Saya beri contoh pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang merasa heran terhadap kemiskinan yang meningkat di Indonesia. Walaupun uang negara sudah banyak digelontorkan buat subsidi hingga membiayai infrastruktur, namun angka kemiskinan tidak menunjukkan pengurangan significant.
Subsidi input pertanian yang mencapai 50 triliun tiap tahunnya, tapi petani tetap miskin. Subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah hingga pelayanan murah dari BPJS kesehatan juga tidak turut membantu.
Semuanya ini terjadi karena cara pandang yang berbeda dari pemerintah itu sendiri. BUMN yang dituntut mencari keuntungan pasti mencari cara agar perusahaannya tidak mengalami kerugian. Seperti contoh PLN sekarang yang menaikkan tarif dasar listrik hingga melakukan pencabutan subsidi listrik. Mereka tidak mau tahu masyarakat miskin semakin menderita, yang jelas perusahaannya harus untung terlebih dahulu.
Pertamina juga merasa rugi jika mereka tetap menanggung subsidi BBM tiap tahunnya. Sehingga mau tidak mau, tarif BBM harus naik atau menyesuaikan diri dengan harga pasar. Walaupun masyarakat di luar sana semakin menjerit dan bertambah miskin.
Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian serta kepiawaian menteri BUMN untuk menempatkan para bankir agar mampu sukses ditenpat yang baru. Jangan kesuksesan para bankir, dijadikan patokan untuk menempatkan para bankir disemua posisi kunci BUMN yang lain.
*) Kandidat Doktor Ilmu Pertanian Universitas Sriwijaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H