku pikir kau membawa banyak hasil curian,” kata temannya itu. “Kemarin aku berniat mencuri di rumah seseorang bernama Malik ibn Dinar,” kata si pencuri. “Tapi dia ternyata orang miskin yang tak punya apa-apa. Dan, justru dia yang mencuri apa yang kumiliki selama ini.”

Kita telah memasuki Ramadan. Sering kita dengar ia disebut “Bulan Suci”. Dan penyebutan seperti itu kerap diterjemahkan dengan aksi sapu-bersih tempat-tempat yang dianggap menjalankan kemaksiatan. Tempat-tempat hiburan diminta ditutup agar tidak menodai kesucian bulan itu.

Apakah seperti itu? Tidak, tentu saja. Kesucian ada di setiap hati kita, bukan di suatu tempat atau pada waktu tertentu. Benih-benih kebaikan dan keburukan tertanam di setiap hati kita. Begitulah fitrah manusia. Selanjutnya hanya perlu kesungguhan—dengan dukungan keadaan—saja bagi masing-masing benih itu untuk tumbuh. Dan puasa yang kita laksanakan selama Ramadan ini adalah keadaan yang mendukung untuk menumbuhkan benih-benih kebaikan di hati, menjadi batang, bercabang, bunga-bunganya mekar dalam perilaku: kearifan, kasih sayang, cinta, kesabaran, kepedulian, disiplin, dan sifat-sifat ilahiah lainnya yang selama ini mungkin tak terawat. Itulah yang semestinya kita petik dari puasa, lalu kita jaga sebaik mungkin … Setelah semua itu, bukan bulan yang berhak mendapat label suci, melainkan kita. Tidak ada yang disebut “bulan suci”, tapi yang ada adalah “diri yang suci”.

Kita telah memasuki Ramadan. Dan jangan sampai nanti kita keluar darinya tanpa membawa pengaruh apa-apa. Sia-sia.[]

http://jumanrofarif.wordpress.com/2010/08/16/pencuri-yang-tercuri/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun