Mohon tunggu...
Julkhaidar Romadhon
Julkhaidar Romadhon Mohon Tunggu... Administrasi - Kandidat Doktor Pertanian UNSRI

Pengamat Pertanian Kandidat Doktor Ilmu Pertanian Universitas Sriwijaya. Http//:fokuspangan.wordpress.com Melihat sisi lain kebijakan pangan pemerintah secara objektif. Mengkritisi sekaligus menawarkan solusi demi kejayaan negeri.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Apa Alasan Pemerintah Kembali Terbitkan Izin Impor Beras?

27 Mei 2018   14:03 Diperbarui: 28 Mei 2018   08:41 2739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.wartaekspres.com

Impor beras tambahan 500 ribu ton kembali mendapat tanggapan beragam dari masyarakat. Tidak hanya masyarakat awam saja yang bingung, namun sekelas politisi Ketua Komisi IV, Edy Prabowo dan akademisi Prof Tjipta Lesmana juga dibuatnya tidak habis pikir.

Bagaimana tidak bingung, ditengah dua pendapat Kementerian yang berbeda pandangan tajam. Tengok saja pendapat Prof Tjipta Lesmana, seorang pakar komunikasi publik. Ia merasa tidak masuk akal impor beras dilakukan ketika panen raya sedang berlangsung.

Ia merujuk kepada pernyataan Kementerian Pertanian, yang mengatakan kita tengah memasuki panen raya dan surplus produksi. Namun di sisi yang lain, ia juga bingung ketika Kementerian Perdagangan mengatakan kita harus impor beras, mengingat harga beras tidak kunjung turun sedangkan stok beras pemerintah di Bulog semakin menipis.

Sumber: http://www.teropongsenayan.com
Sumber: http://www.teropongsenayan.com
Lalu siapakah yang berbohong? Apakah benar kita memang surplus? Ataukah memang ada sesuatu dibalik impor beras tambahan ini?

Untuk mencari kebenaran dari polemik impor beras tambahan ini, sangatlah mudah. Bagaimanapun juga kita harus berpegangan dengan data  resmi yang dimiliki oleh Pemerintah, yang dalam hal ini adalah data Badan Pusat Statistik (BPS).

Ternyata dalam dua tahun terakhir ini, BPS puasa data produksi. Mengapa? BPS telah menyadari bahwa metode pengukuran selama ini yang dilakukan, nilai biasnya sangat tinggi.

Sumber: detik.com
Sumber: detik.com
Metode ubinan serta metode pandangan mata, telah dibuktikan mempunyai over prediksi sekitar 30 persen. Ini terbukti ketika BPS menguji metode baru yang bernama Kerangka Sampel Area (KSA). Metode baru ini sangat berbeda jauh dengan metode lama. Unsur objektivitas pada KSA levih tinggi ketimbang metode eye estimates.

Lalu, jika data tidak bisa dijadikan pegangan maka indikator apa yang lebih objektif untuk mengatakan bahwa impor beras memang sangat urgensi dilakukan.

Sebenarnya ada beberapa indikator untuk menguatkan bahwa impor beras perlu dilakukan. Pertama adalah harga. Harga merupakan cerminan sebenarnya dari fungsi penawaran dan permintaan. Produksi diwakili dengan penawaran, sedangkan konsumsi diwakili dengan permintaan.

Sumber: thejakartapost.com
Sumber: thejakartapost.com
Pada komoditas beras, ternyata konsumsi tidak mengalami peningkatan. Harga beras menurut Pusat Harga Pangan Strategis, masih bertengger tinggi diatas harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah yaitu Rp 9.450. Ini berarti tinggal dua faktor lagi yang perlu mendapat perhatian yaitu distribusi dan produksi. 

Berdasarkan laporan satgas pangan baik ditingkat pusat sampai dengan tingkat polres dan polsek, ternyata tidak ditemukan penyimpangan. Di gudang-gudang pedagang ternyata tidak ditemukan bentuk penimbunan sembako. 

Lalu yang tinggal disoroti yaitu faktor produksi. Faktor inilah ternyata yang paling lemah. Data juga sudah membuktikan ternyata produksi memiliki nilai bias yang sangat tinggi. Sehingga wajar jika pasar kekurangan pasokan yang mengakibatkan harga menjadi tinggi.

Indikator kedua untuk meyakinkan negeri ini memang butuh impor adalah stok beras pemerintah. Fakta menyebutkan bahwa stok beras Bulog berada di zona kurang aman yaitu kurang dari 1 juta ton. Sangat riskan sekali. Bahkan stok cadangan beras pemerintah yang ada di gudang sudah minus. 

Sumber: bulogterkini.com
Sumber: bulogterkini.com
Ingat, di penghujung tahun 2017 sampai dengan awal tahun 2018 Pemerintah sudah menggelontorkan beras besar-besaran untuk meredam gejolak kenaikan harga. Serta perlu diingat juga, bahwa semua stok di gudang Bulog bukan hanya beras pemerintah semua. Tetapi ada beras milik Bulog juga sebagai fungsi daripada BUMN.

Ketiga adalah kondisi panen. Ternyata laporan dari Asosiasi Benih Tani Indonesia melaporkan bahwa ada sekitar 400 ribu hektar sawah, terserang hama wereng. Bisa kita bayangkan berapa juta ton beras yang hilang. Andaikata satu hektar mampu menghasilkan 5 ton beras, maka kita kan kehilangan potensi beras sebanyak 2 juta ton.

Jadi, sampai disini sudah jelaskan bagaimana urgensinya beras impor. Pemerintah tidak boleh berjudi dengan sesuatu yang tidak pasti. Ingat, sebentar lagi akan memasuki lebaran Idul Fitri. Maka stabilnya harga mutlak diperlukan agar tidak ada gejolak ditengah masyarakat.

Namun yang paling penting perlu diingat adalah sebentar lagi kita akan melaksanakan pemilihan presiden (pilpres). Ditengah situasi politik yang tengah memanas, untuk mendinginkannya adalah dengan menjaga ketersediaan stok bahan pangan.

Sumber: www.wartaekspres.com
Sumber: www.wartaekspres.com
Mengapa? karena orang yang lapar sangat sulit untuk dikendalikan. Oleh sebab itulah, panasnya suhu politik jangan ditambah panas lagi dengan kelangkaan bahan pokok. Untuk itulah pemerintah berupaya sekuat tenaga agar kebutuhan pokok terutama beras harus tersedia setiap saat dan harganya terjangkau.

Kembali ke topik awal tadi, jadi siapa yang benar soal polemik beras? Jawabannya adalah bisa kita dapatkan dari pernyataan Mendag Enggartiasto, bahwa keputusan penambahan impor beras adalah hasil keputusan rapat koordinasi terbatas (rakortas) di Kementerian Koordinator Perekonomian.

Ini artinya juga bahwa semua kementerian yang berada dibawah Kemenko Perekonomian, sudah mengetahui dan sepakat soal penambahan impor beras. Tidak terkecuali juga Kementerian Pertanian yang selalu mengatakan bahwa kita surplus produksi dan telah memasuki panen raya. Jadi sudah bisa kita simpulkan bersama urgensi impor beras yang harus dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun