Mohon tunggu...
Julius Valenza
Julius Valenza Mohon Tunggu... -

Hanya pembaca, belum terlatih menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Memaknai Makna Revolusi PSSI

15 Januari 2012   12:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:51 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin malam penulis berbincang dengan seorang teman sambil bersantap di sebuah warung nasi. Teman penulis rupanya kaget, dia tak menyangka bahwa saya akan menulis mengenai kisruh sepakbola nasional di Kompasiana. Maklum, penulis lebih dikenal sebagai fans Liga Inggris, yang jarang sekali mengikuti Liga Indonesia. Kalau pun penulis ditanya mengenai para pemain di Liga Indonesia, mungkin penulis hanya mampu menyebutkan nama-nama pemain yg sering tampil di Timnas.. Hehe..

Saya dan teman saya ini, sama-sama mempunyai kepedulian yg tinggi terhadap sepakbola nasional (meskipun saya hanya sebatas timnas). Kami sama-sama satu suara ketika sepakat berseru meminta Nurdin Halid dan kroco-nya turun dari singgasana PSSI. Kami percaya, bahwa sepakbola nasional sudah sampai ke titik nadir. Sepakbola yg harusnya adalah olahraga, berubah haluan jadi alat penggerak massa, kendaraan politik, dan bahkan prestasi timnas kita anjlok dalam 8 tahun terakhir. Singkat kata, kami sama-sama menyerukan "Revolusi PSSI" dan mengobarkan semangat revolusi di hati hingga Nurdin  Halid beserta kroninya turun dari singgasana.

Beberapa bulan setelah itu, kami ternyata tidak di perahu yang sama lagi. Teman saya, yang notabene adalah fans Persib Bandung, ternyata berada di pihak yang berseberangan dgn saya. Berikut kira-kira percakapan saya dengan dia.

Teman: Bro, kok tulisan lu di Kompasiana ekstrim banget? Sejak kapan lu memihak ke Djohar?

Penulis: Haha.. Soalnya gue syok aja ngelihat aksi ekstrim KPSI. Bisa-bisanya mereka minta dukungan anggota DPR. Bahkan sampe uda dengar pendapat sama komisi-X lagi. Untung aja KPSI bukan bagian dari PSSI, kalo gak kita uda disanksi FIFA tuh.

Teman: Habisnya PSSI uda kayak rezim Nurdin dulu, bro. Sama-sama diktaktor. Seenaknya aja dia masukin klub gratisan ke liga Indo (dia nyebut ISL sebenernya, tp takut salah kaprah). Yaa kalo gw mencoba bijak, gw bisa-bisa aja sih nerima 6 klub itu, tapi si Djohar ga mikir apa? Bertanding 46x dalam setahun tuh capek gila. Mana di Indo ada libur puasa lagi, otomatis jadwal jadi super padat. Lihat tuh tim Inggris, kebanyakan bertanding bikin mereka gagal terus jadi juara dunia kan?

Penulis: Ah, Inggris mah cari kambing hitam. Gw ga yakin mereka main cuma 20x setahun pun bakal juara dunia. Terima aja, bro, permainan Inggris mmg lagi ga bagus tahun kemarin. Spanyol lagi digdya. Soal Indonesia, tanding 34x setahun aja ga pernah juara kok. Mungkin aja dgn tanding 46x jadi kelatih stamina sama mentalnya, sering main dalam jadwal yg dekat. Haha..

Teman: Aduh, bro, terserah lu deh. Lu ga liat aksi si Djohar di awal kepengurusan? Dia seenaknya aja nendang Alfred Riedl dari kursi pelatih. Diganti sama pelatih dari LPI yg jelek banget, si Om Wim, lu ga lihat kalo PSSI tuh sewenang-wenang? Dia lebih parah dari Nurdin brooo..

Penulis: Gw setuju sama lu soal Alfred Riedl. Pemecatan Alfred Riedl tuh sebuah blunder yang dilakukan PSSI. Sebenarnya PSSI bisa aja bikin kontrak baru dgn Alfred Riedl dan bukan memecatnya lalu ganti pelatih baru. Hanya saja menurut gw, sangat naif kalau mengatakan bahwa hanya dgn blunder ini saja lu blg Djohar lebih sewenang-wenang dari Nurdin bro.

Teman: Ah, pikiran lu uda rusak bro. Lu ga liat gimana ISL dibuang gitu aja lalu diganti IPL? Bales dendam, bales dendam tuh. Kita dulu menyerukan revolusi tetapi sebenarnya cuma mengganti Nurdin dengan Nurdin lainnya yg lebih jahat bro!

Penulis: Loh, IPL dibentuk sebagai bentuk keterdesakan PSSI karena PT LI menolak untuk diaudit saat itu. Okelah mereka mengaku sedang diaudit oleh auditor berafiliasi internasional (artinya auditor yg bekerja sama dgn auditor internasional, bukan auditor internasional), tapi kenapa ga pernah sekalipun disebut namanya? Toh, PT LI jg taw kalo PSSI sedang didesak FIFA waktu itu buat cepat2 menggulirkan kompetisi. Gw orang awam sih, tapi emang sesusah itu ya menerima Deloitte buat datang dan kemudian baru memperbincangkan tanggal auditnya? Kalo si Djohar mmg mau balas dendam, harusnya dari awal dia tendang semua "duri dalam daging" dari kepengurusan PSSI. Eh, ternyata dia masih nyisain banyak, dia juga masih ngerangkul PT LI di awal-awal. Coba lu pikirkan kenapa disisain sama Pak Djohar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun