Mohon tunggu...
Julius Cesar Hassan
Julius Cesar Hassan Mohon Tunggu... profesional -

Highrise Building Architect from TU Berlin - Germany and Master in Development Management, from Asian Institute of Management, Manila - Phillippines. Married to Rieny Hutami AF, Father of three Children, Moslem, and I like very Much Reading, Travelling and Lecturing, Working as Consultant For People Skills Development by Consulting, Training In Door, as well as Out Door Activities. I am interested in Politics mainly analyzing the phenomenas of this current situation.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kala Seorang Menteri Menjadi Kakek…

3 Juli 2011   16:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selalu ada cerita unik tetapi sarat makna dan pembelajaran bila menyimak dan mengamati Menteri yang satu ini, Bapak Jero Wacik,  seorang kakek disaat memberi sambutan pada upacara AKEKAH cucu keduanya, beliau tidak dapat menyembunyikan RASA BANGGA dan BAHAGIA nya.

Hari Minggu, tgl. 3 Juli 2011 di kediaman Jl. Denpasar, Kuningan, Jakarta beliau menceritakan pengalamannya yang sangat berkesan tentang ibunda sang cucu, Gita, saat masih kecil dahulu. Pak Wacik merasa sedang mendisiplinkan si anak, saat sekeluarga sedang berada di meja makan. Akan tetapiseketika itu pula, Guru, almarhum Ayahanda Pak Wacik, bangun dan meninggalkan meja makan. Belakangan baru Pak Wacik tahu bahwa saking sayangnya pada sang cucu, beliau tidak senang melihat sang cucu dimarahi orang lain, walaupun oleh Ayahnya sendiri dan untuk mendisiplinkan pula.

Sekarang, saat Pak Wacik sudah menjadi kakek, yang selalu rindu bertemu cucunya, yang kemana saja pergi selalu ingin membelikan oleh-oleh untuk cucu dan baru ibunya, neneknya dan tante serta oomnya, terasa benar bahwa beliaupun akan merasa sangat tidak nyaman bila cucunya dimarahi di depan Kakek. Maka salah satu pesannya adalah “Jangan marahi cucu saya di depan saya “…. Wahternyata sama saja yaa dengan para kakek dan nenek yang lain, Kakek Menteri juga tidak tega kalau cucunya harus dimarahi didepannya.

Saya jadi teringat yang dikatakan oleh Prof Emil Salim, ketika cucunya masih balita. Di hadapan almarhum Ibu Kasur dan beberapa ibu lainnya, beliau dengan ringan mengatakan “ … Sayang ke anak itu, ada beban tanggung jawabnya, mau jadi apa dia nantinya?, Tapi kalau cucu?, Saya cuma wajib menyayanginya, yang lain itu biar ibu dan bapanya saja..”

Jadilah yang hadir tergelak - gelak tertawakarena baru saja putrinya mengeluh bahwa GrandPa yang satu ini suka men spoilt cucunya dengan kasih sayangnya. Senangnya….punya cucu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun