Coba bayangkan, semisal kita melangkah ke dalam tarub yang salah tadi, sambil menyeka keringat yang mengalir di wajah sebelum menjadi daki, kemudian berjalan menuju tarub, menghampiri penyambut tamu sambil memberikan senyuman paling tabah setanah hujan bulan Juni dengan muka berdebu, bekas perjalanan jauh.
Alih-alih ingin memberikan kejutan kepada teman mempelai dengan kedatangan kita, justru kita yang terkejut karena acara yang kita datangi bukanlah acara teman kita. Terus ada yang nyelethuk "nggari balik badan, utawa metu sekang ngonoh be rempong temen". Em em em, masalahnya tidak sesederhana itu cuyung. (Ini akan saya bahas di tulisan selanjutnya, tentang tutorial, apa yang harus dilakukan ketika salah mendatangi sebuah acara, wabilkhusus pernikahan)
Sebenarnya dalam prosesi nyasar atau ketersesatan itu terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya. Tidaklah Tuhan menciptakan sesuatu dengan sia-sia, semuanya pasti ada "sesuatunya", tak terkecuali nyasar. Nikmatilah proses nyasar, apalagi jika nyasarnya dengan teman dan orang-orang terkasih. Carilah terus alamat kebenaran sampai kita mereguk kenikmatan sejati.
Untuk menutup catatan kondangan kali ini saya akan mengutip , kata-kata dari diri saya yang lain,
"Gugel Mep pun akan menjadi khilaf, Fahsya, dhalim dalam memberikan petunjuk alamat yang paling hakiki sekalipun, karena nyasar tak pernah tepat waktu, karena yang fana adalah waktu, nyasar abadi."
Semoga bermanfaat, Tabik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H