Selalu ada cerita unik tetapi sarat makna dan pembelajaran bila menyimak dan mengamati Menteri yang satu ini, Bapak Jero Wacik, seorang kakek disaat memberi sambutan pada upacara AKEKAH cucu keduanya, beliau tidak dapat menyembunyikan RASA BANGGA dan BAHAGIA nya.
Hari Minggu, tgl. 3 Juli 2011 di kediaman Jl. Denpasar, Kuningan, Jakarta beliau menceritakan pengalamannya yang sangat berkesan tentang ibunda sang cucu, Gita, saat masih kecil dahulu. Pak Wacik merasa sedang mendisiplinkan si anak, saat sekeluarga sedang berada di meja makan. Akan tetapiseketika itu pula, Guru, almarhum Ayahanda Pak Wacik, bangun dan meninggalkan meja makan. Belakangan baru Pak Wacik tahu bahwa saking sayangnya pada sang cucu, beliau tidak senang melihat sang cucu dimarahi orang lain, walaupun oleh Ayahnya sendiri dan untuk mendisiplinkan pula.
Sekarang, saat Pak Wacik sudah menjadi kakek, yang selalu rindu bertemu cucunya, yang kemana saja pergi selalu ingin membelikan oleh-oleh untuk cucu dan baru ibunya, neneknya dan tante serta oomnya, terasa benar bahwa beliaupun akan merasa sangat tidak nyaman bila cucunya dimarahi di depan Kakek. Maka salah satu pesannya adalah “Jangan marahi cucu saya di depan saya “…. Wahternyata sama saja yaa dengan para kakek dan nenek yang lain, Kakek Menteri juga tidak tega kalau cucunya harus dimarahi didepannya.
Saya jadi teringat yang dikatakan oleh Prof Emil Salim, ketika cucunya masih balita. Di hadapan almarhum Ibu Kasur dan beberapa ibu lainnya, beliau dengan ringan mengatakan “ … Sayang ke anak itu, ada beban tanggung jawabnya, mau jadi apa dia nantinya?, Tapi kalau cucu?, Saya cuma wajib menyayanginya, yang lain itu biar ibu dan bapanya saja..”
Jadilah yang hadir tergelak - gelak tertawakarena baru saja putrinya mengeluh bahwa GrandPa yang satu ini suka men spoilt cucunya dengan kasih sayangnya. Senangnya….punya cucu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H