Poin ini menjadi sangat krusial karena banyak dampak yang dapat ditimbulkannya. Pengalaman waktu uji coba di 44 kota, jika penerima BPNT dibebaskan kapan saja membeli maka kebanyakan mereka tidak rutin melakukan pengambilan beras di agen yang telah ditunjuk.
Akibatnya beras yang ada di e waroeng menjadi menumpuk sehingga order selanjutnya akan terganggu karena menunggu stock lama habis terlebih dahulu. Jika hal sama terjadi pada setiap daerah dampaknya tentu berakibat kepada stock stock beras di gudang Bulog yang menumpuk.
2. Banyaknya E-Waroeng/agen yang berpartisipasi
Ini juga harus diwaspadai. Jika jumlah E-Waroeng/agen yang ditunjuk sangat banyak, tentu akan sangat sulit dalam hal pendistribusian. Bayangkan jika mereka melakukan permintaan serentak dan ingin dikirim pada waktu itu. Atau juga sebaliknya terjadi, permintaan komoditi kepada Bulog sedikit, namun jarak antar E-Waroeng/agen sangat berjauhan.
Oleh karena itu ada beberapa solusi yang dapat mengatasi hal tersebut:
1. Penerima BPNT diwajibkan segera menebus BPNT
Ini guna menghindari penumpukan stock baik di toko maupun di gudang Bulog. Ini juga mengajari mereka disiplin melakukan pengambilan, sehingga mereka merasakan manfaat program BPNT bagi keluarganya.
Namun jika masyarakat penerima BPNT belum segera atau enggak melakukan pengambilan segera, maka patut diwaspadai gejala keanehan yang terjadi. Bisa jadi mereka belum butuh dikarenakan pendapatan mereka sudah mencukupi, dan kedua, mereka sengaja melakukan akumulasi penumpukan saldo, untuk menukar dengan barang lain.
2. Melakukan Penjadwalan
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kegaduhan dalam pengambilan komoditas BPNT. Selain itu juga, penjadwalan akan mempermudahkan BULOG dalam mendistribusikan komoditas BPNT. Hal ini mengingat jumlah agen yang begitu banyak dan tersebar di setiap kelurahan/desa.