Mohon tunggu...
Julius Cesar Hassan
Julius Cesar Hassan Mohon Tunggu... profesional -

Highrise Building Architect from TU Berlin - Germany and Master in Development Management, from Asian Institute of Management, Manila - Phillippines. Married to Rieny Hutami AF, Father of three Children, Moslem, and I like very Much Reading, Travelling and Lecturing, Working as Consultant For People Skills Development by Consulting, Training In Door, as well as Out Door Activities. I am interested in Politics mainly analyzing the phenomenas of this current situation.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Integritas Seorang Citizen Jurnalis

17 Juni 2010   02:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:29 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada semenitpun berlalu tanpa pemberitaan tentang orang yang mirip ketiga artis….., padahal kalau disimak isinya tetap sama dengan ketika isu itu mulai merebak hari Senin yang lalu .Yang berkembang justru aspek negatifnya, karena yang dibahas memang negatif sifatnya. Anak SMA dan para remaja kita sibuk mendownload, karena memang mereka kebetulan berada di usia kepingin tau yang besar, para bapak – bapak sibuk di kantor nonton bersama dan ngobrol mesum diantara mereka.Kalau ini, untuk menyalurkan fantasi dan kebutuhan sensasi untuk sejenak melupakan tekanan hidup,nampaknya.

Semua ini menurut saya sudah kebablasan dan merusak tatanan nilai - nilai kehidupan sosial bermasyarakat , berbangsa dan bernegara. Sekali lagi membicarakan sesuatu yang negatif akan berdampak negatif, (seperti kit abaca di buku “law of attraction “)

APA SEBENARNYA YANG SEDANG TERJADI ?

Pemerintah seolah – olah tidak berdaya menghadapi para pengelola TV swasta, malah tak kurang dari Menteri KOMINFO ikut berkontribusi , paraanggota DPR nimbrungmau ikut tenar, muncul di TV dengan turut mensuarakan aspirasi masyarakat yang belum tentu benar, yang penting muncul di TV..

Beberapapengacara kondang berubah peran menjadi hakim jalanan, dengan cara menghimbau para aparat penegak hukum untuk segera menangkap si tiga artis dan diajukan ke pengadilan untuk diadili. Sementara Polisi? sebagai penegak hukum sbenarnya bertugas menegakkan hukum berdasarkan UU yang berlaku, bukan bertindak karena ada opini sebagian besar masyarakat yang mengatakan ketiga orang artis itu harus ditangkap atas nama apapun ,tetapi kok tak pernah muncul dengan statement yang decisive & ground?, Padahal, tugas Polisi yang utama adalah menjamin ketentraman masyarakat, dengan utamanya berpijak teguh pada hukum yang ada!

LSM sudah mulai turun ke jalan berdemo untuk menyampaikan aspirasi mereka…, betapa negatif dampak dari perilaku tiga orang yang mirip artis tsb. terhadap kehidupan sosial masyarakat kita. Masyarakat yang mana ya? Rasanya, lebih banyak yang resah karena takut tabung elpiji 3 kg nya meledak, katimbang risau oleh video porno. Boro-boro punya hp untuk down load?

The CURE of the Problem

Bagaimana mencari solusi dari masalah besar yang sebetulnya tidak besar tetapi sangat di besar – besarkan para penyelenggara TV swasta saja ?, mengapa saya memiliki Opini semacam ini ?.....

Karena jauh sebelum terjadinya kasus ini sudah banyak terjadi kasus – kasus semacam, misalnya kasus anggota DPR dengan artis dangdut, kasus anak SMU…dsb.

Dan sampai saat ini masih ribuan situs video porno di internet ( yahoo & goegle ) yang tentu saja dapat ditonton secara on line oleh seluruh masyarakat , kaum tua, kaum dewasa, serta kaum remaja…,dan sudah pula ditonton!, Indonesia tetap utuh kok? Rakyat tetap susah kok karena harga cabe sudah sudah 35 ribu per kg,

Tetapi, kalau isu negatif terus digoreng untuk menggiring opini, apakah Indonesia tidak lalu jadi Negara full gossip?,

Pemerintah, segeralah menyetop segala tayangan masalah – masalah porno yang yang sedang menjadi Hot News itu…..Lebih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya. Pak Menteri, kembalilah pada prioritas tugas anda.

Mengapa kita tidak kembali fokus pada keluarga kita masing-masing dan meningkatkan ketahanan keluarga terhadap hal sejenis?, Jadi teladan kebaikan untuk anak-anak kita, dan tak bosan menanamkan nilai dan norma beragama dan bermasyarakat yang positip bermartabat, untuk anak-anak kita. Insya Allah bisa, kalau kita sepakat dan mau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun