Mohon tunggu...
Julkhaidar Romadhon
Julkhaidar Romadhon Mohon Tunggu... Administrasi - Kandidat Doktor Pertanian UNSRI

Pengamat Pertanian Kandidat Doktor Ilmu Pertanian Universitas Sriwijaya. Http//:fokuspangan.wordpress.com Melihat sisi lain kebijakan pangan pemerintah secara objektif. Mengkritisi sekaligus menawarkan solusi demi kejayaan negeri.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar dari China, Negara dalam Bahaya Jika Tanpa Bulog

28 Desember 2017   13:39 Diperbarui: 28 Desember 2017   13:42 1859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesan Bung Karno " Jas Merah"

Penggalan sejarah diatas membuktikan akan bahayanya jika kelaparan terjadi di suatu wilayah. Sehingga pantas, jika Presiden Soekarno mewanti-wanti rakyat Indonesia dengan kata-katanya yang terkenal dengan "Jasmerah"atau jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Semboyan yang terkenal tersebut diucapkan oleh Presiden Soekarno saat pidato terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus1966.

Bahkan soal pangan, Presiden Soekarno sangat-sangat konsen dan serius. Ini ditunjukkan pada saat peletakan batu pertama Fakultas Pertanian Universitas Indonesia-kelak bernama Institut Pertanian Bogor (IPB), 27 April 1952, Bung Karno bicara panjang lebar soal pangan dan masa depan bangsa. "Pidato saya ini mengenai hidup matinya bangsa kita di kemudian hari," katanya.  

Khususnya beras mendapat perhatian lebih dari Bung Karno, karena menyangkut hidup orang banyak. Ia berujar "soal memenuhi keperluan pangan harus mendapat prioritas utama, karena rakyat yang diharuskan ikut serta di dalam gerakan produksi sehebat-hebatnya itu, harus ada jaminan pangan, khususnya beras," kata Bung Karno dalam Dekarasi Ekonomi (Dekon) tahun 1960. Kata-kata ini merupakan pengingat, agar kita harus menjadikan sejarah baik dari dalam negeri maupun luar negeri sebagai pembelajaran untuk diambil hikmahnya (http://www.berdikarionline.com).

Diatas tadi telah diceritakan bagaimana China pada tahun 1960-an, namun pertanyaannya bagaimana dengan China sekarang. Apakah mereka juga belajar dari tragedy tersebut? ya, tentu saja mereka mengambil hikmah dari sejarah tersebut.

Sekarang, China sudah mereformasi sektor pertaniannya dengan empat pendekatan yakni kontrol pasar, efisiensi pertanian, pembatasan lahan yang berpotensi merugikan dan impor. Selain mengimbanginya dengan teknologi untuk menjaga kualitas produk. Negara Tiongkok tidak sungkan-sungkan untuk menghabiskan miliaran dolar demi berinvestasi di sistem pengairan, benih, penggunaan robot, pengembangan peternakan serta perbaikan atas kerusakan akibat polusi.

Selain itu, penggunaan pesawat tak berawak massif digunakan untuk menyemprotkan pupuk dan bahan kimia serta menangkal hama dan penyakit tanaman. Penggunaan teknologi bergerak untuk penanganan kebutuhan air dan pemberian dosis pestisida yang terpantau lewat computer juga telah diterapkan. Terobosan lainnya yaitu China juga bermitra dengan banyak negara seperti Selandia Baru dan Australia untuk memproduksi keju, susu dan salmon asap. Lalu dengan perusahaan Jepang memproduksi mie bebas minyak nabati. China bahkan diklaim memiliki teknologi mi instan paling maju di dunia saat ini.

Bahkan yang terbaru adalah China berambisi untuk menjadi lumbung pangan terbesar dunia yang mampu memberi makan bagi 9 miliar orang. Cara yang China lakukan adalah dengan gencar membeli atau menyewa lahan pertanian di negara miskin dan berkembang seperti Asia, Afrika dan Amerika Selatan yang belum banyak memanfaatkan lahan untuk pertanian. Hal ini dikarenakan rata-rata luas lahan pertanian yang digarap petani China kurang dari 1 hektare. China masuk Mozambik untuk memenuhi kebutuhan gandum. Tahun lalu cadangan gandum China di atas 600 juta ton. Menyewa dan membeli lahan di sejumlah negara yang dinilai memiliki pertanian berbasis teknologi seperti di Amerika Serikat yakni di Missouri. Lalu, Brasil, Kamboja, dan Australia.

Luar biasa usaha pemerintah China, tidak hanya memikirkan perut rakyat sendiri namun urusan perut rakyat di dunia. Bagaimana dengan pemerintah Indonesia, apakah ada lembaga yang mengurusi pangan apalagi terkait control atau stabilisasi harga di pasar ?

Peranan BULOG dalam Stabilisasi Harga

Sebenarnya, kehadiran Bulog sebagai lembaga stabilisasi harga pangan telah memiliki arti khusus dalam menunjang keberhasilan Orde Baru sampai tercapainya swasembada beras tahun 1984. Sebelumnya, fenomena rakyat antrian membeli beras karena langka dan harganya mahal terlihat jelas di jalan-jalan ibukota. Berkat usaha keras dan perhatian sungguh-sungguh terhadap pangan, perlahan tapi pasti Negara Indonesia telah merubah wajahnya. Negara pengimpor beras terbesar di dunia telah menjadi Negara pengekspor beras dan FAO pun mengakui hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun