Mahabijaksana Allah yang tak memajukan era digital ke masa Muhammad, saat orang bisa mengambil gambarnya dengan kamera sebagai kenang-kenangan untuk anak-cucu yang mungkin terlahir setelah Muhammad meninggal. Jika saja itu terjadi maka yang paling patut dikasihani adalah anak-cucu pecinta-Muhammad yang memiliki penglihatan kurang baik atau anak-cucu pecinta-Muhammad yang telah rabun karena tua. Bukankah setiap pecinta selalu ingin melihat orang yang dicintainya? Bagaimana jika ternyata ia memiliki penglihatan yang tak memadai untuk itu?
Maka, biarkanlah Rasulullah hadir dan hanya tergambar di jiwa: yang buta dan yang sehat mata akan selalu bisa menjumpainya, di mana pun, kapan pun.
Allahumma shalli ‘alâ sayyidina Muhammad!
http://jumanrofarif.wordpress.com/2010/05/21/menggambar-rasulullah/