Ketika hujan mengalir dalam darahmu
Semua nafas menjadi segar, menjadi pagi yang hidup.
Seumpama rumput yang ditetesi gerimis sore hari
Aku keluar melongok jendela, ada kecipak air mengembun pada kulitku masuk menembus sungsum tulang  membentuk sungai masa lalu yang paling  kelam.
Sesekali petir menggendor pintu rumah, daun terbang melewati desir hujan yang paling tabah
Aku terkesima mendapati dirimu kuyup di depan pintu , sambil mengeja masa lalu yang paling piatu
"Kita tak bisa lepas dari masa lalu sayang" katamu di ruang tamu
Aku bergegas menghidupkan suluh menjadi api, Â menghangatkan tubuh dari dinginnya mati
"Pelukanmu adalah segala api dalam riangku" katamu, aku kelu lidahku beku, tiba-tiba semua menjadi es. Menjadi malam yang kehilangan heningnya.
Purbadana, 10 April 2018
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI