Mohon tunggu...
Julkhaidar Romadhon
Julkhaidar Romadhon Mohon Tunggu... Administrasi - Kandidat Doktor Pertanian UNSRI

Pengamat Pertanian Kandidat Doktor Ilmu Pertanian Universitas Sriwijaya. Http//:fokuspangan.wordpress.com Melihat sisi lain kebijakan pangan pemerintah secara objektif. Mengkritisi sekaligus menawarkan solusi demi kejayaan negeri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Penjaga Kedaulatan Pangan Perbatasan, Bulog Atambua

17 Februari 2018   08:08 Diperbarui: 17 Februari 2018   13:44 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Beras sampai detik ini masih dianggap sebagai pangan strategis dominan dalam perekonomian Indonesia. Makanan pokok 250 juta rakyat Indonesia ini, harus tersedia setiap saati di meja makan. Komoditas beras sangat berkaitan erat dengan kebijakan moneter serta masalah sosial politik. Kebijakan moneter yang berada dalam otorisasi Bank Indonesia, sangat berkepentingan dengan pangan beras. Mengapa seperti itu? Jawabannya tentu karena beras merupakan sumber utama pemicu kenaikan harga pangan lainnya. Apalagi jika kenaikan harga beras tidak mampu dikendalikan. Ibarat kereta, beras adalah lokomotif yang mengendalikan harga bahan pangan lainnya.

Harga beras dalam bobot harga sembilan bahan pokok (sembako), masih menduduki porsi antara 60-65%. Namun dalam bobot 150 jenis barang dan jasa yang biasa digunakan untuk mengukur biaya hidup secara umum dan laju inflasi, beras menduduki posisi sekitar 23%. Artinya juga disini, kebijakan moneter akan terasa sia-sia jika kestabilan harga pangan tidak tercapai. Sehingga dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Bank Indonesia selalu melibatkan lembaga BULOG untuk turut serta dalam mengambil langkah kebijakan.

Kelangkaan beras di negeri ini akan mengakibatkan kestidakstabilan politik dan ekonomi. Begitupun juga sebaliknya, walaupun ada beras tetapi harganya mahal juga dapat menimbulkan potensi kerusuhan. Orang tidak bisa berpikir rasional lagi jika perutnya terasa lapar. Mereka akan mengamuk secara membabi buta, berdemonstrasi ke jalan-jalan hingga membakar gedung-gedung pemerintahan dan swasta sehingga dapat kita bayangkan jika ini terjadi secara nasional di daerah-daerah. Keadaan inilah yang pernah terjadi di Indonesia akibat tingginya harga beras sehingga mengakibatkan mundurnya para pemimpin bangsa di negeri ini.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Pertanyaanya sekarang, bagaimana jika disuatu daerah tanah pertaniannya tidak mendukung untuk memproduksi beras, sedangkan beras sendiri adalah makanan pokok yang harus tersedia diatas meja makan ?

Untuk menjawab pertanyaan diatas, oleh sebab itulah diperlukan lembaga pangan dalam hal ini BULOG yang mampu menjaga ketersediaan beras setiap saat. BULOG berpengalaman mendistribusikan daerah dengan kelebihan atau surplus produksi beras menuju daerah yang defisit atau kekurangan beras lebih dari 50 tahun. Pemerataan harus segera dilakukan karena itulah salah satu bukti kehadiran negara ditengah-tengah warganya. Salah satu kantor BULOG yang menjaga ketersediaan beras dan pangan lainnya, serta mendistribusikan ke daerah defisit di daerah perbatasan Indonesia dengan Timor Leste adalah BULOG Atambua.

Kota Atambua merupakan ibukota Kabupaten Belu daerah perbatasan antara Indonesia dengan Negara Timor Leste di wilayah timur. Kota yang terletak di daerah Timor Barat ini, dahulunya merupakan salah satu pusat penampungan pengungsi di Timor Timur tahun 1999. Kota Atambua merupakan bagian dari wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapai tempat ini bisa ditempuh dengan kendaraan darat lebih kurang delapan jam. Medan perbukitan hingga menyebabkan banyak dataran yang tak rata membuat jalannya sangat berliku-liku, menanjak dan menurun. Disitulah tantangannya, tentu akan membuat penumpang perutnya terkocok jika belum terbiasa melewati rute seperti ini.

Iklim daerah Nusa Tenggara Timur termasuk tropis kering dengan musim kemarau yang cukup panjang yaitu sekitar 8 bulan per tahun. Kondisi iklim ini yang menyebabkan kurang suburnya sebagian lahan pertanian di daerah tersebut. Dengan kondisi seperti ini, tanaman padi sangat sulit untuk dibudidayakan. Bahkan Mentan pada bulan maret 2017 lalu melakukan tanam jagung seluas 50 ribu hektar dan bawan merah seluas 5.500 hektar. Selain itu, tanaman lain yang menjadi komoditas unggulan adalah vanili, pinang, kopi serta komoditas perkebunan lainnya.

BULOG atambua terus melakukan upaya demi menjaga kestabilan harga pangan di pasaran. Upaya yang dilakukan BULOG atambua berupa Gerakan Stabilisasi Pangan (GSP) yang dilakukan secara rutin dan Operasi Pasar (OP). Wilayah kerja BULOG atambua meliputi Kabupaten Belu, Malaka dan Timor Tengah Utara. Untuk kegiatan Operasi Pasar, BULOG atambua sudah berhasil menjual 200 ton beras sepanjang Desember hingga Januari 2018 dengan harga Rp 8.100 sesuai Peraturan menteri. Selain dua kegiatan tersebut, di tahun 2018 BULOG atambua tetap akan menyediakan stok pangan khususnya beras untuk program bansos rastra di tiga kabupaten. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, stock di BULOG atambua tersedia sekitar 3.000 ton beras dan 260 ton gula pasir.    

Luar biasa, satu kata yang bisa menggambarkan aktivitas BULOG Atambua dalam menjaga kedaulatan pangan di daerah perbatasan. Bayangkan jika aktivitas seperti ini tidak dilakukan, sudah dapat dipastikan harga pangan akan mengalami kenaikan. Apalagi jika semakin tak terkendali, bukan tidak mungkin warga diperbatasan menyeberang ke negara tetangga. Secara umum, BULOG di seluruh Indonesia didukung lebih dari 1.000 unit gudang yang terletak di 458 lokasi dengan kapasitas 4 juta ton. Selain itu jaringan kantor BULOG divre hadir di 26 provinsi dan  101 kantor sub divre di kabupaten kota dan kanlog 30 lokasi serta didukung dengan hampir 5.000 karyawan.

Jika kita coba membandingkan dengan lembaga lain, tentu tidak ada satupun lembaga pangan di republik ini yang memiliki jaringan dan infrastruktur seperti BULOG. Lembaga ini memang didesain untuk menjaga kedaulatan pangan hingga daerah-daerah terpencil di wilayah Indonesia. Bahkan perannya sangat terasa dalam menjaga keseimbangan aliran pangan dari daerah surplus ke daerah defisit. Sehingga dengan melihat fenomena diatas, maka sangat wajar jika ada pihak yang ingin melemahkan lembaga ini apalagi untuk membubarkannya. Palsafah menguasai pangan berarti menguasai negara, karena dengan pangan kita bisa mengontrol rakyat adalah benar adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun