Mohon tunggu...
Juman Rofarif
Juman Rofarif Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya Juman Rofarif

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kwitansi

6 Januari 2011   11:23 Diperbarui: 6 Juli 2015   10:53 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Duit semata wayang sepuluh ribu perak yang sudah lusuh bin kumal binti kucel itu, yang dalam waktu kurang dari satu jam akan segera berkurang untuk menjadi sebungkus nasi warteg tanpa es teh manis sebagai menu berbuka puasa, aku tatap dengan rasa haru seperti pandangan seorang pengasih terhadap kekasihnya yang hendak berlalu. Aku pandangi duit itu sambil glelengan malas di depan televisi seperti orang lumpuh. Televisi menyala tapi tak aku tonton-perhatikan.

Sementara itu, di hadapanku terhampar bayang-bayang samar tak jelas yang mencitrakan hari-hari esokku. Seketika aku pecahkan, aku gecek, aku idek-idek bayang-bayang sialan itu.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, membuyarkan segala macam pikiran yang berputar-putar di otakku.

“Assalamu’alakum…”

Siapa lagi itu. Ah, semoga keberuntungan. Dengan malas karena lemas kubuka pintu.

“Wa’alaikum salam…”

“Permisi, Mas Tris. Maaf, kalau mengganggu.”

“O, tidak. Lagi santai, kok.”

“Ini, Mas, seperti biasa.” Seseorang yang sudah akrab di lingkunganku itu menyerahkan selembar kertas yang sepertinya sudah dipersiapkan sebelumnya, bertuliskan:

No: 15. Telah diterima dari: TRISNO ARTHO. Uang sejumlah: SEPULUH RIBU RUPIAH. Untuk pembayaran: KEBERSIHAN DAN KEAMANAN RT 05/RW 08.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun