Bahkan Menteri Pertanian dan Perdagangan mengapresiasi kinerja lembaga yang telah sukses menjaga harga pangan tetap stabil. Hal ini juga dikuatkan dan diakui oleh penyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang mengatakan bahwa laju inflasi hasil pengumuman BPS sepanjang 2017 sebesar 3,61 persen, jauh di bawah prediksi oleh Bank Indonesia (BI). Dia mengatakan, rendahnya inflasi pada 2017 disebabkan upaya pemerintah dalam menjaga pergerakan harga pangan atau volatile food.
Di perkotaan, hampir 70 persen inflasi terjadi akibat kenaikan dari golongan bahan makanan bahkan di perdesaan bahkan andilnya mencapai 80 persen.
Dari persentase tersebut beras menjadi penyumbang inflasi terbesar berkisar 20-30 persen. Sehingga sudah seharusnya pemerintah lebih berhat-hati dan fokus terhadap penanganan beras yang sampai saat ini masih menjadi primadona dan belum tergantikan.
Dari persoalaan klasik yang pertama sudah dapat disimpulkan bahwa program raskin/rastra yang lama memang benar-benar efektif dalam menjaga kestabilan harga pangan. Mengganti program rastra dengan bantuan pangan non tunai, justru tambah memberikan persoalan baru, terutama dari sisi kestabilan harga.
Pemerintah terlalu mengambil resiko tinggi, jika pengelolaan beras diserahkan ke mekanisme pasar seperti yang berlaku pada system Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Masalah yang tidak kalah serius lainnya adalah kegaduhan terkait stok beras yang sudah turun mutu "disposal stock".
Ini sudah terjadi dan mengemuka di public. Banyak pihak menyayangkan beras hasil petani yang dibeli memakai uang rakyat menjadi rusak serta dibuang percuma sedangkan diluar sana banyak masyarakat miskin yang kelaparan. Â Â Â Â
Pengalihan Rastra menjadi BPNT menimbulkan banyak persoalan baru yang sangat besar dan berbahaya lainnya yang mungkin tidak bisa dijabarkan satu persatu. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Ketua Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Bayu Krisnamurthi, sistem tata kelola perberasan yang telah berlangsung 40 tahun macet ketika kebijakan beralih dari rastra ke BPNT.
Indonesia sangat beruntung sampai detik ini masih terbebas dari virus Corona. Coba bayangkan jika keadaan seperti di negara tetangga Singapura yang sekarang terkena fenomena "panic buying" dengan melakukan pemborongan segala kebutuhan pokok.
Oleh karena itu, sebenarnya inilah kekhawatiran utama para pemerhati pangan jika system pangan rastra yang kental dengan intervensi pemerintah digantikan dengan program BPNT yang identik dan cenderung ke arah mekanisme pasar atau pasar bebas.